Editor: Gold Fairy
Cheng Jie tidak tahu bagaimana Cheng Jinyu meminjam 250.000 dari Keluarga Chen, tapi Cheng Jie bisa menebak dan mencari tahu. Kemungkinan besar dia menerima penghinaan yang sulit dibayangkan.
Cheng Jie menemukan Cheng Jinyu di sudut terpencil di rumah sakit. Dia duduk di sana, kepala menunduk, tubuh ditekuk, dan dahinya hampir menyentuh kakinya.
Cheng Jie tidak tahu apa dia menangis atau tidak. Dia hanya merasa hatinya seperti bantalan peniti.
Akai: Mungkin maksudnya hatinya tertusuk kayak bantalan buat naruh jarum pentul
"Kakak—" Cheng Jie berteriak dengan suara lembut.
Cheng Jinyu segera menoleh untuk mengembalikan dirinya ke keadaan normal, sebelum menatap Cheng Jie.
Cheng Jie hanya merasa dirugikan dan air mata segera mulai mengalir keluar.
Cheng Jinyu melambaikan tangannya, menunjukkan agar Cheng Jie mendekat. Cheng Jie berjalan di depan Cheng Jinyu, air mata semakin deras.
"Kakak, maaf, aku minta maaf." Sambil masih terisak, Cheng Jie tidak berhenti berbicara.
Cheng Jinyu menariknya untuk duduk di sampingnya. "Cheng Jie, kamu sudah dewasa. Kamu harus menetap sekarang. Tapi itu tidak sepenting kehidupan Ibu, apa kamu mengerti? "
*Settle down yg bisa diartikan sebagai menetap, menikah atau menjalani kehidupan yg lbh tenang dan nyaman
Cheng Jie dengan tegas menganggukkan kepalanya. "Aku mengerti. Aku tidak akan menikah. Aku tidak akan menetap, selama Ibu masih hidup, itu sudah cukup. "
Cheng Jinyu menjawab, "Kalau kamu tahu itu bagus. Mengenai masalah kamu membeli rumah, aku akan ... "
"Tidak, kakak. Ini masalahku. Aku sudah dewasa sekarang, aku akan bertanggung jawab untuk masalahku sendiri, "Cheng Jie mengatakannya dengan sungguh-sungguh dan penuh tekad.
Cheng Jinyu merasa agak hangat di hatinya. Dia mengulurkan tangannya dan mengusap kepala Cheng Jie. "Cheng Jie, kamu sudah dewasa."
Cheng Jinyu berdiri. "Ayo kembali. Jangan biarkan Ibu khawatir. "
Kedua bersaudara itu kembali bersama. Ibu Cheng agak berhati-hati dan serius saat dia melihat Cheng Jinyu. "Jinyu, aku sudah berkonsultasi denganmu, kalau kamu tidak setuju maka lupakan saja."
Cheng Jinyu menjawab, "Saat ini, yang paling penting adalah memberimu perawatan. Cheng Jie masih muda. Tidak perlu cemas membeli rumah. "
"Bu, kamu tidak perlu khawatir tentangku. Aku, putramu, sangat tampan, bahkan kalau pun tidak ada rumah, akan ada seseorang yang menyukaiku. "
Ekspresi di wajah Ibu Cheng agak putus asa. Dia menghela nafas lagi, "Itu semua karena aku membebani kalian. Itu semua salahku. Hanya saja, saat ini biaya membeli rumah sangat mahal. Cheng Jie, apa yang harus dilakukan! "
"Bu, aku sudah dewasa, jangan khawatir tentang aku."
Ibu Cheng ingin bicara lebih banyak, tapi ragu-ragu sejenak. Pada akhirnya dia hanya menghela nafas panjang.
Cheng Jie mendapat cuti untuk sore itu jadi ia tinggal di rumah sakit bersama Cheng Jinyu untuk menjaga Ibu Cheng. Cheng Yan melihat kalau mereka semua ada di sana dan pada sore hari pulang untuk tidur.
Sore hari saat Ibu Cheng tidur, Cheng Jinyu berbicara, "Apa kamu membawa laptopmu?"
Cheng Jie menjawab, "Aku membawanya." Karena beberapa hari terakhir ini dia terus-menerus berlarian di rumah sakit, banyak pekerjaan dilakukan di rumah sakit. Tentu laptop itu selalu bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL]The Life After Marrying My Sworn Enemy
RomanceAssociated Name: 跟死对头的婚后生活 Author: 绝望的萝卜 Genre: Romance, Drama, Yaoi, Modern, Mpreg English Translator: Jade Dynasty Translations Indonesian Translator: Akai Summary: Sepupu tidak dipanggil Biao Ge. Dia punya nama sendiri. Namanya adalah Cheng Jinyu...