Koi No Yokan

174 41 2
                                    

Koi no yokan (恋の予感)ㅡ(n.)

"The extraordinary sense upon first meeting someone, that you will one day fallin love"







"The extraordinary sense upon first meeting someone, that you will one day fallin love"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ㅡKak Yohan, 22 tahun, semester 6 jurusan Teknik Sipil Universitas 101










Back to 2019

"HANGYOOOL" Hangyul tampak terkejut melihat gue, Hyeongjun, dan Minkyu datang. Ck harusnya kalau dia ada masalah langsung datang ke kita bukannya duduk duduk gak jelas dengan tampang kacau begini.

"Astaga lo diapain kak? Ayo ke k24 beli alkohol bentar" kata Minkyu, gue lihat dibibir Hangyul ada luka dengan darah yang udah kering, sedangkan di bagian pelipisnya terlihat merah keunguan.

Gue mengepalkan tangan kuat, bokapnya Hangyul gue udah keterlaluan. Gue tau gimana tegasnya bokap Hangyul kalau udah menyangkut nilai akademis, tapi ya gak gini juga.

"Brengsek" gue gak tahan, gue baru aja berniat untuk membuat perhitungan dengan bokap Hangyul tapi Hyeongjun keburu megang bahu gue kuat lalu merapalkan ayat kursi di depan gue.

Padahal gue cuma marah kenapa berasa kayak di rukyah?

"Kalem-kalem gue gapapa" kata Hangyul membuat gue hanya memutarkan mata. Gue tuh suka heran lihat nih orang, memang apa salahnya bilang kalau lu capek? Lagian gue tau gimana kerasnya tu anak belajar karena gue dan dia sebenarnya punya daya ingat yang gak kuat kuat amat, tapi berbeda dengan gue, dia diharuskan dapat nilai yang memuaskan bokapnya,

dan gue juga tau Hangyul juga gak akan ngelawan atau sekedar protes dikit, dia sudah merasa itu tanggung jawabnya semenjak ia diadopsi oleh keluarganya. Dia gak mau jadi anak yang ngerepotin, ya padahal kalau orang tuanya siap ngangkat dia ya harusnya siap juga ngajarin hal yang baik ke anaknya, bukan dikerasin. Tapi ya balik lagi, Hangyul emang gitu orangnya, gue gak bisa memaksakan kehendak gue karena sudut pandang kita berbeda.

Tuh lihat aja, sekarang Hangyul malah candain Minkyu yang masih megang pipinya, bisa bisanya tu orang terlihat santai pas kita datang, daritadi ngapain aja sendirian—

Eh rupanya gak sendirian?

"Lah jim ngapaen lu?" Mata gue kemudian mengarah kepada sosok yang akhirnya gue sadari kehadirannya, melihat dari seragam yang masih ia kenakan sama dengan seragam sekolah gue dan melihat lambang kelasnya di lengan bagian kiri, gue jadi tahu kalau dia adik kelas gue. Masih kelas sepuluh, pantas gue asing banget sama mukanya.

"Ga sengaja ketemu, kayaknya kak Hangyul butuh teman curhat, kasian daritadi natap dinding terus" jawab gadis itu sambil membalas tosan dari Hyeongjun, gue kemudian ngelirik ke arah Hangyul meminta penjelasan tentang apa yang terjadi sebelumnya, Hangyul cuma natap mata gue yang berarti "iye bentar"

"Lah lo kenal?" Tanya gue ke Hyeongjun dan oh gue baru ngeh kalau Hyeongjun juga anak kelas sepuluh, saking seringnya main bareng gue kira Hyeongjun udah senior. Aowkwk

Sembari Hyeongjun menjelaskan kalau dia dan cewek itu sama-sama kenal karena ternyata dia temannya sepupunya Hyeongjun, gue kemudian melirik dia sekilas dan dia senyum sambil menganggukkan kepalanya, ke gue.

Hanya sekilas, tapi ada yang aneh di dalam tubuh gue. Kenapa rasanya seperti ada yang mencelos di dada gue? Dan kenapa tiba-tiba ada rasa hangat yang menjalar ke tubuh gue? Perasaan tadi gue naik mobil pake ac, lagian udah sore gini udah adem. Lantas apa penyebabnya?

Kayaknya gue terlalu lama tenggelam dalam pikiran gue sendiri disaat gue sadari dia udah gak berada di depan gue dan udah berjalan menuju...ah itu Puyo sepupunya Hyeongjun, adek kelas gue juga.

"Jima ya?" Tanya Hangyul membuat dia yang berjalan belum terlalu jauh itu masih bisa mendengar dan berbalik, kemudian menganggukkan kepala.

"Makasih ya" mendengar Hangyul ngomong dengan nada lembut seperti itu sebenarnya mengundang rasa ingin menaboknya di kepala, tapi kehadiran cewek itu mendistraksi gue.

Senyumnya, senyumnya yang ia tunjukkan saat ini yang membuat jantung gue kembali berdetak kencang.

Sinting. Gue rasa gue udah sinting.

Gue terus menatap kepergiannya dengan pikiran yang terus menerus bertanya, ada apa dengan diri gue dan berusaha mengusir jawaban yang tiba-tiba dimunculkan oleh perasaan gue,

kalo gue jatuh cinta dalam pandangan pertama.

Yang kemudian hanya bisa gue simpan, lupakan, lalu relakan. Karena gak lama kemudian gue tau dia sukanya sama temen gue dan temen gue juga dengan sangat jelas memperlihatkan kalau dia suka sama tu cewek.

Dan dari semua orang yang menatap dia di hari itu, cuma Hyeongjun yang sadar, kalau gue mulai menaruh rasa pada dia.

Hyeongjun juga yang tau seberapa sering gue  datang ke sekolah hanya untuk sekedar duduk di atas motor disaat gue harusnya menyiapkan properti ospek fakultas gue (karena waktu itu gue akan jadi maba) ketika bel pertanda pulang sekolah dibunyikan, menunggunya keluar dari kelas, kemudian kumpul sebentar bersama ketiga cowok yang gue duga sahabatnya dan duduk di bawah pohon.

Dan Hyeongjun juga yang tau seberapa pahitnya senyum gue disaat dia pulang bersama teman gue yang sudah sah berstatus sebagai pacarnya.

Dan Hyeongjun pula yang membuat duit bulanan gue menipis karena gue harus bayarin dia makan dengan alasannya,

"Sini gue temenin lu menghilangkan rasa galau. Ayo makan"


Yah, lagipula apa yang gue harapkan dari jatuh cinta pada pandangan pertama? Ya cuma bisa natap dia aja gak bisa lebih.

Apricity ㅡKYH KMKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang