Setangkai mawar merah merunduk tak kuasa di tengah taman bunga. Memohon pada Tuhan tuk mengirimkan hujan yang lama ia rindukan. Ketika awan hitam menggumpal di langit, saat itulah sepucuk harapan hadir.
.
.
.
Izam melangkahkan kakinya memasuki lingkungan sekolah. Hari ini adalah hari kedua Izam bersekolah di sekolah barunya. Baru dua hari kemarin Izam dan keluarga berpindah tempat tinggal ke Jakarta dari Bandung. Entah apa alasannya mereka berpindah, Izam tak ingin memusingkannya dan memilih menurut saja kepada keputusan kedua orang tuanya, selama itu tidak merugikan dirinya.
Sampainya di kelas, dia duduk di tempatnya dan mengeluarkan ponsel disakunya. Menyambungkannya dengan earphone. Izam mulai menonton film yang baru saja dia download kemarin.
Tak lama Amora datang bersama Fina. Fina dengan suara cemprengnya menyapa teman – teman sekelas.
"Selamat pagi dunia! Selamat pagi kelas IPA 3!"
Amora dan Fina menghampiri tempat duduk mereka masing – masing. Tempat duduk Fina berada tepat di belakang Amora. Fina melirik salah satu siswa yang beberapa hari ini menarik perhatiannya. Siswa itu terlihat tenang dan asyik dengan ponsel di hadapannya. Tanpa disadari terbentuk lengkungan lebar di bibir Fina. Fina lalu beralih menatap Amora di depannya, Amora terlihat asyik dengan kegiatannya sendiri. Fina pun menepuk pundak sahabatnya itu dan membuat Amora menghentikan kegiatannya serta menoleh ke arahnya.
"Oh ya, hari lo jadi ketemu sama Kak Devano?"
"Iya jadi, kenapa emangnya?" Fina menghembuskan napasnya.
"Yah, padahal gue mau ngajak lo main ke rumah. Lo tahu 'kan hari ini orang tua gue pada keluar kota?"
"Malemnya aja deh ya Fin. Nanti gue nginep di rumah lo, tapi gue bilang abah dulu."
Fina tersenyum dan menganggukkan kepalanya senang. Sejujurnya Fina adalah anak yang penakut apalagi jika sendirian seperti sekarang, sendiri di rumahnya.
Melihat Fina, Amora teralihkan oleh sosok Izam yang berada di pojok kelas tengah menatap layar ponselnya dengan serius. Amora menatapnya dengan lekat – lekat, ada hal aneh ketika dia melihat Izam. Izam tiba – tiba mendongakkan kepalanya dan tatapannya menangkap Amora yang tengah menatap lekat kepadanya.
Kedua pasang manik mata mereka saling bertemu untuk beberapa detik. Fina menepuk pundak Amora dan membuat Amora mengalikan pandangnya dari Izam. Amora menggeleng – gelengkan kepalanya kecil, lalu kembali menghadap ke depan. Melanjutkan aktivitasnya sebelumnya.
>>>>>
Hari ini mata pelajaran kelas IPA 3 sedikit, sehingga membuat mereka pulang lebih cepat. Izam berjalan melewati lapangan yang sepi menuju taman belakang. Saat tour kemarin oleh ketua osis, entah kenapa ketika sampai ke taman belakang. Suasana yang sunyi dan rindang membuatnya terasa nyaman. Hingga membuatnya dua hari ini setiap istirahat atau pun pulang sekolah Izam selalu mampir ke taman belakang. Di tengah jalan, Izam di cegat oleh seorang cowok yang tak ia kenali. Cowok itu datang menepuk pundaknya, lalu bertanya.
"Weh, lo anak IPA ya?" tanya cowok itu ketika mereka kini sudah berhadapan.
Izam hanya menganggukkan kepalanya sembari memandang cowok di depannya ini aneh.
"Maaf nih lancang, tapi gue lagi butuh banget nih buat ngobrol sama sama lo. Bentar aja, boleh ya?" terdengar seperti memohon di telinga Izam.
"Oke."
KAMU SEDANG MEMBACA
Next Stories
Teen Fiction"Bahaya, tapi menyenangkan, penuh hapalan, rumus dan perhitungan. Hal itu adalah kamu." Amora mengerutkan dahinya membaca tulisan di atas selembar kertas yang berada di atas mejanya. Sebuah kotak yang berada dekat dengan kertas itu menarik perhatian...