Satu minggu sudah berlalu dan Rara masih saja memikirkan cowok cuek yang tinggal di rumahnya itu.
Hari ini awal minggu, yang berarti Rara tidak boleh telat karena ada latihan cheers selama satu minggu penuh. Pagi itu Rara sampai di sekolah pukul setengah tujuh. Ia segera pergi berlari ke ruang latihan mereka dan mendapati sahabatnya di sana.
"Gimana, ya. Kok malah ini kaptennya yang telat." sindir Ellie.
"Apaan? Ini udah pagi banget tauk." Rara sebal.
"Ya tapi kenapa anggotanya bisa duluan sampe nih?" Memang benar, semua anggota cheers sudah berkumpul sejak 10 menit yang lalu.
"Ya gataulah. Siapa suruh datang sepagi ini."
"Nih orang kesambet apa, ya? Bukannya lo sendiri ya yang suruh?"
"Oh, ya? Gue gak inget tuh."
"Yahh, mak rara udah mulai pikun nih."
"Dih."
"Udah bertengkarnya? Biaa mulai gak?" tanya salah satu temannya.
"Iya, maaf."
"Gitu kek dari tadi."
"Gue gak ngomong sama lo."
"Ya udah gak peduli gue."
Mereka pun mulai latihan. Selama ini selalu rara yang membuat tariannya, jadi sebenarnya tidak ada yang keberatan kalau rara telat. Kecuali sahabatnya yang sangat disiplin itu.
Setelah latihan, mereka diberi waktu istirahat selama 1 jam. Hal ini dimanfaatkan oleh rara untuk mengisi perutnya yang daritadi sudah bergemuruh.
"Woi el, ke kantin yuk."
"Bentar..."
"Mau kemana lo?" Rara mengikuti ellie.
Mereka sekarang sedang berada di dekat pintu lapangan, karena lapangan di sekolahnya indoor.
"Ngapain ke sini?"
"Ssttt.."
Rara hanya menurut dan ikut mengintip.
"Buset dah. Liat tuh si Noah, ganteng banget gak sih? Kalau gue kasih dia minum bakal dianggepin nggak ya?"
"Pastilah. Lo kan cantik. Ajak kenalan aja sekalian."
"Gila ya lo. Ya udah, wish me luck!"
Rara hanya melihat kepergian ellie lalu kembali memerhatikan Jay. Padahal ia barusan mendaftar tetapi langsung diterima. Tidak heran, kemampuannya bermain basket tidak tertandingi.
Daritadi sosok yang sedang dipelototi itu menyadari adanya gadis itu, tetapi ia tidak mengacuhkannya. Ia hanya tetap memantulkan bolanya.
"Masuk!"
"Hebat banget lo, bisa langsung three-point."
"Biasa-lah." gumam rara.
Rara yang dari tadi hanya berdiri di luar memberanikan dirinya untuk menghampiri Jay.
"Gimana latihannya?"
"Biasa."
"Biasa gimana...?"
"..." Tidak ada balasan.
"Bisa jawab? Capek nggak?" Jay hanya menggeleng.
"Lo punya minum gak, ra?"
"Punya sih."
"Minta."
"Ah, lo punya uang sendiri kan. Beli dong."

KAMU SEDANG MEMBACA
Too Late For You
RomansaRara, seorang siswi SMA yang selalu menjalani hari-harinya dengan pujaan semua siswa di sekolahnya. Sejak Jay, pindahan dari Amerika datang ke sekolahnya, hidupnya terasa lebih berwarna dan Rara menyadari bahwa Jay menyukainya. Ditambah lagi karena...