4

8 2 0
                                    

Happy Reading Guys😙

Enam bulan berlalu dengan rindu yang semakin menumpuk di dada. Ada ribuan kata rindu terucap saat kami hanya bisa melepasnya di telepon. Bagiku, mendengar suara nya saja sudah membuatku bahagia, apalagi saat bertemu dan menatap wajahnya, makanya aku selalu menghabiskan waktu hingga larut malam dengan Vika  saat bertemu.

Tak jarang aku hanya bisa menahan hati, berusaha menenangkan Vika, saat suaranya terdengar serak di telepon.

"Sayang, kamu nangis?" Aku memelankan suara, bertanya saat Vika terdengar sangat pelan. Seperti seseorang yang menggigit bibir, menahan suaranya yang hendak keluar.

"Kamu, jangan bagus lagi ya. Ini tak akan lama, setelah kamu tamat, aku akan membawamu hidup bersamaku selamanya. Aku sudah mempersiapkan segalanya."

"Aku ganangis kok. Hanya terlalu kanen sama kamu." Jawab Vika di balik telepon.

Aku tau, dia sedang berpura-pura kuat. Sama seperti aku yang tak terjadi apa-apa, padahal dadaku ingin sekali menemuinya, memintanya untuk tidak jauh lagi. Aku begitu merindukannya, saat seperti ini. Saat jarak begitu berat untuk dihadapi. Namun aku percaya, Vika akan menguatkanku. Seperti aku yang juga akan selalu menguatkannya.

Tak jarang aku menemaninya hingga tertidur di balik telepon. Hanya itu cara kami melepaskan rindu.

Thanks for reading💙
Jangan lupa vote dan komen yaaa🤗

16 JuliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang