One - Beautiful Sky

2 0 0
                                    

Mentari hadir di antara awan
menghiasi kecantikan langit tanpa menutupinya.

"Dys."

"Apaan," balas Gladys mengalihkan pandangannya dari catatan biologi menatap lawan bicaranya, Dio

"Pinjem buku pr mat lo dong Dys," Ujarnya

"Lah kan pelajaran mat kaga ada hari ini, gak gue bawak lah,"

"Yahh, fotoin dong ntar."

"Lo mau nyalin pasti kan?"tebak Gladys, tepat

"Kaga, liat doang"

"Hilih, kaga percaya gue, buat sendiri dulu ntar baru cocokin sama punya gue, ntar pas ujian remed lagi lu kaga paham, sampe kapan nyalin pr terus, pr ntu sama kayak latihan supaya lo mantap paham tentang tu materi," jelas gue, kayak panjang kali lebar

"Cape nih gue denger ceramah loh, jadi ustadzah sono mbak," balasnya malas

"Ya lo sih, pemales, heran gue kenapa si Alin mau sama lo, lo pelet ye?" ujar Gladys menyebut nama gebetan baru Dio

"Udah ah, intinya ntar fotoin," balas Dio pergi kembali ke kursinya

Entah kenapa dia tidak pernah mau menanggapi ketika Gladys membahas gebetannya itu. Sepengetahuan Gladys, Alin memberi tahu salah satu teman Dio bahwa dia menyukai Dio dan hal-hal biasa mengenai percintaan remaja lainnya. Klise.

Harusnya saat ini adalah pelajaran biologi di kelas 10 IPA 1, namun guru mereka sedang tidak enak badan dan meninggalkan tugas berupa catatan dan harus siap saat itu juga.

Seperti kelas pada umumnya, hanya beberapa yang benar-benar mengerjakan, sedangkan yang lain, menunggu yang ada yang selesai dan misi menyalin dimulai.

/lonceng berbunyi dari speaker

Sebagian besar siswa belari keluar kelas termasuk Gladys. Dia berjalan menuju kelas sebelah tempat sahabat SMP nya berada Sania dan Thifa untuk menuju kantin.

"Mau pecah otak gue woi, sumpah tuh pelajaran ga jelas banget, ini gue yang bego atau tuh pelajaran yang susah?" ujar Sania mengeluh

"Kawin aja lo San sama om-om tua," balas Sania

"Iya ntar tuh om-om mati, hartanya untuk lo," tambah Gladys, bercanda

"Untung om-om nya single kaga punya anak istri, kalau anak nya selusin? Mati gue ngurusin anak kucing,"

"Pinter-pinter dong lu nyari nya,"

"Sky!" panggil seseorang tiba-tiba

Gladys menoleh mencari sumber suara, dan disana berdiri seorang cowok sosok kakak baginya kembali.

"Kak Arvin, udah balik dari Surabaya?" sambut Gladys begitu Kak Arvin sudah ada di sebelahnya.

"Hai Sania, Thifa. Udah dong, kangen pasti ya?" ujar Kak Arvin setelah menyapa kedua sahabat Gladys

"Ga, ngapain kangen?"

"Sok jual mahal dih," ejek  Kak Arvin sambil mengacak rambut Gladys

"Kak! Kusut nih aku lagi makan, sana sana," protes Gladys

"Hahaha, yaudah gue ke temen gue dulu, met makan sky. Duluan ya San, Thif," Pamit Kak Arvin

"Ciee gimana nih masih kakak adek zone?" goda Thifa

"Apaan dia udah kayak kakak gue sendiri elah," balas Gladys

"Lo beneran gak ada perasaan ke Kak Arvin sama sekali Dys?"

"Ada lah, gue sayang sama dia."

ada jeda sejenak,"sebagai kakak."

"Aelah, gak asik lo Dys, liat deh Kak Arvin, ganteng, baik, perhatian, tinggi, anak basket, anak osis, pinter apalagi yang kurang," protes Sania tidak terima Gladys tidak memiliki perasaan terhadap Kak Arvin yang notabene seorang cowok famous di sekolah.

"Ada kurangnya, dia cuma kakak bagi gue dan gue cuma adik bagi dia."

Sania dan Thifa hanya diam, tidak lagi memperdebatkan perasaan Gladys karena mereka tau, Gladys tidak akan terpengaruh.

Jam istirahat usai, mereka kembali ke kelas masing- masing.

"Woi!" teriak Dio di depan Gladys

"Apaan si eek," balas Gladys yang hanya di anggap angin lalu bagi Dio, dia berlalu, selalu seperti itu.

"Gajelas."

Gladys berjalan untuk meminum airnya dan berjalan kembali ke luar kelas untuk melihat langit sambil menunggu guru mata pelajaran datang.

Seperti biasa. Langit tetap sama, indah dan dapat memperbaiki mood Gladys yang memburuk karena masalah kakak adik tadi. Masalahnya hanya satu. Dia tidak tahu apa yang dirasakannya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 22, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

LangitWhere stories live. Discover now