Suasana hening tercipta sedari tadi. Sedari Sean dan Lea mengumumkan jika mulai besok Gabe dan Sky akan tinggal bersama di apartemen Gabe. Sedari Sean dan Lea meminta mereka untuk berangkat bersama. Pemuda itu tentu ingin menolaknya. Namun apa yang bisa dia katakan pada kedua orang tuanya? Tidak ada. Tidak ada alasan yang bisa ia katakan untuk menolak.
"Denger." Gabe membuka suaranya setelah diam sedari ia menyalakan mobilnya itu. "Gue enggak akan ngomong ini dua kali."
Sky yang sedari tadi melihat ke arah luar dari jendela mobil yang ada di sebelahnya itu pun menoleh dengan senyuman yang menghias di wajahnya. "Apa?" katanya.
"Jangan sampe ada yang tau siapa lo dan siapa gue. Gue enggak mau satu pun orang tau status kita," ujar Gabe dengan pandangan yang lurus ke depan.
"Kenapa?" Wajah Sky berubah mendung. Harusnya ia senang karena di hari pertamanya berkuliah setelah ospek, ia bisa berangkat bersama dengan Gabe.
"Lo enggak perlu tau!" bentak Gabe. Padahal gadis disebelahnya itu hanya berujar lirih. "Sampe ada orang yang tau, gue pastiin kita enggak akan pernah ketemu lagi." Gabe menginjak pedal gas mobilnya dalam-dalam. Pemuda itu ingin cepat sampai di kampus mereka dan berpisah dengan gadis yang duduk di sebelahnya itu.
Tak berselang lama, sekitar seratus meter dari gerbang kampus, Gabe menghentikan laju mobilnya. "Turun!" perintah pemuda itu dengan suara yang kelewat dingin.
"Apa?" Sky terkejut. Pasalnya mereka belum sampai dan Gabe menyuruhnya untuk turun.
"Lo tuli?!" Gabe setengah berteriak. Emosi pemuda itu benar-benar tak terkendali saat ia berada di dekat Sky. Itu lah alasannya mencari-cari cara agar Sky menjauh darinya dulu dengan menyarankan agar Sky masuk ke sekolah asrama wanita.
"Maaf," ujar Sky lirih meski senyuman masih terlukis di wajah mendungnya. "Aku ... turun," ujarnya lagi.
"Cepet!" Setelah ucapan terakhir yang Sky dengar sebelum ia menutup pintu mobil itu, Gabe kembali melajukan mobilnya, meninggalkan Sky yang menatap bingung ke arah mobil itu.
Gabe dulu tidak seperti itu padanya. Bahkan ia mengingat bagaimana pemuda itu menjaganya dulu. Entah apa yang membuat Gabe menjadi seperti itu, Sky sama sekali tidak tahu.
🌃🌃🌃
"Sky!" Seorang gadis yang berusia seumuran dengan Sky berlari sambil menyerukan nama Sky. Itu Janice Juwita Ross, teman dekat Sky sejak ospek kemarin.
"Hai, Jane," sapa Sky saat gadis itu berjalan disisinya. "Kamu telat?" tanyanya.
"Iya, nih. Biasa lah. Dandan dulu." Jane tertawa. "Lo itu beneran dari beasiswa?" Jane masih tidak percaya dengan satu hal itu.
"Iya." Sky tersenyum. "Harusnya aku masuk kuliah tahun depan, sih."
"Wait?" Jane menghentikan langkah kakinya. "Jangan bilang kalo lo itu akselerasi?!"
Sky menganggukan kepalanya sebagai jawaban. "Waktu SMA, aku cuma empat semester," jelasnya.
"Gila! Lo keren banget, Sky!" puji Jane. "Untung kita satu jurusan, ya."
"Makasih, Jane." Sky tersenyum senang karena mendapat pujian dari teman barunya. Namun senyumnya tak bertahan lama saat tiga orang pemuda berdiri tak jauh dari mereka tertangkap di netranya.
"Sky, temenin gue kesitu, yuk!" Tanpa permisi, Jane menarik tangan Sky dan membawa gadis itu ke kumpulan pemuda yang sedang bercanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BASTARD UNIVERSE [SKYLAR]✔️
General Fiction📢 SEBAGIAN CERITA SUDAH DI HAPUS 📢 WARNING!!! MENGANDUNG BANYAK UNSUR DEWASA. Skylar dan Gabriel adalah kakak-beradik. Namun Gabriel membenci Skylar. Sampai sekarang, gadis itu masih belum tahu apa yang membuat Gabriel benci kepadanya. Bak diberi...