MC 3

6K 340 75
                                    

TER_GILA

setelah Brian pingsan, sekarang hanya ada dua manusia yang sedang berhadapan satu sama lain. Yaitu Rangga dan Gio.

Anak buah Gio?  Mereka kabur karena takut kepada Rangga saat melihat Rangga menolong Brian, itu berarti Brian sangat penting bagi Rangga. Karena Rangga pasti tidak akan pernah memedulikan orang lain kecuali orang itu spesial.

" jadi, lo mau memukul Brian cuma gara-gara dia jadi karyawan di perusahaan gue? Lalu, bagaimana jika Brian malah jadi kekasih gue? "

Gio terkejut mendengar perkataan dari Rangga, ia tidak pernah berfikir bahwa Rangga itu seorang gay. Tetapi, dia berusaha menutupi keterkejutan nya dengan wajah datar andalannya.

"gue baru tau kalo seorang Rangga bisa menjadi homo karena bocah pemarah seperti Brian. Dan, bukannya lo udah punya kekasih ya? "

Gio menampilkan smirk nya, ia tahu betul bahwa Rangga masih denial tentang orientasi sexualnya.

"terus, Apa bedanya dengan lo? Gue tau kalo orang yang lo sayangi itu Iyok, si orang ceroboh yang kekanak-kanakan. "

"tch, gue gak bakal pernah ngebiarin lo ngelukain Iyok!!!"

Dengan itu dimulailah perkelahian dari Rangga dan Gio. Mereka saling adu tinju, walau Gio lah yang sering menyerang dan Rangga yang nenahan serangannya.

"jangan cemen lo jadi cowok!  Ayo, lawan gue!! Jangan cuma ngehindar aja banci!!! "

Satu pukulan lagi dilayangkan oleh gio dan berhasil di tahan oleh Rangga, dan sekarang Rangga memulai serangan pertamanya dengan cara menendang perut Gio tepat di bagian ulu hati menggunakan dengkulnya.

"aakkhh..  Sialan lo Rangga! Karna lo, kakak gue masuk penjara bangsatt!!! "

Walau dengan tertatih, Gio tetap berusaha melawan Rangga sambil memegangi perutnya.

"itu salah dia sendiri. Kenapa dia menggelapkan dana di perusahaan gue? Apapun alasanya, gue gak peduli. "

Rangga berjalan mendekati Gio yang sudah terduduk lemah di lantai karena tidak kuat menahan sakit di ulu hatinya.

Rangga menjambak rambut Gio dengan kuat dan menghempaskanya ke lantai yang membuat Gio menjadi terlentang dan sakit yang menambah di kepalanya.

Rangga berjalan memutari tubuh Gio sambil bergumam yang kurang jelas didengar di telinga Gio.

Yang hanya dapat Gio dengar adalah Pisau, Pistol, dan Darah.

Rangga berhenti memutari tubuh Gio, ia lalu menekan dada Gio dengan salah satu kaki nya yang membuat Gio sesak nafas.

"Gio,,, gue mau membalas perbuatanmu kepada Brian yang tadi boleh? Tentu saja dengan kesakitan seribu kali lipat. "

Rangga mengeluarkan smirk nya, smirk yang membuat Gio merinding hanya dengan melihatnya.

"tch, sialan! Gue gak peduli lo mau apain gue, asal lo nggak nyakitin iyok. "

"khekhekhe, tenang. Gue gak bakal ngebunuh lo kok. Karena iyok pasti bakal musuhin gue, yah walaupun gue juga gak peduli. "

Kekehan kecil kembali terdengar dari mulut Rangga, tidak lupa smirk  yang membuatnya menjadi terlihat lebih tampan sekaligus menyeramkan.

"Gio, gue punya 2 mainan. Lo mau main yang mana? "

Rangga mengeluarkan sebuah Pisau yang tidak terlalu tajam dan juga Pistol. Lalu ia duduk di atas dada Gio, dan mulai menggoreskan pisau tersebut untuk membuat sayatan panjang dari wajah sampai leher Gio.

Karena pisau itu kurang tajam, Rangga berkali-kali membuat sayatan di tempat yang sama, dan tentu saja itu terasa amat menyakitkan bagi Gio.

"heemm,, sepertinya gue gak perlu pistol. Gue lebih suka melihat lo menggeliat kesakitan karena pisau ini."

Rangga kembali memasukan pistolnya kedalam saku jas yang ia pakai dan juga mengambil sesuatu dari sana.

Ternyata Rangga mengeluarkan sebuah botol yang berisi alkohol. Setelah itu, ia kembali menyayat kulit Gio di beberapa tempat.

Tiba-tiba Gio merasakan sesuatu yang sangat perih di kuku jari tengah nya. Tenyata, Rangga tengah berusaha melepaskan kukunya.

"akh...  sakitthh.. Lepasin g..gue..! "

"gak. "

Hanya satu kata yang terlontar dari mulut Rangga yang sedang berusaha untuk mencopot kuku jari tengah Gio.

Setelah terlepas, Rangga memperlihatkan hasil kerjanya pada Gio (kuku gio yang sudah terlepas) .

"lo takut kan, dengan darah? "

Dan itu membuat Gio pucat. karena jujur, Gio itu takut pada darah. Tetapi ia tidak pernah memberitahukan pada orang lain, hanya kakaknya lah yang mengetahui hal tersebut.

Dan,,,  bagaimana Rangga bisa tahu kelemahanya? Gio sungguh tidak paham dengan apa saja yang dapat di lakukan oleh  sigila Rangga.

"hmmm, tadi tangan apa yang lo gunain buat memukul Brian? Ouh! Tangan kiri rupanya. "

Rangga kembali menggoreskan pisau di tangan kiri Gio yang membuat si pemilik tangan mengerang kesakitan.  Sesudah tiga puluh kali sayatan, Rangga mengentikan kegiatannya dan melihat hasil karyanya dengan tatapan puas.

"terakhir, gue tinggal menyiramkan alkohol ini ketangan lo, dan lo bakal merasakan sakit yang sesungguhnya. "

Smirk Rangga semakin lebar. sekarang, ia benar-benar menjadi seorang psycho suka menyiksa orang-orang.

"ARGH!!  Rangga... Lepasinhh.. Gue.. ARGHHH!!!!

Jeritan Gio semakin lama semakin keras, karena Rangga yang semakin kasar menumpahkan alkohol tersebut ke luka-luka Gio.


Setelah beberapa menit Rangga menyiramkan alkohol, dan juga jeritan pilu kesakitan dari Gio, akhirnya Rangga selesai dan kembali berdiri untuk melihat hasil karyanya yang terlihat sangat indah menurutnya.

"Sekali lagi gue ingetin, jangan pernah berani menyentuh bahkan memukul Brian lagi. Atau lo bakal dapat yang lebih dari ini. Ingat!! "

Untuk pertama kalinya Rangga menaikan oktaf suaranya. Lalu ia menendang wajah Gio tiga kali baru pergi menuju Brian yang pingsan dan menggendongnya ala 'bridal style'.

Rangga berjalan menuju pintu keluar. tetapi, ia kembali berhenti dan menengok kearah Gio.

"Dan juga, gue gak bakal pernah minta maaf sama lo. "

Itulah kata-kata terakhir yang dapat Gio dengar, dari mulut Rangga sebelum ia pergi meninggalkanya sendirian.

"Iyookkhh... "

Tbc.

Ya lord, ini kenapa jadi ada psikopatnya sih? Padahal awalnya gak ada niat buat yang begini. Haduuuhhh...

Kak pugokacchi ,  kalo ada typo mohon di maklumi ya. Hehehe :)

Gambar hanya pemanis.

MY CEO 🐾Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang