2 - Hope

186 26 1
                                    

Mungkin, suatu hari nanti, dia akan bahagia bersamanya.

Mungkin dia akan mencintainya dan mereka akan memiliki keluarga yang bahagia.

Akan butuh waktu namun demi bayinya, Kyungsoo akan melalukan apapun. Jika itu apa yang Chanyeol inginkan sebelum meninggal, Kyungsoo akan melakukannya.

Namun pertama-tama, Dia harus menghentikan tangisnya dan tegar. Dia masih memiliki masa depan dan juga bayinya dan mungkin, mungkin saja, Jongin. Jika dia terus menerus seperti ini, dia hanya akan menangis sampai mati, sesuatu yang sangat tidak ingin dia lakukan.

Kedua, dia membutuhkan seseorang yang menerima keputusannya dan yang penting, apakah Jongin mau menikahinya; seorang lelaki yang tengah hamil dan suami sahabat terbaiknya, disaat Jongin bisa menikahi siapapun dengan penampilan Jongin? Dan Kyungsoo hampir yakin bahwa Jongin pernah memberitahu mereka beberapa minggu lalu bahwa Jongin tengah tertarik pada seseorang.

Dia harus tenang. Semua kecemasan ini akan membawa keburukan untuknya dan sang bayi. Mengelus perutnya, Kyungsoo berjalan ke dapur. Mungkin beberapa teh herbal akan membantu menenangkan sarafnya. Namun, sebuah mug hitam menarik perhatiannya.

'Aku akan menjadi ayah' tulisan yang terdapat pada mug. Itu milik Chanyeol. Chanyeol membeli mug itu setelah mereka pertama kali melakukan pemeriksaan ke dokter. Kyungsoo masih mengingat betapa bahagianya Chanyeol saat dokter memberitahu mereka bahwa mereka akan segera menjadi orang tua.

"Aku merindukanmu," Kyungsoo berbisik diantara udara yang tipis. Mengatupkan mulutnya, namun itu tak menghentikan airmata yang mengalir. Dengan tangan yang bergetar, Kyungsoo meraih mug itu dan mendekatkannya ke dada.

"Aku mohon, kembalilah. Yeollie, aku mohon, kembalilah," Kyungsoo terduduk dilantai sekarang, tersedu-sedu meminta sang pujaan hati kembali padanya. Walaupun dia berusaha bersikap tegar, Kyungsoo tahu dia masih tak bisa menerima kalau Chanyeolnya telah pergi. Sebagian hatinya masih berharap bahwa semua yang telah terjadi hanyalah bagian dari mimpi buruk.

"Kyungsoo! Apa yang telah terjadi?!" Jongin, yang baru sampai dengan cepat mendekati pria yang terisak-isak itu. Dia tidak pernah merasa sangat bersyukur karena mengetahui kode keamanan rumah Kyungsoo.

"Aku ingin Chanyeol, Jongin. Aku ingin Chanyeolku kembali," ucap Kyungsoo ditengah tangisannya.

Tanpa mengatakan apapun, Jongin menarik Kyungsoo ke pelukannya, membisikkan sesuatu yang manis untuk menenangkan pria yang sedih itu. Jongin tahu Kyungsoo adalah orang yang paling merasa kehilangan karena kematian sahabatnya namun melihat Kyungsoo semenyedihkan ini membuat Jongin merasa sakit.

Dia membiarkan Kyungsoo tenang sebelum membawa laki-laki yang tengah hamil itu ke kamar. Kyungsoo butuh istirahat dan melihat kantung mata Kyungsoo yang besar, dia tahu laki-laki hamil itu kesulitan untuk tidur. "Tidurlah. Aku akan tetap disini saat kau bangun," ucapnya.

Pertama kalinya dalam seminggu, Kyungsoo tidur nyenyak, berpegang pada harapan palsu, bahwa saat ia terbangun, semuanya akan kembali normal. Dia akan mendapatkan Chanyeolnya lagi.

.

.

Bukan, ini bukan sebuah mimpi buruk, ini nyata.

Semuanya benar-benar nyata dan itu merupakan tamparan keras baginya saat ia melihat foto peringatan kematian Chanyeol di rumah mertuanya hari itu. Rupanya, Jongin membawanya ke rumah mereka saat dia tertidur. Jongin pasti kesulitan membawanya.

Kyungsoo menggosok tengkuknya yang kaku karena tertidur di sofa dan memeriksa sekeliling. Rumah ini anehnya kosong dan Kyungsoo tak membuang waktu untuk berdiri saat matanya menangkap pemandangan kamar Chanyeol di lantai atas.

Winter Heart (Terjemahan Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang