Mereka bertiga kini berjalan beriringan menuju kearah hutan. Thalassa ataupun eVe tak tau mereka akan pergi kemana, berjalan mengikuti narey tanpa ragu. Pakaian yang mereka gunakan pun telah kering akibat panas matahari yang begitu terik. Tak lama mereka telah memasuki hutan. Sepanjang mata melihat hanya ada semak semak belukar yang nampak beracun jika dikomsumsi dan pohon pohon tinggi yang mendominasi.
Berjalan lurus kedepan tanpa berhenti, menerobos masuk hutan. Namun kali ini cahaya mulai berkurang karena terhalang oleh pepohonan yang semakin lebat.
Ditengah perjalanan tiba tiba narey berhenti dan sontak Thalassa dan eVe yang berjalan dibelakannya menabrak punggung kokoh narey.
" aduhh " suara Eve yang sedikit berteriak terdengar saat tubuhnya menabrak Thalassa.
" diam " bentak narey dengan berbisik pada eVe. Saat itu juga narey berubah sikapnya yang tenang menjadi bersiaga menerima ancapan. Thalassa hanya diam, atau lebih tepatnya takut. Ini baru pertama kalinya ia berada dalam hutan.
Beberapa saat terdengar suara seperti hentakan kaki kuda yang berlari. Begitu banyak dan semakin dekat. Narey sedikit maju kedepan dan membiarkan Thalassa dan eVe berada dibelakangnya. Pedang air milik narey yang pernah ia tunjukan pada thalassa pun sudah berada digenggamannya.
Dari kejauhan Thalassa mampu melihan debu yang begitu banyak, mereka mulai dekat. Saat narey akan menyerangnya tiba tiba seseorang muncul dari dalam pekatnya debu. "tungu tungu, jang bunuh mereka " seseorang didalam debu bersuara. Sepertinya ada manusia disan. Narey menurunkan pedangnya.
" siapa kau " ucap narey.
Orang itu mulai terlihat dan debu mulai menghilang. Ternyata yang membuat suara seperti kuda berlari memang kuda sungguhan.
" apa dia bersayap ?" pertanyaan yang keluar dari mulut Thalassa hanya mendapatkan tatapan bingung dari eVe dan narey.
" hei Thalassa " seru eve dan mencubit sekilat lengan Thalassa.
" sakit eVe, kenapa kau mencubitku " jawab Thalassa kesal sembari mengusap bekas cubitan eVe yang memerah.
" aku pikir kau sedang bermimpi. Itu hanya kuda biasa tanpa sayap " lanjut eVe.
" dia tidak bermimpi " saut seseorang yang membawa rombongan kuda tadi. " mungkin dia melihat wujud asli dari para pegasus ".
" ngomong ngomong siapa kau " tanya narey tanpa basa basi pada orang itu.
" aku hanya manusia biasa yang menjadi penggembala kuda " jawab penggembala dengan sopan. " kuda mana yang kau lihat " tanya penggembala itu pada Thalassa.
" dia sudah pergi " jawab Thalassa berbohong. Padahal ia masih melihat kuda yang disebut pegasus itu berdiri dibelakang sipenggembala. Thalassa merasa sepertinya pegasus itu menyuruhnya agar jangan memberi tahu sipenggembala itu.
" baik lah, apa kalian ingin kekota? "
" iya " di jawab singkan oleh narey.
Mereka semua melanjutkan perjalan. Masih dengan narey didepan dan Thalassa bersama eVe yang terus mengikuti. Dan juga si pengembala dan gerombolan kudanya yang melanjutkan perjalanannya kembali.
Dengan demikian Thalassa sudah tau arah tujuan narey sekarang. Membawa Thalassa dan eVe ke sebuah kota yang entah apa isinya.
Mereka sudah lama berjalan, "kenapa tidak menaiki kuda saja" itu yang selalu Thalassa pikirkan. Kali ini Thalassa mulai lelah, langkah kakinya mulai sedikit lambat. Narey yang mengetahui bahwa Thalassa dan eVe yang sudah mulai tertinggal dibelakang, ia membalikan badan dan berusaha menyemangati mereka berdua " sebentar lagi kita sampai, anggap saja ini sebagai latihan kalian berdua ".
KAMU SEDANG MEMBACA
Children of Element
FantasyHidup dimana suatu sihir dan kekuatan element adalah segalanya, namun tak diketahui oleh seorang Thalassa. Ya, Thalassa Azury namanya, gadis muda yang terpilih menjadi penerima buku suci milik para dewa. Ketidak tauannya akan sihir dan elemant itu...