「04」

102 21 4
                                    

Aku menangkap tangan Arka, "Beneran lo punya masalah sama Galang kan?"

"Lepas" ujar Arka dingin.

Hatiku sedikit mencelos mendengar nada suaranya. Memang aku tau Arka orang yang dingin, tapi aku satu-satunya orang yang bisa mencairkan kedinginan Arka. Jika melihat dia yang tiba-tiba dingin terhadapku entah kenapa rasanya sesak.

"Gue ada salah ya, Ka? Maaf ya" Balasku melepaskan tangannya. Namun, ia tidak menanggapinya. Ia pergi menjauhiku.

Aku menatap punggungnya yang menjauh, dan meninggalkan sejuta pertanyaan dalam pikiranku.

'Arka kenapa?'

•••

Arka berjalan kearah WC, dan menatap dirinya pada kaca wastafel. Ia pergi dari sana bukan karena cemburu, bukan karena marah juga.

Tapi, karena dia harus minum obat. Ia tidak ingin membuat Asha khawatir. Karena yang Asha tau, sekarang Arka sudah baik-baik saja. Arka sengaja marah padanya agar Asha tidak membuntutinya dari belakang.

"Maafin gue, sha. Tapi ini cara gue biar lo gak khawatir lagi sama gue" Ujar Arka mengambil kantong kresek disakunya dan mengambil obatnya lalu menelannya.

'Sebenernya gue juga gak mau minum ini obat. Lo tau gue paling gak suka obat. Pahit. Gak enak. Tapi gue juga gak mau bikin mama khawatir mikirin gue yang susah dikasih obat' batinnya.

Arka buru-buru keluar dan disana ia berpas-pasan dengan Asha. Jantungnya berdetak kencang, mengingat perlakuan sebelumnya yang Arka lakukan padanya.

"Sha" Sapa Arka membuat Asha terkejut.

"E-h.. iya, Ka?" Sahut Asha menggaruk tengkuknya. Merasa salting.

"Lo gak ngebuntutin gue kan?" Tanya Arka memandang Asha curiga.

Asha terkekeh, "Yah gak lah!"

'kirain apa' pikirnya.

Arka mengangguk, "Pulang sekolah gue anterin ya?"

Asha mengangguk singkat. Entah kenapa percakapan mereka menjadi sedikit awkward setelah kejadian tadi.

"Gue ke kelas duluan ya" Timpal Asha buru-buru keluar dari momen canggung itu.

Kini gantian hanya Arka yang melihat punggungnya yang menjauh. Seharusnya Arka mengejarnya dan minta maaf. Tapi deringan telepon membuatnya mengurung tindakannya.

•••

Sudah 15 menit berlalu semenjak bunyi bel pulang sekolah, aku menunggu didepan koridor sekolah berharap jemputan Arka. Namun sepertinya harapannya tidak mendapat balasan yang positif.

Hpnya berbunyi, muncul satu pesan dari Arka.

'Sorry, gue gak jadi antar lo. Ada urusan tiba-tiba'

'Gak apa-apa, semangat Arka' balasku.

Aku tersenyum kecut dan berjalan keluar dari gerbang sekolah. Pasti urusannya penting banget ya, karena Arka bukan orang yang suka ngomong tanpa dilakuin.

Belum lama aku berjalan, mataku menangkap sosok yang tak asing, dan benar saja. Itu Arka. Tapi dia tidak sendiri, ada perempuan yang duduk dibelakangnya.

We Call This "FRIENDSHIP" [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang