Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
You may think that I forgot about you,
You may thing that I am happy with someone else,
But I still can't forget you like this.
Gue adalah salah satu orang dari berjuta-juta orang di dunia yang memiliki pendirian dimana gue tidak boleh menyesali apa yang sudah gue lakukan di kemarin hari. Karena apa yang sudah dilakukan tentunya merupakan hal yang terbaik dari yang di atas.
Namun, saat ini mata gue terus saja menatap ke arah sterefoam yang ada di dinding kamar gue.
"Kak Minkyu" tanpa izin suaranya kembali memenuhi ruangan gue, mengantarkan gue di masa dimana penyesalan itu mulai terbentuk.
"Halo" ucap gue dari seberang telepon,
"Kyu" gue mengecek layar ponsel sekali lagi, memastikan kalau gue tidak salah menyimpan nomor dan itu memang nomornya.
"Kak gyul? Jima dimana?" hening terasa, sangat hening sampai membuat gue tidak nyaman.
"Lo lagi dimana?" tak menjawab pertanyaan gue, kak Hangyul malah memberi gue pertanyaan lain. Gue melihat ke depan sebentar lalu menjawab,
"Cafe-"
"Minkyu ini perhitungannya gimana?" suara seseorang memutus percakapan gue, berasal dari depan gue. Membuat gue entah mengapa jadi membatu, ditambah lagi perkataan kak Hangyul selanjutnya,
"Oh sama Clare" gue masih diam memandang gadis yang ada di depan gue, yang dibalas dengan tatapan bingung oleh gadis itu. Gue menggeleng pelan, kemudian meminta izin untuk meneruskan telepon, ia mengangguk lalu kembali fokus pada bukunya.
"Ternyata emang gue kaga salah liat waktu itu" kata kak Hangyul dengan tajam,
"Setahu gua, sebar-barnya orang disana, selingkuh tetap hal yang jahat buat dilakuin"
apa katanya?
"Gue-"
"Itukan cewe yang selalu bareng lu selama ngurus beasiswa? Yang buat lu lupa janji lu ke gue mau jaga Jima baek-baek. Capek-capek Jima perjuangin lu, pertahanin hubungan kalian-"
Kenapa selalu begitu? Apa yang gue lakukan sampai orang-orang selalu berkata kalau Jima hanya berjuang sendiri tanpa mereka tahu dimana perjuangan gue. Tanpa mereka tahu kalau kemarin-kemarin Jima selalu mengurangi waktunya untuk gue setiap gue memintanya untuk menemani gue menghabiskan waktu setelah gue pulang les,
