Setelah sarapan tadi pagi, perut Gabriella terasa sangat kenyang. Apalagi tadi dia menambah beberapa centong nasi goreng buatan Vero. Sungguh kenikmatan mana lagi yang kau dustakan.
Disekolah Gabriella tampak mengingat sesuatu. Sepertinya ada hal yang lupa ia bawa. Oh! Pekerjaan rumah!
Ia berjalan mendekati Carrol yang sedang fokus membaca sebuah cerita diaplikasi Wattpad.
"Baby Carrol! Minjam buku Matematika lo dong! Hehe." Carrol menatap Gabriella terkejut, pasalnya gadis yang berada didepannya ini tidak pernah lupa mengerjakan pekerjaan rumah.
"Ambil sana!"
Gabriella bergegas mengambil buku matematika Carrol. Dan segera menyalin semuanya.
"Dah kelar!"
Kring ... Kring ... Kring ...
"Udh masuk aja," ucap Carrol.
"Hu'um." Gabeiella menatap Carrol sejenak kemudian kembali menggeletekkan kepalanya dimeja.
Beberapa menit berlalu, bu Asnaida, yang akrab di sapa Asna. Guru matematika itupun datang kekelas Gabriella.Dan mendudukan bokongnya dikursi guru.
"Danu! Cepat kumpulkan tugas kemarin yang ibu titipkan padamu!" Yap, ibu Asna terkenal galak dan berbicara Formal.
"Baik bu." Segera Danu bangkit dari duduknya dan mengutip semua buku para murid kelas Gabriella.
"Gabriella, tolong berikan berkas ini pada pak Sutantio!" perintah bu Asna, meletakkan berkas yang akan diberikan pada Sutantio.
"Baik bu. Pak Sutantio berada di kantorkan, bu?" tanyanya mencoba memastikan.
"Tidak! Dia berada dikelas 12 IPS 1. Cepat berikan itu padanya!"
"Baik,bu."
Ia segera berlalu keluar kelas, diluar kelas ia segera berlari menuju kelas 12 IPS 1, seperti perintah yang diberikan ibu Asna.
Setelah sampai didepan kelas 12 IPS 1, ia langsung mengetuk dan masuk begitu dipersilahkan pak Sutantio.
"Ada apa, Gabriella?" tanya pak Sutantio. Siapa yang tidak mengenal Gabriella? Dia gadis baik dan sangat pintar disekolah, nya.
"Pak! Ibu Asna menyuruh saya memberikan berkas ini pada bapak, hosh," balas Gabriella dengan nafas terengah-engah.
Capek uwoii!!
"Baiklah, terimakasih." Pak Sutantio segera membaca berkas itu.
Sedangkan Gabriella berbalik dan matanya malah bertabrak dengan mata pria yang ia sangat benci. Jeven, tersenyum miring kemudian mengedipkan matanya membuat Gabriella merinding.
Ohiya! Diakan anak kelas sini. Astaga gue lupa.
Gabriella bergidik ngeri, kemudian berlari pergi dari kelas itu. Sungguh mengerikan, Ya menurut Gabriella bertemu Jeven adalah sebuah mimpi buruk! Sungguh.
***
"Lo serius Ver?" tanya gadis berambut coklat, dengan bulu mata lentiknya dan jangan lupa make up tipis diwajah imut-imutnya. Elia Niranda.
"Iya gue serius. Gue putus dari Erison," balad Veronika dengan raut wajah sedih. Bagaimana bisa? Ia sudah berpacaran dengan Erison, semenjak mereka selesai dari masa MOS.
"Sayang sekali, padahal tiga bulan lagi kita lulus SMA. Btw, Gabriella masih culun?" tanya Elia, penasaran.
"Masih, aneh sih adikku itu. Mau aja jadi culun, padahal gue aja primadona sekolah ini. Sekolah Purnama Adipatum."
Ya, Gabriella dan Veronika bersekolah disekolah yang berbeda. Karena, Gabriella tak ingin bersekolah dengan kakak gesreknya.
Lagipula, Gabriella bersekolah di SMA Pelita Mulia karena sekolah itu sangat Elite. Berbeda dengan sekolah Veronika yang tidak terlalu Elite.
"Goblok!"
"Taik lo Elia!"
~•~•~•
"Akhirnya istirahat juga." Gabriella menaruh buku-bukunya dilaci meja.
"Riella! Kantin yuk!" ajak Carrol dengan antusias.
"Gk! Lo aja sendiri sana! Gue mau jalan-jalan ditaman belakang sekolah," balas Gabriella. Carrol mengguk paham, lalu beranjak kekantin.
Gabriella mengambil earphonenya dari tas, kemudian memakainya. Berjalan santai melewati beberapa murid yang berlalu lalang dikoridor sekolah.
Ia mencoba menutup matanya menikmati lagu 'Somebody Else'.
Brak...
Seorang pria menatapnya sekilas kemudian mengambil buku-bukunya. Gabriella membantu mengambil semua buku-buku itu.
"Maafkan saya," ucap pria itu sopan. Ia terlihat sangat cool, dengan celana jeans biru donker dan kaos putih polos tanpa ada apapun di kaos itu. Dan jangan lupakan sepatu sneakers biru laut yang sangat cocok dikenakannya?
"Ah, tidak bukan kamu yang salah." Gabriella mengakui, ia juga ngapain memejamkan mata dikoridor?
"Haha, namaku Aloysius Andra Pradipta!" Pria itu mengulurkan tangan putih kekar miliknya.
"Gabriella Mheiriska Dellon." Gabriella membalas sambil tersenyum manis. Seperti tebu dan gula eaa :v.
"Masih sekolah?" sambungnya. Aloy mengangguk.
"Iya, kelas 12. Dan aku pindah kesini."
"Kok bisa? Kan kalau sudah kelas 12 tidak bisa pindah sesuka hati."
"Apapun bisa dilakukan seorang anak pengusaha kaya," balas Aloy tersenyum jahil.
"Waw! Sombong sekali anda."
"Haha tidak juga."
02.10.2019
~Revisi selesai~
KAMU SEDANG MEMBACA
Pembullyan Berakhir Cinta
Teen FictionBagaimana jika orang yang sering membully mu, tiba-tiba cemburu padamu karna, banyak pria lain yang menyukaimu? (Menuju Revisi)