Terima kenyataan

82 18 0
                                    

Nasi Sudah Jadi Bubur

***

Rumah sakit Medical

"Pasien bernama Axelle Ziudith di kamar melati nomor 12 ." Zhy-zhy bertanya pasalnya dari dari kemarin ia tidak pernah menjenguk Axell.

"Iya terima kasih ya sus." Diana mengangukan kepala pada suster itu kode terima kasih. Mereka pergi menuju kamar yang suster tadi bilang.

"Assalamualaikum." Tidak ada sautan Zhy-zhy langsung masuk dan melihat Axell ternyata masih terbaring lemah, yang diketahuinya dari suster barusan, dia masuk dan suster keluar mengecek infus Axell bahwa sejak kejadian Axell belum sadarkan diri.

Sebenarnya Zhy-zhy sangat terpuruk tapi apa boleh buat tidak ada yang bisa mengembalikan keadaan seperti semula

Nasi sudah jadi bubur mau gimana lagi

tapi Zhy-zhy harus kuat menghadapinya toh kak nya butuh suport untuk kesembuhannya tapi yang diherankan kejadian ini hanya sekejap mata tidak pernah ia bayangkan, mudah sekali Tuhan memberikan cobaan seperti membalikan telapak tangan

"Gimana nanti gue hidup,gimana ngasih tau kk Axell. Mungkin masalah ekonomi yang kita hadapi bakal susah." batin Zhy-zhy yang sedang duduk di sofa sambil ngelamun di kamar rawat Axell.

♡'・ᴗ・'♡

Sudah hampir tiga minggu Axell terbaring di rumah sakit tanpa perubahan apapun. Dan hari ini adalah hari di mana ia mendaftar SMA ia mendapat biaya siswa, ya dia menerima biaya siswa ke sekolah yang sederhana itu karna yang seperti kalian tau faktor ekonomi nya..

Zhy-zhy Berasal dari keluarga Yang di bilang berkecukupan namun lebih dan klo kaya masih banyak yang lebih kaya dari ayah nya, ayah memiliki usaha minimarket yang sudah memiliki 3 cabang, tidak terlalu terkenal. Semenjak kejadian beberapa minggu lalu keuangan yang Zhy-zhy punya dari peninggalan ayah sudah hampir menipis ditambah lagi kondisi usaha ayah yang tidak seimbang antara pemasukan dengan pengeluaran, minimarket nya di kelola oleh Om Raka suami Tante Liyak.

Bukan masalah warisan tapi hal macam ini tidak pernah terfikir kan jadi bunda dan ayah tidak membuat surat wasiat apapun namun ia masih punya kartu ATM pemberian ayah untuk hal mendadak yang ia perlukan, selama tadi Zhy zhy tidak pernah menggunanya banyak untuk foya foya...

"Zhy usaha ayah kamu Om gadaikan, om pinjamkan uang ke bank, lagian itu untuk biaya keperluan minimarket, gaji karyawan, pesangon karyawan yang di PHK yang terpenting untuk biaya rumah sakit Axell kamu setuju kan, "

"Zhy juga gak tau Om mau gimana tapi setau Zhy-zhy Ayah punya minimarket , kebun di desa nenek, dan rumah ini terus apa lagi Om."

"Setau Om itu aja deh."

"Ohh, Saran Zhy-zhy gimana kalo kebun aja deh om yang di jual atau di pinjamkan ke bank."

"Gini ya Zhy klo misalkan kita jual bakal sulit cari pembeli dan kalo pun dapat pembeli mungkin dengan harga rendah dan itu semua kan gak bakal cukup buat keperluan dan kalo di pinjamkan ke bank itu juga gk bakal seharga dengan keperluan gimana kamu setuju kalo minimarket yang di bank kan." Zhy-zhy merasa curiga dengan om Raka karna menurutnya om Raka sedari tadi bersikeras untuk tetap meminjam modal ke bank tapi Zhy-zhy tidak mempertanyakan ia tidak mau ambil pusing lagian tau apa dia tentang masalah ini.

"Yaudah deh om masalah bank tadi Zhy-zhy izinin tp Zhy-zhy juga mau bagian untuk pengobatan kak Axell."

"pasti dong," Om Raka mengusap kepala Zhy-zhy

Don't CryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang