「06」

99 19 6
                                    

Arka mengangguk mantap, puas dengan hasil pemeriksaan tubuhnya yang membaik.

"Terima kasih, Kak!" Pamit Arka pada Kak Raya yang ikut senang juga karena perubahan kondisi Arka yang mengarah ke jalan yang positif.

"Kali ini gak perlu lagi rutin datang, tapi ingat. Jaga dirimu, Ka" Jelas Kak Raya.

"Tenang kak, ada Asha" Celetuk Asha bangga.

"Kita pamit dulu kalau gitu kak. Sekali lagi, terima kasih"

***

Arka menghentikan motornya dipekarangan rumahku. Tumben, biasa dia pasti mengajakku muter-muter dulu.

"Masuk" Perintah Arka tak ingin penolakan.

"Gak mau mampir dulu, Ka?"

Dengan sekali gelengan ia berujar, "Skip dulu ya, sorry"

Aku mengangguk mengerti, "Kenapa? Tumben?"

Ia menempel telunjuknya pada bibirnya sambil mengedipkan sebelah mata, "R.a.h.a.s.i.a"

Kurotasikan mata dengan malas sambil berdecih lalu memberi helmku padanya.

"Hati-hati"

Hanya dua kata, tapi laki-laki yang jarang mempublikasikan senyumannya itu kegirangan dibalik kaca helmnya bak digelitik kupu-kupu dalam perutnya.

Dengan refleks tangannya mengusap lembut puncak rambut yang baru saja berkata-kata.

"Masuk. Gue duluan" Katanya sembari melambai. Rona merah terlihat walaupun tipis.

Aku menatap kepergian Arka dan masuk kerumah. Dengan tempo yang lambat, ekor mataku menangkap pemandangan yang tidak mengenakan.

Itu Farhan. Abangku.

"Kamu mau kemana lagi, Han?" Ujar mama sambil menahan tangannya yang sibuk membereskan baju-baju kedalam koper.

"Mau kemana juga bukan urusan mama" Bentaknya tanpa menatap mama seraya menghentakkan tangannya.

"Kamu baru balik, Han. Seengaknya kasih tau mama kamu mau kemana?" Lanjut mama yang masih sabar menghadapi Bang Farhan.

Dengan acuh, Bang Farhan mengambil langkah cepat untuk segera keluar dari rumah, namun dihalang mama.

Amarah yang sedari tadi kulihat dimata Bang Farhan akhirnya meledak juga, ia mendorong mama hingga terantuk pintu kamar.

Mataku membulat, kakiku melangkah dengan sendirinya menuju tempat mama dan bang Farhan.

"MAMA!!" Refleksku membantu mama berdiri.

"Mama baik-baik aja?" Tanyaku khawatir.

Mama mengganguk sambil tersenyum kecil, tanda tidak apa-apa.

Naasnya, Bang Farhan tanpa rasa bersalah sedikitpun tetap melanjutkan langkahnya. Tidak peduli dengan yang didepannya.

"Bang" singkatku menatapnya sinis, dia tidak melihatku namun berhenti berjalan, memberiku kesempatan untuk berbicara.

Aku menarik tangannya kasar hingga ia kini menghadap aku dan mama. Matanya melotot sesaat, terkejut karena kutarik. Mungkin.

"Minta maaf" pintaku halus, masih menatapnya sinis.

Bang Farhan mengangkat sebelah alisnya sambil menyunggingkan senyumnya.

"MINTA MAAF BANG!!!"

Mama menarik tanganku pelan sambil menggeleng, ia menyuruhku untuk berhenti bersikeras menghadapi Bang Farhan.

We Call This "FRIENDSHIP" [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang