Persistent

2.6K 453 8
                                    

A/N: Early update karena ini seharusnya up lebih dulu sebelum chapter minggu kemarin.  Mohon maaf :(

Semenjak pertemuan pertama mereka, Shinsou belum pernah lagi berbicara dengan gadis itu,  atau bahkan dengan teman sekelas yang lain.

Asumsi negatifnya berkata bahwa gadis itu sudah lupa padanya. Buktinya ia tambah akrab dengan anak-anak yang ia pimpin. Yah..  Meskipun itu salah satu tugasnya sebagai ketua kelas.

Di saat yang lain,  Shinsou beranggapan bahwa mungkin (y/n) sedang sibuk,  dan bisa saja akrab dengan anak yang lain karena memang ada keperluan.  Bagaimanapun juga,  gadis itu tidak berada dalam jarak jangkauannya,  jadi Shinsou diam-diam mulai menyerah. Kembali pada kehidupannya yang penyendiri.

Pada kenyataannya,  gadis itu nyaris setiap waktu terhalang oleh tugasnya sebagai ketua kelas.  Saat pagi hari ia berusaha menyapa Shinsou,  selalu ada satu dua orang yang mengerumuninya.  Entah itu minta saran,  minta diajarkan soal,  atau sekedar mengakrabkan diri.  Maka betapa terkejutnya (y/n) mendengar reaksi temannya saat dia hendak menyapa Shinsou.

"Eh?  Kau mau menyapa dia,  Shinsou Hitoshi?" Alis gadis lawan bicaranya bertaut,  dengan mulut yang ditarik ke bawah. "Kau tahu tidak,  bagaimana dia dulu di SMP?" Yah,  kebetulan gadis itu alumni SMP yang sama dengan si lelaki bersurai ungu.

"Sebaiknya jangan, " lanjutnya,  "dia itu amat sangat penyendiri. Semua takut apabila berbicara dengannya,  kau akan terhipnotis. Mana kita tahu apa yang akan dia lakukan begitu kau berada di bawah pengaruhnya. "

(Y/n) mengangguk perlahan,  tapi benaknya tidak setuju.  Mana mungkin seorang murid Yuuei bisa begitu?  Meskipun (y/n) tidak tahu apapun soal lelaki ini,  dia bersikeras untuk membuktikan bahwa anggapan orang tentang Shinsou sangat keliru. Maka di pikirannya muncul sebuah ide.

"Bagaimana kalau aku bisa membuktikan bahwa dia tidak seperti itu?" Mata (y/n)  tampak berbinar, "kau mau kan,  menyebarkan berita bahwa dia orang baik apabila aku bisa membuktikannya?"

Teman (y/n) terdiam sesaat. Dia memang terbiasa menyebarkan rumor karena quirknya memang berfungsi demikian. Gadis itu meragu sebentar sebelum akhirnya menjabat tangan (y/n).
"Ok,  tapi kalau terjadi sesuatu denganmu,  aku tidak akan tanggung jawab."

Jadi dimulailah misi pertama (y/n) selama lima hari. 

Di hari senin ia pun menyempatkan diri menyapa Shinsou. Kebetulan sedang tidak ada yang tiba-tiba mengganggunya.  Lebih-lebih secara jelas menghalangi.  Tapi entah Shinsou tidak melihat atau memang sengaja mengacuhkannya,  lelaki itu tidak bereaksi.

"Apa maksudnya itu,  Shinsou? " Batin gadis mungil itu dalam hati.  Tapi dia tidak menyerah.  Ia segera melanjutkan strategi berikutnya,  yaitu pada jam makan siang.

Kafetaria pada jam segini selalu dipenuhi fans makanan buatan pro hero Lunch Rush. Tidak terkecuali (y/n). Gadis itu dengan cepat memesan makannanya dan matanya dengan gesit mencari Shinsou.

Meski agak kesulitan mencari seseorang yang tidak semenonjol Bakugou  atau Todoroki, (y/n) akhirnya menemukan lelaki berambut ungu itu tengah duduk sendirian. Maka dia melangkah menuju bangkunya.

Begitu melihat (y/n) menempatkan nampan makan siang di hadapannya,  Shinsou langsung bergegas membereskan kantung bekalnya dan beranjak pergi,  meninggalkan (y/n) dengan ekspresi kaget sekaligus marah.  Namun gadis itu tetap keras kepala.

Selama tiga hari berturut-turut ia diperlakukan begitu. Hingga akhirnya ia mendapati Shinsou tengah makan sendiri. Tentunya sangat susah untuk membereskan makananmu ketika sudah mulai makan,  akhirnya gadis itu berhasil memerangkap Shinsou.

Awalnya (y/n) menyapanya dan membuka percakapan seolah mereka sudah berteman. Tapi apa reaksi Shinsou? Ia hanya mengangguk lalu lanjut makan seolah (y/n) tidak ada.

Jadi begitu kagetnya (y/n) mendapati bangku kafetaria tempat Shinsou biasa makan kosong pada hari Jumat.  Lelaki itu tidak terlihat sama sekali di manapun. 

"Bagaimana? " teman (y/n) tiba-tiba datang dan menepuk pundaknya. "Kau sudah lihat sendiri,  kan?  Menyerah saja."
"Masih tersisa satu hari," (Y/n) berbalik,  "izinkan aku habiskan satu hari ini,  lalu kau boleh berkata semaumu." Dan dengan itu,  (y/n) menuju ke atap.

Gadis itu sempat cemas apabila Shinsou tidak ada di sana. Namun napasnya seketika melonggar begitu mendapati Shinsou terduduk di lantai atap, mengunyah makanannya dengan damai.

Lirikan sinis mata Shinsou tak membuat gadis itu gentar,  malah lebih bersemangat lagi.  Ia pun menempatkan diri duduk di sebelah lelaki itu.  Shinsou,  yang entah karena norma kesopanan atau memang terganggu,  bergeser beberapa senti.

"Apa maumu?" Tanya Shinsou tanpa basa-basi. (Y/n) memandangnya sejenak dengan ekspresi paling polos sambil membuka bekalnya.
"Kalau kau mau menggunakanku sebagai bahan taruhan,  aku tidak berminat. " Tembak lelaki itu dengan tepat. (Y/n) terbatuk-batuk kecil mendengarnya.

"Ya.." Gadis itu menggaruk tengkuknya, "mungkin memang demikian.  Tapi-" Shinsou segera berdiri.
"Sudah kubilang aku tidak tertarik. "
"Dengarkan dulu! " Wajah gadis itu kini merah padam,  entah dia sadar suaranya yang setengah berteriak tadi menyentak Shinsou.

"Satu menit. " Ujar Shinsou melirik jam tangannya.  Sungguh,  kalau sempat (y/n) akan bersujud syukur pada tuhan nanti malam begitu mendengar Shinsou berkata demikian.

"Kau sudah seminggu ini menghindariku. Padahal kurasa aku tidak melakukan apapun padamu.  Atau kau merasa aku melupakanmu?  Apa kau tahu aku selalu berusaha menyapamu, meski akhirnya terganggu oleh orang lain?

"Aku dengan keras kepalanya bertaruh dengan temanku. Aku ingin membuktikan bahwa kau tidak seburuk apa yang orang lain pikirkan."

Shinsou membatu di tempat. Mendengar gadis cantik ini menjelaskan sedemikian rupa membuat sistem pikirannya melambat sepersekian detik mencerna ucapannya tadi.

"Tapi... Kenapa?"
"Kenapa apa,  Shinsou? "
"Kenapa kau harus berusaha sejauh itu untukku?" Suara Shinsou terasa tercekat di tenggorokannya. Tapi (y/n) menggeleng frustasi.

"Ya tuhan, Shinsou. Apakah aku butuh alasan?  Aku ini seorang calon penyelamat dunia. Kau juga demikian. Apakah salah menghilangkan tuduhan palsu pada seseorang yang tak bersalah?"

Seolah ada sesuatu yang bangun di dalam dirinya,  Shinsou membulatkan mata.
"Kau mau kan,  membuktikannya bersamaku?" Tanya (y/n) menyodorkan tangannya.

Tangan Shinsou yang jauh lebih besar pun menyambut dengan suka cita.  Bersambung sebuah jabat tangan yang kuat,  tapi tidak kasar.  Hangat,  tapi tidak membakar.

Semua karena gadis itu.

Dear Shinsou (Shinsou X Reader)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang