The Guests

43 4 0
                                    

Aku menuruni tiga anak tangga sebelum duduk di anak tangga keempat sambil memeluk kakiku. Celanaku yang berlumpur sudah kuletakkan di keranjang dekat pintu. Roni beringsut dari tempat tidurnya dan mulai menaiki tangga. Dia berhenti ketika wajahnya sejajar dengan wajahku. Aku mengamati pipinya yang sedikit tembam kemudian turun ke arah jari kelingking kirinya yang menekuk aneh. Dadanya naik turun, tatapan matanya marah seperti biasa.
Aku menggeleng. "Tidak sekarang", bisikku. Wajahnya terlihat semakin marah, seperti hendak menubrukku.
Ini bukan yang pertama kali. Perlahan kuraih lengannya dan kupeluk dia.
Sambil menenangkan Roni sayup-sayup kami mendengar suara percakapan tamu yang menyebabkan masalah besar di rumah ini beberapa hari yang lalu. Aku menajamkan pendengaranku tapi tetap tidak bisa menangkap satu pun pembicaraan mereka. Ruangan ini selalu kedap, kecuali kalau ayah sedang marah besar.
Kami sudah duduk diam seperti ini selama kira-kira lima belas menit. Aku bisa memperkirakan waktu tanpa melihat jam. Itulah keahlian yang aku dapatkan setelah sekian lama tidak memiliki jam dinding.
Pantatku mulai pegal dan kupikir Roni juga sudah jengah. Dia anak yang pemberani, yang bisa kulakukan waktu seusia Roni hanyalah menangis.
Tepat ketika kami akan beranjak turun aku mendengar suara langkah menuju dapur. Seperti sudah diaba-aba kami langsung menuruni tangga dengan suara seminim yang kami bisa.
Kami berhasil melemparkan diri ke tempat tidur kami masing-masing ketika ibu menuruni tangga disusul ayah.
"Tidak akan ada.." kata ayah terengah-engah karena marah. "Kejadian seperti ini lagi." Dia mengarahkan pandangan ke ibu yang perlahan memeluk tiang tempat tidurnya. "Tidak akan ada lagi kejadian bodoh yang membuat orang masuk ke rumahku seperti tadi!" Ibu semakin erat memeluk tiang tempat tidurnya. "Dengar?" Ayah menghampirinya. Tangannya menggapai belakang kait gendongan tangan yang ibu pakai untuk bertemu tamu. "Lain kali kamu berbuat ulah lagi, tanganmu akan benar-benar kubuat patah di dua tempat." Dia mengedarkan pandang kepada kami, kemudian beranjak menapaki tangga dan memasang gerendel pintu dari luar. Meninggalkan kami bertiga di dalam ruangan yang sesak, namun seketika aku merasa bebas.

The Rukmanas (Keluarga Rukmana)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang