Gadis Peterpan

21 5 0
                                    

Di sebuah jalan, gadis berambut biru panjang yang menutupi sebagian wajah kirinya itu sudah berjalan bersama seorang pria. Sepanjang jalan tak sepatah kata pun keluar untuk jadi pembicaraan. Kini dua pasang ayunan indah itu sudah terlihat. Ayunan itu masih diam tak bergoyang menandakan belum ada yang memakainya. Seketika gadis itu berlari menuju ayunan, memilih duduk diayunan dekat rerumputan penuh bunga dandelion. Seperempat bagian bunga dandelion itu berterbangan mengikuti arah larian gadis itu. Sesudah si pria duduk, si gadis memandangnya lalu menunduk. Suasana hening, taman hanya berisikan 2 orang yang tak saling berbicara. Menit berlalu, si pria kemudian memandang sang gadis.

"kau sudah boleh bicara sekarang" ucap si pria.

"Fyuhhh... dasar kau tak bisa perhatian padaku ya. Sudah tau aku suka bicara malah melarangku bicara sepanjang jalan. Hmmp itu membosankan" balas Zea.

"Aku tak habis pikir, bagaimana kau bisa berbicara sangat banyak padahal aku sendiri yang mendengarkan saja sudah membuat lelah. Mungkin hanya orang bodoh sepertimu yang begitu"

"Heehhh kau inii. Oiya apa kau mau tau bagaimana aku menjalankan mimpiku semalam?"

"Kau melakukan itu lagi? Hanya bisa menjalaninya di dunia mimpi dan tidak di dunia nyata itu tidak menyenangkan" kata Dareen dengan ekspresi murung.

"Kalau bagiku sih itu menyenangkan, setidaknya kita bisa merasa senang walau cuma sesaat" balas Zea dengan senyum manisnya.

"Kalau begitu bagaimana kau menjalankannya semalam?"


Zea mulai bercerita tentang mimpi yang dia kendalikan semalam.

'Di suatu zaman hiduplah seorang gadis berkemampuan bela diri dan juga lincah. Setiap harinya dia selalu pergi ke gudang penyimpanan bahan makanan. Dengan tubuhnya yang kecil serta kakinya yang kuat, dia melompat ke pagar besar. Ketika sampai diatas pagar dia turun melalui pohon serta bersembunyi dari penjaga.

Hahh penjaga bodoh... terus saja kau tatap gerbang kosong itu. Batinnya.

Setelah beberapa menit melihat sana sini dia menemukan jalan masuk ke gudang. Lalu mengendap ngendap pergi masuk ke dalam. Sesudah memasukkan beberapa bahan makanan ke dalam tas yang dibawanya dia mulai berdiri bersiap untuk pergi.

Beberapa menit kemudian dia menyadari ada sebuah lukisan tergantung didinding belakang. Lukisan berpotretkan dua anak kecil bergandengan seperti sedang berlari dengan tawa bahagia di wajah mereka. Si anak perempuan berambut biru dengan topi bundar dan lebar berhiaskan pita berwarna biru. Yang disampingnya lagi seorang anak laki laki yang menggandeng anak perempuan dari depan. Saking lamanya memandang lukisan itu si gadis lupa akan keadaannya sekarang.

Wusss...jleb !!


Sebuah anak panah terlontar dari arah belakang. Beberapa penjaga masuk, melihat seisi gudang yang sudah berkurang isinya.

"Sial gadis itu kemana?ayo kita cari anak panah tadi" si penjaga mulai berjalan mengelilingi gudang dan menemukan panah yang tergeletak ditanah berlumur darah. Beberapa tetes darah terjatuh meninggalkan jejak sepanjang jalan.

"Gadis pencuri kau tak bisa kabur lagi" kata penjaga.


Para penjaga langsung mengikuti jejak darah itu, terus berjalan dan semakin masuk ke hutan. Tak ada cahaya matahari yang bisa menembus pohon besar disana.

"Hoi paman paman, apa yang kalian cari?" suara itu sontak membuat para penjaga kaget. Beberapa anak panah dilontarkan ke arah suara. Namun tak terdengar suara jeritan sama sekali.

"Paman paman jangan bodoh gitu dong. Jangan bilang kalian benar benar percaya dan mengikuti jejak tumbukan akar mengkudu yang kubuat. Aku tak mengira kalau paman paman mengikutinya sampai sini" kata si gadis dari persembunyiannya.

"Dasar kau gadis dekil. Dengan tubuh kecilmu kau berani melawan kami. Kau tau apa akibatnya melawan kami" kata penjaga dengan tampang sangarnya.

"Akibat melawan paman adalah paman akan mengalami luka luka dan aku akan menang. Kecuali paman mau membiarkan aku pergi" jawab si gadis dengan ringan.

"Sombong sekali kau. Kalau kau memang berani kenapa tak memperlihatkan dirimu sejak tadi. Kau ini memang gadis kecil yang hanya bisa bicara saja" ejek penjaga.

"Paman bicara apa? Sedari tadi aku ada di depanmu paman", sesaat kemudian sebuah pukulan mendarat diperut penjaga yang sedari tadi mengejek si gadis. Dengan badan yang kecil dan pergerakannya yang lincah dalam waktu beberapa detik dia sudah menjatuhkan semua penjaga. Setelah memandang penjaga yang tersungkur itu sang gadis berbalik badan melompat ke atas cabang pohon lalu melompat lagi dan menghilang.


Setelah sekian banyaknya melompati beberapa pohon besar itu, dia mendaratkan kakinya dipohon terakhir. Memandang kebawah sebentar lalu melompat turun.

"Kak Zea sudah kembali" teriak satu anak kecil yang terlihat manis.

"Hai Yasa, dimana ibu asuh berada?" tanya Zea.

"Ibu asuh, ibu asuh ada di rumahku. Apa kakak mau bertemu, bagaimana kalau kuantar?" Tawar Yasa.

"Tak perlu aku akan kesana sendiri" jawab Zea.

"Aku ini pria sejati. Bagaimana bisa aku membiarkan gadis cantik berjalan sendiri. Aku akan menemanimu" Zea menanggapi dengan senyum kecilnya. Setelah berjalan cukup lama masuk kedalam desa mereka sampai didepan rumah. Zea langsung menghampiri ibu asuhnya dan menyodorkan tas berisi bahan makanan tadi.

"Sampai kapan kau akan melakukan ini. Kau bisa dapat masalah besar nanti" ucap ibu asuh.

"Kenapa begitu ibu, bahan makanan itu juga hak kita. Kita berhak mendapatkannya. Ibu tak usah khawatir, aku akan berhati hati" jelas Zea.

"Kalau begitu aku pamit dulu. Aku mau kembali ke hutan", setelah itu Zea berjalan keluar meninggalkan desa dan masuk kembali ke dalam hutan.

Nasibnya, ketika sudah hampir sampai ke tempat yang ditujunya dia melihat para penjaga sedang mencarinya lagi. Tanpa pikir pikir lagi dia langsung melompat ke atas pohon berusaha bersembunyi. Beberapa menit memerhatikan penjaga itu tak kunjung pergi dia mulai melompat ke pohon disamping dan menuju arah lain.

Sayangnya baru melompati pohon kesepuluh dia terpeleset karena cabang yang licin dan menjatuhi seorang pria dibawah pohon. Karena menimbulkan suara yang mencurigakan itu membuat para penjaga berlari menuju sumber suara. Zea meminta maaf dan langsung berdiri melihat penjaga berlari ke arahnya.

Klekk... "Aduh" rintih Zea ketika menyadari kakinya terluka karena terjatuh tadi.

"Naiklah" kata si pria sambil menawarkan punggungnya.

"Ehh tapi..." pria itu langsung menggendong Zea di punggungnya sebelum Zea menyelesaikan ucapannya. Melihat penjaga semakin mendekat pria itu langsung berlari menjauh dengan Zea di gendongannya. Butuh waktu yang lama dan arah tertentu untuk bisa lepas dari kejaran penjaga. Sampailah mereka di sebuah danau.

"Terimakasih sudah menolongku, dan aku minta maaf atas kejadian tadi aku tak sengaja" jelas Zea.

"Sudah aku memaafkanmu. Bagaimana kakimu?" tanya si pria dengan nada dingin.

"Masih sakit tapi aku akan mengobatinya ketika sampai didesa nanti" jawab Zea yang sedang menahan rasa sakit. Tiba tiba saja si pria menarik kakinya dan memberikan tumbukan beberapa tanaman lalu membalutnya.

"Jika dibiarkan saja nanti bisa bengkak" katanya. Senyum kecil Zea mengembang.

"Anu bisakah aku tau namamu" tanya Zea.

"Namaku? Ohh namaku....".........'


"Begitulah ceritanya, ibu membangunkanku terlalu cepat. Sayang aku tak bisa tau namanya" keluh Zea.

"Ceritamu bagus, tapi juga konyol. Bisa bisanya ingin jadi seorang yang sok hebat seperti itu. Tapi aku juga jadi ingin tau namanya" ucap Dareen.

"Sudah sore ayo kita pulang" lanjut Dareen. Dalam hati Zea berkata,

Hmm, asal kau tau Dareen. Pria itu adalah kau.


Lucid Dreaming 《ON GOING》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang