1 - WHY

241 30 3
                                    

Sendirian.

Ditinggal seorang diri.

Kenapa?

Kenapa dia yang harus menerima semua ini?

Mengapa Tuhan sangat kejam padanya dan anak yang belum dilahirkannya?

Kenapa?

Cuaca sangat mencekam dan berangin, tak ada cahaya mentari ketika Kyungsoo terbangun, berharap semua yang telah terjadi hanyalah mimpi buruk. Mimpi yang benar-benar buruk. Namun, apa yang bisa dilakukannya? Dia hanyalah manusia biasa, yang terbangun di rumah kosong dan kamar yang sunyi.

Semua ini masih terasa bagai mimpi. Dia masih tak dapat menerima bahwa cintanya berjarak 7 kaki didalam tanah, meninggalkannya. Dia meninggalkannya, begitu saja.

Rasanya baru kemarin dia mencium benjolan di perutnya, bertanya dengan penuh kegembiraan tentang apa yang tengah dilakukan sang bayi didalam perut Kyungsoo. Membelai benjolan itu penuh cinta hingga membuat hati Kyungsoo penuh.

Rasanya baru kemarin mereka berbagi ciuman didepan pintu, saling membisikkan kata cinta, kata untuk selalu setia dan juga janji untuk selalu bersama selamanya.

Dia masih tak bisa menerima semua ini, itu suaminya, mentarinya, rembulannya, cintanya, pergi meninggalkannya. Siapa yang akan mencerahkan hari-harinya? Siapa yang akan menciumnya di pagi hari dan mengucapkan selamat malam? Siapa yang akan menghapus air matanya? Siapa yang bakal mencintainya? Siapa yang akan tinggal disisinya, selalu dan selamanya dengan tangan terbuka untuknya? Siapa yang akan membantunya bangkit ketika dia terjatuh?

Tak ada seorangpun.

Kyungsoo ditinggalkan sendiri dengan anaknya yang belum lahir.

Rumahnya terasa seribu kali lebih hampa.

Hatinya hancur.

...

Sudah seminggu. Dia masih berjuang melanjutkan hidup demi sesuatu yang ditinggalkan suaminya dalam tubuhnya. Bayi mereka. Anak pertama mereka, yang sudah Chanyeol janjikan untuk memanjakannya. Kyungsoo rasa, dia yang harus memenuhi janji itu sekarang.

Sebelum menghembuskan napas terakhirnya. Chanyeol meninggalkan wasiat. Seseorang, yang diketahui bernama Dongwook, orang asing yang berada di sisi Chanyeol saat kecelakaan terjadi memberitahunya bahwa Chanyeol meninggalkan wasiat untuknya. Kyungsoo tersenyum tipis, sangat menyakitkan dan menyebalkan mengetahui Chanyeol masih memikirkannya di detik-detik terakhirnya. Walaupun Chanyeol sangat kesakitan, pria itu masih memikirkan Kyungsoo, memikirkan keluarganya.

Chanyeol ingin Jongin menikahinya. Jongin, sahabat terbaiknya. Laki-laki yang suka membuat lelucon garing dan selalu menjadi obat nyamuk di setiap kencannya karena Jongin menyukai itu. Laki-laki yang Chanyeol pilih untuk menjadi ayah angkat anaknya hanya kerana Jongin memiliki 3 anak anjing. Itu Jongin, sahabat terbaik mereka.

Kyungsoo masih menampik kata-kata terakhir Chanyeol, segalanya masih terasa menyakitkan. Tangannya masih bergetar dan dirinya masih belum bisa berhenti menangis. Dia mengusir semua orang, termasuk ibunya yang berkunjung kerumah mereka. Dia sadar semua orang mengkhawatirkan dirinya namun, dia mencoba tak peduli.

Mengelus benjolan yang berusia 3 bulan, Kyungsoo menatap ruang kosong didepan pintu rumah mereka. Chanyeol pernah berucap kalau dia ingin menggunakan tempat itu untuk menaruh beberapa tanaman pot, namun, Kyungsoo rasa dia yang harus melakukannya.

Ini bukan seperti Kyungsoo yang tak bisa menerima kenyataan, namun dia butuh waktu. Dia hanya perlu waktu yang banyak untuk melupakan kesedihannya. Bagaimana bisa dia dengan mudahnya move on jika banyak sekali hal yang membuatnya teringat akan Chanyeol? Bagaimana dia bisa melupakan kesedihannya jika hatinya masih berdetak untuk lelaki bodoh itu?

Menghembuskan napas pelan, Kyungsoo menyeka air mata yang berhasil lolos. Dia harus kuat. Dia harus kuat demi mereka berdua, anaknya, suaminya. Banyak hal yang bisa dilakukanya dan menjadi ayah adalah salah satunya. Dia berjanji pada Chanyeol, bahwa dia akan menjaga dan menyayangi anak mereka dengan apapun yang dia punya.

Mengeluarkan ponsel dari saku, Kyungsoo tersenyum melihat wallpaper ponselnya, dimana itu adalah foto Chanyeol yang tengah mencium perutnya. Mengetik sandi ponsel sebelum menelpon nomor yang sangat dia tahu. Ia letakkan ponselnya di telinga.

Beberapa detik berlalu.

"Jongin, kita harus bicara," ucapnya saat orang yang ditelpon menjawab.

.
.
.
.
Adakah yang mau baca? Jangan lupa voment yah.. Terima kasih.

Winter Heart (Terjemahan Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang