《》
Hidup dengan segala ekspektasi orang lain.
Hidup dengan aturan saklek.
Hidup dengan diburu-buru.
Hidup dengan hampa.
Seperti itulah Angkasa Biru Ganesha mendefinisikan hidupnya.
Merupakan anak kedua dari pasangan yang berprofesi sebagai Insinyur dan Arsitek. Menjadikan Asa sasaran empuk obsesi orang tuanya. Ditambah tekanan profesi sang kakak, yang juga berkecimpung di dunia Design Interior. Malu katanya, anak Insinyur dan Arsitek enggak ahli dalam bidang eksak.
Empat tahun lalu.
Asa masih ingat jelas bagaimana kedua orang tuanya menggantungkan semua ekspektasi kesuksesan versi mereka kepada dirinya. Empat tahun lalu juga tak habis ia dibanding-bandingkan dengan si sulung, Kairan.
"Kamu kalau nanti penjurusan ambil IPA, Sa." Asa muda baru saja menginjakan kaki di teras rumahnya. Tapi bukan sapaan hangat yang menyambut, justru kalimat perintah dari Papanya.
Apa tadi, IPA? Mana ada pelajaran eksak yang enggak membuat Asa memutar otak sampai bikin pusing. Asa saja mati-matian menghapal setiap rumus Matematika, Fisika, ditambah istilah rumit Biologi. Sekarang ia malah dituntut untuk menghadapi itu semua dua tahun lagi, sampai lulus nanti. Iya kalau lulus itu juga.
"Tapi, Pa. Asaㅡ"
"ㅡMemang kamu mau ambil jurusan IPS? Wong anak Arsitek kok masuk jurusan IPS."
Kenapa sih kebayakan orang selalu mendewakan jurusan eksak? Ada apa sama jurusan itu? Siapa juga yang membuat aturan kalau orang tuanya ahli di bidang eksak, anaknya juga harus begitu?
"Iya, Pa. Asa usahain."
"Harus. Jangan cuma usaha. Contoh Mas mu, kuliah di universitas yang bagus. Makanya bisa sukses. Kamu nanti ambil kuliah Arsitek di Bandung. Bagus itu."
"Iya, Pa." Jawaban yang sepertinya sudah diatur khusus untuk semua pernyataan Papa. Asa enggak pernah tahu apa itu artinya memilih. Rasanya punya pilihan saja enggak tahu. Karena semua langkah Asa, sudah diatur tanpa harus membuat pilihan.
Asa sendiri heran, bagaimana bisa Mas Kairan tahan banting sama sikap Papanya. Apa Mas Kairan juga punya tujuan yang sama kayak Papa, makanya enggak protes? Atau mungkin Mas Kairan iya-iya saja supaya Papa senang?
"Asa masuk dulu, Pa."
"Ingat baik-baik pesan Papa."
YOU ARE READING
Cerita Muda
FanfictionCita-cita sederhana masa muda berdampingan dengan luka yang dimiliki masing-masing, berpijak di tempat yang sama untuk tetap merasa hidup.