Chap 8

22 1 0
                                    

Hari ini cuaca cerah. Namun suasana tidak secerah dugaanku. Aku bersama bibi Jihan bertemu lagi dengan Raka, di persimpangan jalan.

Aku terkejut bukan melihat Raka berhasil menemukanku.

" kamu lagi? " bibi Jihan sama terkejutnya melihat wajah Raka. Ia makin panik saat menyadari aku sedang bersamanya, bukankah sama saja bahwa kebohongan bibi Jihan terbongkar

"Saya tau, tante kemarin bohongkan kalau Kara tidak tinggal dirumah anda?? " tanya Raka dengan nada tinggi

Aku terkejut mendengar cara bicara Raka yang sangat tidak sopan.

"Raka, apa apan sih. Jaga bicaramu, Bibi jihan itu orang tua" bentak ku pada Raka

Sungguh, aku tidak bisa lagi berbicara dengan ramah pada Raka. Lali laki itu selalu menyulut emosi

"Sudah Kara, bibi nggak papa"

Tiba tiba tanganku ditarik oleh Raka

"Ayo pulang Kara, sampai kapan kau akan disni? "

"Raka lepaskan, aku tidak mau pulang dengamuuu!! " bentak ku

Bibi yang menyaksikan bingung harus bagaimana, ia berushaa membantuku

"Kara, Apa kau tau Bibi Farida jatuh sakit? " tanya Raka menggebu

Deg

Aku terdiam, tubuhku melemas seketika. Hampir terjatuh,

mama sakit?

Beruntungnya dengan sigap bibi Jihan menahanku.
Rautnya cemas menanyakan keadaanku.

"Kara kau tidak papa sayang? " tanyanya khawatir

Aku tidak bisa berpikir lagi. Lalu kudengar bisikan bibi Jihan

"Pulanglah nak, Mamamu pasti sangat merindukanmu"

Aku menangis. Menangis deras. Detik itu aku benar benar terjatuh dan menangis, mama... Maaf kan aku.

Gara gara ku mama jatuh sakit, pasti karena selalu memikirkanku. Ya Allah betapa durhakanya aku..

Aku dan bibi Jihan pulang kerumah. Hari ini juga aku memutuskan untuk pulang ke Indonesian. Aku pasrah pada akhirnya harus kembali bersama Rak. Raka sudah menyiapkan semuanya.

Aku sangat sedih. Aku memasuki kamarku, kukemasi barang barangku. Kulihat pasmina sakuran warna pink pemberian sehun. Aku menangis.

Aki mencarinya, aku sangat ingin bertemu dengannya tapu aku tidak menemukan Sehun. Di mana laki laki itu. Dimana dia saat aku benar benar akan pergi dari hidupnya,

Aku hanya ingin menguatkannya.

sekali lagi, untuk tegar menghadapi masalahnya. Begitupun aku yang mencoba menerima masalahku sendiri.

Namun langkahku terhenti. kakiku melemas seketika, saat aku melihatnya di dapur.

Tes

Dia tidak sendirian,

Tes

Sehun... Dia?, ada seseorang saat ini sedang bersamanya

Tes

Perempuan itu, berambut panjang sebahu. Memeluk lengan sehun, bukankah hal seperti itu dapat dikatakan, mesra?

Aku terdiam mengamati mereka dari balik tembok dapur.
Mereka terlihat bahagia sesekali saling melepas tawa. Sebenarnya siapa wanita itu?

Apa dia sosok perempuan yang diceritakan sehun, gadis yang sedang ia sukai?

Cantik ,

Aku tersenyum miris. Perlahan kaki ku berjalan mundur, aku membalikkan tubuh. Kenapa aku selalu menerima kenyataan-kenyataan yang menyakitkan.

Sky Moment ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang