1

36 1 0
                                    

   Matahari mulai masuk melalui celah-celah gorden. Mataku masih setia tertutup karena lelah. Aku sudah bangun dari mimpiku hanya saja aku malas untuk bangkit dari kasur. Terlalu nyaman dengan hal ini. Suara pintu diketuk terdengar.

  Aku pun terpaksa bangkit dari kasur kesayanganku. Sambil menyeret selimut aku pun membuka pintu. Wajah ibu kos yang sumringah menyambutku di depan pintu. Walaupun wajahku terlihat sangat tidak enak dipandang tapi ia tetap setia berdiri di situ.

  Akupun bertanya, "ibu pagi-pagi begini mau ngapain? Ara masih nyaman di kasur juga". Ibu kos hanya tersenyum bahagia dan itu membuatku merinding. Antara itu kabar buruk dan kabar baik. "Firgo bakal pulang dari singapura, ibu mau kamu kenalan sama dia. Jadi siap-siap ya, dandan yang cantik." Ibu kos menepuk pipiku dengan keras. Tenaga ibu-ibu jangan diremehkan.

  Yap. Itu adalah kabar buruk bagiku. Aku masih belum bisa menerima kenyataan bahwa aku dijodohkan. Belum tentu kami akan jadi pasangan yang baik. Benar-benar menyebalkan tapi aku tidak bisa menolaknya. Aku tidak mau mengecewakan ibu kos yang aku sayangi.

  Aku pun menyimpan selimutku lalu pergi ke dapur. Membuat segelas susu hangat dan roti panggang. Menikmati sarapan di pagi hari sambil mengecek beberapa hasil pemotretan kemarin.

  Jam dinding masih menunjukan pukul 7 pagi. Suara dari beberapa penghuni kos terdengar riuh. Ada yang sedang menjemur baju, memasak, mandi sambil menyanyi dan sebagainya. Hanya dari ruang kos ku saja yang sepi.

Satu kos ada dua kamar. Dan aku hanya sendiri di kos ini. Dulu ada mahasiswi yang juga tinggal di sini tapi dia sudah lulus. Ya kami waktu itu lumayan akrab, dia orangnya baik dan juga humoris.

  Aku melanjutkan aktivitasku seperti biasa. Mandi, memakai pakaian, menyiapkan peralatan untuk pemotretan lalu berangkat ke lokasi.

***

  Aku pulang agak cepat dari biasanya karena ibu kos menelponku untuk tidak pulang terlambat hari ini. Ia sangat ingin memperkenalkanku dengan putra sulungnya.

  Sesampainya di kos, aku pun menuju tempat tinggal ibu kos. Dari luar terdengar suara yang keras. Ia sedang marah, apa padaku??? Tapi aku kan menepati janji. "Ibu kecewa sama kamu firgo! Ibu kecewa! Kenapa kamu gak kasih tau ke ibu?! Kenapa firgo?! Kenapa! Jawab ibu!"

  Aku dengan segera membuka pintu itu. Aku melihat ibu kos sedang menangis. Ia terlihat sangat sedih. Aku langsung berlari ke arahnya dan memeluknya.

  "Ibu kenapa?" Sambil mengelap air mata di pipinya. Ia hanya menangis, tidak mau menjawabku sepatah katapun. Aku menatap ke arah seorang pria dan juga wanita cantik yang ada di sampong pria itu.

  "Ara, bawa ibu keluar dari sini. Ibu gak mau lihat wajah mereka. Ibu pengen sendiri sekarang." Aku mengeratkan pelukanku. "Ibu ke kos aku aja ya, biar Ara temenin"

  Aku pun membawa ibu kos ke kos ku. Dia pun duduk di kursi ruang tengah. Aku pergi ke dapur dan membuatkan secangkir teh hangat. "Ini, ibu minum dulu deh. Jangan terlalu dipikirin, nanti ibu bisa sakit"

  Ia hanya tersenyum lemah. Aku duduk di sampingnya. Suasana yang cukup canggung, aku ingin bertanya kepada ibu kos tapi dia sedang dalam keadaan tidak bisa diajak bicara. Aku pun memilih untuk melihat hasil pemotretan tadi siang.

  Cukup bagus karena lokasinya sesuai dengan tema. Hanya perlu diedit beberapa saja.

  Jam menunjukan pukul 7 malam. Aku belum mandi sama sekali dan sekarang rasanya gerah. "Ibu, Ara mau mandi dulu. Ibu kalau mau tidur di kamar sebelah kosong kok, itu juga baru ara bersihin"

  Ia hanya mengangguk sambil menatap cangkir teh yang dipegangnya. Aku pun menuju kamarku. Saat mandi aku samar-samar mendengar suara orang berbincang.

  Selesai mandi aku pun pergi ke dapur untuk menyiapkan menu makan malam. Terlalu sibuk memasak, aku sampai tidak sadar kalau ibu sudah tidur di kamar kosong yang berhadapan dengan kamarku.

  Padahal aku ingin mengajak ibu makan malam tapi dia sudah tidur duluan. Tak apalah, lagipun ibu kos terlihat sedih sekali. Aku penasaran dengan apa yang membuatnya sedih. Tapi aku hanya bisa diam.

  Akupun tidur sekitar pukul 10 malam setelah selesai mengedit semua hasil potret tadi. Ngomong-ngomong soal skripsi, itu sebenarnya sudah selesai tapi aku malas untuk terlalu awal melakukan sidang skripsi. Jadi aku ingin menikmati siksa waktu ini.

***

  Seperti biasa, aku terlalu malas untuk bangun dari kasur. Kali ini yang membuat ku bangkit dari kasur bukanlah suara ketukan pintu tapi aroma masakan yang enak sekali. Aku jadi ingin tau masakan apa yang sedang dibuat.

  Aromanya berasal dari dapurku. Aku melihat ibu sedang memasak nasi goreng spesial resep ibu kos. Ia tau kalau aku sudah bangun. "Kenapa Ara tiba-tiba bangun? Biasanya teh masih tidur nyenyak", "Hehe, bau masakan ibu harum banget. Ara sampai ke bangun tau".

  Ibu kos hanya tertawa kecil. Ia menaruh beberapa sendok nasi goreng ke piring lalu memberikannya kepadaku. Aku pun dengan lahap memakannya. Lalu ia menaruh juga nasi goreng di sebuah kotak bekal yang besar milikku.

  "Nanti antarkan ini ke tempat ibu ya" aku hanya mengangguk paham. Ibu sepertinya masih tidak mau bertemu dengan putra sulungnya.

  Selesai makan aku pun mandi, seperti biasa, menyiapkan peralatan pemotretan. Sebelum berangkat aku pun mengantarkan nasi goreng yang ibu suruh tadi. Si Firgo itu hanya tersenyum kecil.

  Ada apa dengan mereka ini. Aku jadi tidak paham dengan situasinya. Berusaha untuk tidak memikirkannya, aku pun berangkat ke lokasi pemotretan hari ini.

***

  Aku kali ini juga pulang agak cepat karena khawatir pada ibu kos. Dan benar saja, fellingku. Ada seorang pria berjas hitam yang sedang berdebat dengan ibu kos. Aku pun menghampiri mereka.

  "Ada apa bu? Siapa orang ini?", "Ah, dia..." ibu kos hanya terdiam sedangkan si pria ini menatapku dengan sinis. Ia kembali menatap ke arah ibu kos, "ayo dong ma, dari pada mama terus marah karena lihat kak firgo dengan tunangannya mending mama ikut Leo ke Jerman", tunggu. Dia bilang apa tadi... 'firgo dan tunangannya?' Apa?

  "Apa kau bilang tadi? Jadi perempuan itu tunangannya bang Firgo?", "Sudah pergi sana, ini bukan urusan lo" pria itu mendorongku. "Apaan sih?! Aku kan cuma nanya, gak usah dorong juga kali". "Leo cukup, mama gak mau ke mana-mana. Mama tetap akan tinggal di sini".

Pria itu hanya mendengus. "Ya udah, Leo bakal nemanin mama di sini", lah jadi ternyata dia adalah anaknya bu kos. Adiknya bang Firgo. Dan ternyata bang Firgo udah punya tunangan...


To be continue...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 27, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Crazy LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang