Sebuah kota kecil sederhana yang begitu tentram, ditambah lagi letaknya yang strategis dipinggir pantai membuat nyaman para penduduk maupun pedagang yang sekedar singgah dalam perjalanannya.
Desaran oambak biru di bawah sinar matahari yang begitu terang sangat mempesona bak kristal yang begitu mahal.
Seorang gadis cantik berambut pirang nampak terlihat dari kejauhan, duduk termenung memejamkan mata seraya menikmati suara merdu nyanyian sang ombak yang begitu indah, Memangku keranjang penuh bunga mawar.
" Thalassa, sedang apa kamu disini. Aku tebak, pasti seperti biasa, memandangi ombak dengan mata terpejam " oceh seoramg gadis yang tiba tiba datang entah darimana. Thalassa masih diam dengan posisinya semula.
" Thalassa plisss jangan cuekin aku. "
Masih dengan rengekan yang tidak direspon oleh thalassa." eVe apa sih " hanya sekedar merespon singkat.
" Bibi Mthy mencarimu "
" Benarkah "
" Mana bisa aku berbohong pada mu "
Thalassa berdiri, menghembuskan nafas sejenak dan pergi membawa keranjang mawar meninggalkan eVe yang masih kesal pada thalassa. Tapi bukan eVe jika tidak mengikuti thalassa kemanapun.
Thalassa pergi meninggalkan pantai menuju pemukiman yang ramai oleh para penduduk dan pengunjung. Berhenti disebuah toko yang menjual begitu banyak bunga didepannya, meletakan keranjang di pingpinggir pot bunga lainnya. Thalassa membuka pintu toko dan terlihat seperti mencari seseorang.
" Bibi Mthy , apa kau mencariku? "
Tidak ada jawaban, sontak Thalassa mencari eVe yang sibuk dengan bunga bunga didepan toko dan meminta penjelasan.
" eVe ? "
" iya thalassa , aku tidak berbohong tadi bibi Mthy benar benar mencarimu "
" Sekarang dia dimana? "
" aku tak tahu, kamusih lama "
Tak memperdulikan, Thalassa masuk lagi kedalam toko mencari keseluruh ruangan tapi tak ada bibi Mthy dimanapun. Thalassa lupa, ada satu ruangan yang merupakan tempat paling disukai bibi Mthy yaitu perpustakaan dilantai dua yang memiliki banyak buku yang tidak dimengerti thalassa.
Saat di depan pintu Thalassa mencoba membuka handle pintu dan ternyata pintu perpustakaan yang selalu dikunci kini tidak terkunci lagi.
" bibi Mthy apa kau didalam? " . Sambil sedikit mejorokan kepalanya melihat isi perpustakaan.
Tidak ada jawaban sama sekali, tanpa izin Thalassa masuk begitu saja kedalam perpustakaan yang begitu luas jika dilihat dari dalam. Sebelum ini Thalassa pernah masuk sekali keperpustakaan ini karena bibi Myth yang lupa mengunci pintu.
Didalam perpustakaan ini banyak sekali buku yang menurut Thalassa aneh tapi begitu nenarik. Dulu thalassa pernah mengambil salah satu buku dengan empat simbol berbeda disampulnya, tapi saat ingin membuka bibi Mthy memergokinya masuk diam diam dan Thalassa berakhir dengan membatu bibi Math di toko. Itu sangat melelahkan.
" Bibi Mthy apa aku boleh masuk " masih tak ada jawaban.
Saat di dalam dan melihat begitu banyak buku, jiwa rasa ingin tahu yang tinggi thalassa tergoyahkan. Dengan sedikit keberanian thalassa mulai mendekati rak rak buku yang tersusun rapi seperti biasa, menyusuri tiap tiap rak mencari sesuaru yang menarik. Saat sedang menyusuri rak demi rak thalassa menemukan sebuah buku kuno dengan sampul gambar ombak dan sebuah trisula berdiri tegak menghiasi tengahnya.
Saat ingin membuka buku itu, thalassa menemukan bibi mthy dari sela sela buku. Thalassa mmencoba mendekan dan benar itu bibi Mthy yang sedang membaca buku disebuah sofa memunggungi tempat berdiri thalassa.
" Bibi Mthy, apa kau mencariku. Dari tadi aku memanggilmu? "
" Oh, Thalassa kau mengagetkanku. Oiya aku tadi mencarimu, maafkan nenek tua ini yang sudah tidak lagi mendengar dengan jelas"
" tidak apa bi. Kupikir eVe mengerjaiku "
" sini duduk, akan ku beri tahu sesuat " sambil menepuk sofa kosong disebelahnya menyuruh thalassa duduk.
Thalassa tak mampu berfikir sekarang, apa benar ini bibi mthy yang ia kenal, sosok mengerikan yang selalu memarahinya tiap ia berbuat sesuatu. Sepertinya sosok itu telah lenyap sekarang. Thalassa duduk di samping bibi Mthy masih dengan membawa buku yang belum sempat ia buka tadi.
" Ada apa bibi Mthy memanggilku? "
Bibi Mthy hanya tersenyum menanggapi raut wajah bingung thalassa. tunggu, bibi Mthy tersemum pada thalassa ini sesuat yang aneh dan membingungkan, Thalassa semakin takut.
" Berapa usiamu Thalassa? "
" e enn enenaam belas tahun bi "
" sudah waktunya " bisik bibi Mthy tang sayup sayup terdengar oleh thalassa
" Thalassa ulurkan tanganmu "
Dengan ragu ragu thalassa mengulurkan tangannya dan memberikan kepada bibi Mthy. Ia mengusap tangan lembut thalassa dan berhenti tepat di simbol yang tidak diketahui thalassa.
" Kau tau ini simbol apa " sambil menunjikannya pada thalassa .
Thalassa hanya menggeleng tak mengerti apa arti simbol segitika yang memiliki simbol lainnya di tiap ujung segitiga yang berada di telapak tangannya.
" Suatu kehormatan memiliki simbol ini, dan suatu kehormatan juga dapat memiliki tanggung jawab mendidikmu sampai saat ini. Kini saatnya kamu tau semua. Bibi hanya bisa mendidikmu sampai sini, ini batasan bibi. "
" Maksud bibi Mthy apa? Aku masih belum mengerti sampai saat ini "
" kamu akan mengerti saat membaca buku buku penting dalam perpustakaan ini, lihatlah buku dalam rak kaca disana, itu hanya bisa dibuka olehmu thalassa " sambil menunjuk rak kaca dipojok ruangan yg berisi hanya beberapa buku didalamnya.
" itu buku buku yang ditulis oleh kaum angkasa dan ditinggalkan kedua orang tuamu hanya untukmu thalassa "
" sudahlah, waktu hidup ku tidak lama lagi, pelajari buku utama itu dan jagalah sampai akhir hayatmu. Sekarang perpustakaan ini milikmu" tersenyum dan pergi meninggalkan thalassa dengan begitu banyak pertanyaan dalam pikirannya.
"tapi bibi Mthy..."
" sudah lahh aku pergi dulu, banyak pelanggan dibawah, kasihan eVe. Ngomong ngomong jaga dia untukku ya "
Saat bibi myth menghilang dibalik rak rak buku yg begitu besar itu, sekian pertanyaan dalam pikirnya yang begitu mengganggu harus segera di jawab, pikir thalassa .
Dalam rak kaca yang didepan thalassa kini terdapat empat buku dengan simbol berbeda ditiap bukunya, salah satu buku dengan sampul yang memiliki simbol yang juga dimiliki thalassa mampu memikat hati nya, mungkin semua pertanyaan dapat dijawab oleh buku bersampul biru usang itu.
Buku itu tersegel rapat oleh segitiga yang berada disampul depan, bagaimana cara thalassa membuka buku ini. Saat mengamati segel itu, thalassa langsung teringat pada simbol ditangannya, sekilas ide melintas dibenaknya untuk menyatukan segel tersebut dan telapak tangannya.
" ini berhasil " seutas senyum gembira tergambar di wajah thalassa
Saat segel itu selesai mengait dengan tangan thalassa, sebuah cahaya terang memenuhi seluruh perpustakaan ini. Cahaya yang begitu menyilaukan mata dan pandangan membuat thalassa memejamkan matamatanya. Saat matanya terbuka sesuatu terjadi ia tidak lagi diperpustakaan dengan banyak buku.
Kini thalassa berada dalm ruang hampa di permukaan air.
KAMU SEDANG MEMBACA
Children of Element
FantasyHidup dimana suatu sihir dan kekuatan element adalah segalanya, namun tak diketahui oleh seorang Thalassa. Ya, Thalassa Azury namanya, gadis muda yang terpilih menjadi penerima buku suci milik para dewa. Ketidak tauannya akan sihir dan elemant itu...