"Sudah ketemu?". Tanya nyonya medhtanan pada ibu can.
"Belum, tapi aku rasa anak itu tidak akan kemana mana. Sudahlah nanti pasti akan kembali". Jawab ibu can yang terlihat sangat santai.
"Benar bi. Dia tidak akan pergi kemana mana. Aku jamin...". Ley ikut meyakinkan wanita yang terlihat sangat khawatir itu.
"Kalian yakin? Bagaimana jika terjadi apa apa dengan can? Oh! Apa jangan jangan can kabur karena tidak terima ditunangkan dengan tin? Bagaimana ini??". Nyonya medhtanan lagi lagi memperkeruh suasana dengan kehawatirannya.
Siang ini can menghilang dari rumah sakit setelah tidak sadarkan diri selama 3 hari. Semuanya terjadi diluar dugaan, sesaat setelah can menyumbangkan darahnya pada tin dia mengeluh pusing dan ingin istirahat sejenak, namun setelah tidur selama 7 jam can tidak juga kunjung bangun.
Meskipun dokter berkata bahwa can baik baik saja, namun nyonya medhtanan masih saja khawatir dan meminta agar dilakukan pemeriksaan lengkap pada tubuh can.
Dari ujung kepala hingga ujung kaki sudah dilakukan pemeriksaan dan kesimpulannya can hanya terlalu lelah dan butuh istirahat total.
Keesokan harinya ketika tin terbangun setelah melewati kondisi kritis hal pertama yang dia cari adalah ibunya. Yah, Tentu saja kan? Tin ingin segera memastikan hasil dari rencana gilanya.
Tin yang awalnya begitu bersemangat menunggu kedatangan ibunya hanya bisa menelan pil pahit ketika yang dia dapati adalah ayahnya. Tuan medhtanan masuk ke ruangan tin dengan wajah yang emosinya tertahan dan siap meledak saat itu juga.
"Suster.... kepala ku mendadak pusing. Biarkan aku tidur sejenak, aku tidak ingin ada tamu sementara". Tin mencari alasan agar ayahnya pergi dan tidak mengoceh padanya.
"Oh? Lihat anak kuranga ajar ini! Berani beraninya kau mencoba mengusir ku setelah semua hal gila yang kau rencana kan dan setelah membawa ibu mu terlibat dalam ide gila mu! Kau bahkan membuatku menyerahkan setengah hasil kerja kerasku demi cinta gila mu! Bla bla bla....".
Mendengar ocehan ayahnya yang panjang dan lebar membuat kepala tin benar benar sakit hingga dia menarik bantal kepalanya dan menggunakan banta itu untuk menutup telinganya.
"Tsk! Dasar anak ini! Kau benar benar kurang ajar! Baik, kau tidak mau mendengar ku? Oh aku ingin memberitau mu juga bahwa kekasih mu sampai saat ini belum sadar setelah menyumbangkan darahnya untuk mu! Hebat bukan? Masalah demi masalah terus berdatangan!. Well, selamat tidak bisa tidur!". Tuan medhtanan pergi meninggalkan tin.
*BRAK*
Tul masuk ke kamar tin dengan wajah kusut dan memberikan amplop yang sudah menjadi mimpi buruknya selama 2 hari.
"Can baik baik saja, jangan termakan omong kosong ayah. Dia hanya mencoba mengalihkan perkara yang sebenarnya dari kepala mu ke kondisi can". Kata tul dengan wajah lelah.
Tin meneriman amplop itu dengan wajah bingung. Dia membuka amplop itu dan membaca isinya.
"Milik siapa ini?". Tanya tin dengan ekspresi datar.
"Siapa lagi... tentu saja ibu. Apa kau tidak bisa membaca data pasiennya". Tul medudukkan dirinya di sofa nyaman yang berada diruangan VVIP itu.
"Hah?". Respon tin karena tidak paham.
"Apanya yang Hah?". Tul memijat mijat dahinya.
Sejenak tin terdiam mematap amplop itu. Tin mengenggam amplop itu ditangan kananya dan kembali membaca informasi didalamnya detail dengan mulut yang terbuka.
Semakin lama ekspresi wajahnya berubah menjadi semakin horor dan geli.
"Oh shit...!!!, kau urus ini!". Seru tin lantang sembari melempar kertas ditangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Sin (End)
ФэнтезиDosa dimasa lalu yang mereka lakukan menghasilkan hukuman yang tidak ada hentinya terulang dimasa depan.