Harapanku hanya satu,esok ataupun kedepannya aku hanya ingin menciptakan sebuah kisah tampa luka.
●●●●
"Makasih udah bantu aku pergi dari insiden tadi" ucap rachel lagi-lagi tampa menatap kafka.
"Ngomong tuh liat orangnya"kata kafka jengah.
"Maaf" kata Rachel yang masih belum berani menatap kafka,bukannya apa meskipun kafka mempunyai mata yang begitu indah dipandang namun tak bisa dipungkiri tatapan mematikan bak elang mampu membuat seseorang yang menatapnya akan sedikit takut begitu pun dengan rachel apalagi mengingat kejadian yang dilihatnya beberapa hari yang lalu.
Kafka berdecak kemudian mengangkat dagu rachel sehingga membuat sang empu menatapnya.
"Gue paling nggak suka liat cewe yang selalu aja nunduk apalagi didepan gue,lo tuh cewe, cewe nggak pantas nunduk"kata kafka
Kafka yang tadinya kesal tiba-tiba terdiam saat bertatapan dengan mata coklat madu milik rachel begitupun sebaliknya rachel seolah terhipnotis dengan tatapan itu. Tatapan tajam namun hangat bersamaan.cukup lama mereka bertatapan sampai kafka yang mulai tersadar pun melepaskan tangannya didagu rachel.
"Gue nggak butuh terimakasih dari lo.lo bisa anggap bantuan gue tadi sebagai balas budi gue atas bantuan lo waktu itu"ucap kafka sambil berlalu dari hadapan rachel.
Rachel menatap punggung cowok yang sudah mulai semakin jauh itu menurutnya anggapannya salah,ternyata mata itu punya sisi kehangatannya juga.
••••
Selepas pulang sekolah,rachel yang sudah siap dengan balutan kaus putih polos dengan cardingan berwarna hitam yang dipadu dengan jeans hitam pun kini segera mengambil sling bagnya tak lupa sebuah camera canon pemberian neneknya 5 tahun yang lalu tepat pada saat hari ulang tahunnya dimana ia baru memasuki kelas 7 sekolah menengah pertama.Sebuah hadiah yang selama ini selalu dijaganya,sebuah hadiah penuh arti dari seseorang yang sangat berarti baginya.Sebuah hadiah terakhir yang ia dapatkan dari neneknya sendiri dimana sebulan setelah neneknya memberikan hadiah tersebut,neneknya pergi meninggalkannya untuk selamanya.
Kini hanya camera itulah yang dapat menghilangkan sedikit rasa rindu rachel kepada neneknya,sekaligus sahabat paling setia untuknya.
Setelah siap dengan semua yang diperlukan rachel segera menuruni anak tangga satu persatu.
gadis itu celingak celinguk mencari keberadaan kedua orang tuannya.
"Kemana?" Tanyanya pada diri sendiri
Sedari tadi ia sudah mengecek semua ruangan tapi nihil tidak ada tanda-tanda keberadaan kedua orang tuanya.
Akhirnya rachel memutuskan untuk bertanya kepada bi ami asisten rumah tangga yang sudah bekerja sangat lama dengan keluarganya.
"Bi" panggil rachel saat melihat wanita paruh baya yang saat ini sedang menyapu dihalaman rumah.
Bi ami yang merasa namanya dipanggil segera menengok keasal suara. "Kenapa non?" Tanya bi ami ketika rachel sudah tepat berada didepanmu.
"Bunda sama ayah kemana bi?"tanya gadis itu
"Oh itu tuan sama nyonya lagi keluar tapi bibi nggak tau mau kemana?" Terang bi ami.
Rachel mengangguk "yaudah bi aku izin keluar dulu yah kalau bunda sama ayah nyariin bilang aja aku lagi jalan-jalan sebentar"
Bi ami tersenyum lalu mengangguk dan tak lupa mengingatkan rachel untuk selalu menjaga dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAKAF
Novela JuvenilJudul awal:gadis penolong "argghh...kenapa gue jadi kepikiran tuh cewek sih" kata kafka sambil mengusap wajahnya dengan kasar.