Ryujin terdiam begitu guanlin menamparnya. Guanlin sendiri masih emosi dengan perkataan ryujin.
Pintu lift terbuka. Ryujin memandang lurus kedepan sedangkan guanlin masih menatapnya nyalang dengan deru nafas seperti terengah-engah.
"Gua gak pernah nuduh tanpa bukti, gua nuduh sesuai fakta. Sorry lin gua gak mau lo nyesel di akhir."ucap ryujin dingin, setelah itu ia berjalan keluar lift.
Guanlin membenturkan kepalanya pada kaca lift bertepatan dengan pintu lift yang kembali tertutup.
Pikirannya berkecamuk. Guanlin bingung harus mempercayai siapa.
•••
Jeno bingung dia harus menghubungi siapa. Jeno menatap wajah pucat heejin ketika sedang tidur. Manis. Tapi jeno masih tak bisa menggoyahkan hatinya pada orang yang ia sukai.
Mereka berdua sedang berada dirumah jeno. Heejin tidur disofa ruang tengah. Mengapa tidak dikamar jeno? Soalnya jeno membuat tempat itu khusus untuk orang yang spesial dihatinya.
Alasan jeno bingung menghubungi siapa juga karena heejin tidak membawa apa-apa. Handphonepun tidak.
Satu-satunya orang yang terlintas dipikiran jeno yaitu. Shin ryujin.
Dengan cepat ia merogoh saku celana pendeknya. Sekalian ia mengambil kesempatan karena ryujin tidak datang tadi.
Jeno mengetik nama 'Ryu♡' dihandphonenya. Iya, orang yang ia sukai adalah ryujin. Kutau kalian sudah bisa menebaknya.
Panggilan berdering, tak selang lama panggilan itupun terhubung.
"Halo?"tanya orang disebrang sana dengan suara serak.
"Jin, gua butuh-eh suara lo serak? Lo abis nangis?!"panik jeno mendengar suara ryujin.
"Engga, cuma abis bangun tidur aja jadi serak."
Jeno terdiam sesaat, ia tau mana perbedaan suara orang yang baru bangun tidur dan orang yang baru menangis. Apalagi suara disekitaran ryujin terdengar banyak kendaraan.
"Lo dimana?"tanya jeno, lupa akan tujuan dia menelpon ryujin.
"Dirumah."
"Gausah boong ryu, gua tau lo lagi dijalan! Mau kemana lo?!"Nada suara jeno meninggi, menandakan bahwa ia khawatir.
Suara helaan nafas terdengar disebrang sana. "Kenapa lo telpon gua?"tanya ryujin balik berniat mengalihkan topik.
Jeno menepuk jidatnya sambil menatap heejin. Tapi mendengar ryujin sepertinya sedang dalam masalah, ia jadi enggan meminta bantuan pada ryujin tentang heejin.
"Gu-gua... Ah ya, Gua pengen ngajak lo kesekolah bareng besok pagi. Boleh gak?"bohong jeno.
Lama ryujin tak menjawab hingga jeno bersuara kembali. "Halo ryu?"
akhirnya ryujin menjawab. "Iya."
Sambungan telpon terputus sepihak. Jeno mematung ketika mendengar nada ketus ryujin.
Pikiran jeno mulai melayang kemana-mana. Apa jeno sangat mengganggu gadis itu?
•••
Berkali-kali kim menghela nafas, tapi rasanya selalu sesak. Padahal udara malam ini sangat dingin, tapi yang dia rasakan adalah panas.
Dijembatan-tepatnya ditrotoar. kim berjalan sesekali menatap langit gelap dan perkotaan terang disebrang sana. Jam sudah menunjukan pukul 10 malam. Kim bingung harus tinggal dimana.
Ia berhenti, memegang sisi jembatan dengan kedua tangan sambil menatap kebawah dimana air sungai mengalir deras.
Padahal saat bersama wonho, kematian selalu jadi prioritas utama. Tapi waktu kematian bisa dipercepat olehnya sekarang ini, mengapa dia merasa takut?