Part 8 - Memories

100 9 1
                                    


"Mama," Im yoona mengerutkan alisnya saat objek yang sedang berbaring di depannya sama sekali tidak bergerak meskipun ia sudah memanggilnya beberapa kali. "Mama," ulangnya sekali lagi. Kali ini lebih keras. "Mama, bangunlah," Yoona khawatir karena bukannya bangun, kini Shuhwa justru mengigau. Memanggil nama seseorang untuk yang ke sekian kalinya.

"Belum bangun juga?" tanya Jaehyun. Ia geleng-geleng kepala.

"Sejabin memanggil nama ibunya dalam tidurnya, Jeoha," ucap Yoona sebelum pamit undur diri karena Jaehyun memintanya untuk meninggalkan mereka berdua.

Jaehyun menatap wajah Shuhwa. Dilihatnya dahi Shuhwa berkerut, sepertinya ia sedang mimpi buruk. Jaehyun memegang pipi Shuhwa. dan mungkin karena sentuhan itulah, Shuhwa terbangun. Kedua matanya yang tadinya masih berusaha menyesuaikan dengan cahaya disekitarnya membulat ketika melihat sosok Jaehyun yang sedang menatapnya. Shuhwa buru-buru duduk dan merapikan rambutnya. Ia tidak lupa memeriksa siapa tahu ia punya bekas air liur menempel di pipinya. Jaehyun yang menyaksikan semua kelakuannya diam-diam menahan tawa.

"Maafkan saya, jeoha," ucapnya tidak berani menatap wajah Jaehyun secara langsung. Saat melihat Shuhwa yang akan meminta maaf lagi, Jaehyun memotong kalimatnya dengan menyuruhnya untuk bersiap-siap.

"Kita akan pergi ke suatu tempat sebelum ke festival lampion."


~~~


Suatu tempat yang dimaksud oleh Jaehyun adalah tempat pemakaman. Bukan tempat pemakaman biasa namun tempat pemakaman keluarga kerajaan. Iya benar, Jaehyun mengajak Shuhwa untuk mengunjungi makam mendiang Ratu Bae Joohyun, ibunda kandung Jaehyun.

Tidak seperti pemakaman pada umumnya, pemakaman keluarga kerajaan dijaga 24 jam oleh pasukan pengawal kerajaan. Tempat ini juga dijaga oleh seorang biksu yang menyambut kedatangan mereka berdua dengan senyum lebar di wajah. Ini pertama kalinya Shuhwa melihat sisi Jaehyun yang begitu ramah yang ditunjukkan kepada biksu di depan mereka ini. Seperti sudah lama saling mengenal.

Biksu itu mengantarkan mereka ke sebuah makam dan pamit dari hadapan mereka berdua setelahnya. Jaehyun meletakkan sebuket bunga lili di atas makam ibunya. Shuhwa tidak bisa menatap ekspresi Jaehyun, ia hanya bisa menatap punggung Jaehyun yang berdiri di depan nisan itu.

"Hai bu," ucap Jaehyun setelah terdiam cukup lama. "Aku membawanya kemari."

Shuhwa cukup yakin bahwa Jaehyun sedang membicarakan tentang dirinya.

"Namanya Shim Shuhwa. Ia teman sekelas Chanwoo gun. Shuhwa murid terbaik di angkatannya dan penerima beasiswa keluarga kerajaan."

Shuhwa tidak bisa menyembunyikan senyumnya mendengar bagaimana Jaehyun mendeskripsikan tentang dirinya di hadapan makam ibunya. Ia sebenarnya sudah sering mendengar pujian tentang dirinya. Tapi entah kenapa kali ini rasanya berbeda.

"Aku tidak punya kenangan apapun tentangnya. Aku bahkan tidak ingat wajahnya. Kalau Paman Lee tidak memberikanku foto-fotonya mungkin aku pun tidak mengenalinya," Jaehyun memberikan jeda dalam kalimatnya untuk menghela nafas. "Tapi aku mendengar banyak hal tentangnya, tentang bunga yang ia sukai, lagu favoritnya, warna kesukaannya, tentang kebiasaannya menatap langit sore sebelum matahari tenggelam. Aku hidup bersama kenangan-kenangan itu. Berpura-pura mengenalnya melalui cerita-cerita tentangnya." Ada perubahan nada dalam suara Jaehyun.

Shuhwa mendengarkan Jaehyun. Ia juga pernah merasakan kehilangan seseorang yang sangat berharga dalam hidupnya. Jadi, ia paham betul bagaimana rasanya menjalani hidup dengan kenangan-kenangan yang masih tertinggal dari orang yang sudah meninggal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 27, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Married to the PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang