Prolog

3.9K 366 53
                                    

"BUKA! BUKA! BUKA GERBANGNYA! BUKA GERBANGNYA SEKARANG JUGA!"

Suasana di depan gedung DPR semakin ricuh. Sinar matahari yang menyengat tak menyurutkan semangat para peserta aksi di sana.

Tampak di gedung itu dipasangi dua lapisan pengamanan pada gerbangnya. Sedangkan lapisan kedua lebih tinggi dari lapisan pertama. Para polisi berseragam lengkap anti huru-hara berjaga di depan gerbang di gedung DPR. Memakai helm, tameng dan senjata proyektil agar mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Terdapat dua mobil water cannon, beberapa mobil polisi dan juga ambulan. Para polisi menatap sangar para pemuda-pemudi yang sedang beraksi itu.

"Kami, tidak hanya mewakili dan mengatas namakan mahasiswa! Tapi juga mewakili aspirasi seluruh rakyat Indonesia! Menyatakan bahwa kami tidak setuju akan pengesahan RUUKHUP!!" Sebuah orasi yang bersumber di sebuah mobil pick up itu mengundang sorak sorai demonstran.

"BIARKAN KAMI MASUK DAN BERTEMU WAKIL KAMI! Hidup mahasiswa!"

"HIDUP MAHASISWA!"

"Hidup rakyat Indonesia!"

"HIDUP RAKYAT INDONESIA!"

"Biarin kita masuk!!!" Seruan itu disambut berbagai sorakan.

"UDAH LAH! KELAMAAN! ROBOHIN AJA SEKALIAN!!" Sorakan provokasi semakin memanaskan suasana di depan gedung DPR itu. Mereka mulai memanjat gerbang setinggi tiga meter yang membatasi daerah dalam dan luar gedung DPR.

"Teman-teman, harap tenang! Kita di sini ingin menyampaikan aspirasi kita! Bukan untuk melawan aparat kepolisian!" Seru salah satu orator.

"KALO DARI TADI DIBIARIN MASUK JUGA GAK BAKAL GINI!" Teriak salah seorang mahasiswa yang dibetulkan oleh yang lainnya. Sang orator mendesah pasrah, nampaknya demo ini akan semakin ricuh.

"Pak! Tolong biarkan kami masuk! Kami ingin bertemu dengan wakil kami yang lupa akan tugasnya itu!" L

Seorang pemuda beralmamater kuning maju di line paling depan, berhadapan langsung dengan seorang polisi yang sepertinya pimpinannya.

"Mereka sedang sibuk!"

"Kami hanya ingin bertemu dengan mereka dan menyampaikan aspirasi kami! Karena selama ini aspirasi kami tidak didengarkan oleh yang katanya wakil rakyat kami itu!"

"Kami juga sedari tadi menjaga keamanan dari keanarkisan kalian!" Polisi itu menatap tajam pemuda dihadapannya.

"Ya kalo gak mau ribut, panggil bapak DPRnya, dong! DPR yang biasanya tidur disuruh kerja, ya kelenger lah. Makanya RUU jadi gak ngotak!"

Mahasiswa itu masih cekcok dengan kepala polisi itu. Mereka masih saja keras kepala dan terus berkelit memberi alasan-alasan yang sangat tidak masuk akal. Mereka berusaha mengusir para mahasiswa itu dengan cara yang tidak halus. Menatap nyalang para demonstran yang nampaknya tak takut pada apapun.

"Pak, tujuan kami semua di sini cuma satu, yaitu bertemu dengan WAKIL KAMI!!!"

Yang menonton di sana, terutama di barisan depan mulai geram.
Seseorang berusaha menyelip di antara lautan demonstran yang tengah termakan emosi itu.

"Pak, gimana kami mau percaya pada wakil rakyat kami?! Sedangkan mereka saja tidak mau bertemu dengan kami?! Kami di sini bersatu untuk memperjuangkan hak kami!" Serunya lantang dan disetujui oleh yang lain.

"Tapi kami juga punya hak untuk menghentikan kalian. Kalian mengganggu kinerja kerja mereka."

"Hah?! Mengganggu?! Apanya yang mengganggu?! Seandainya mereka tidak ada di dalam, biarkan kami merasakan seberapa empuknya kursi para pejabat hingga membuat para bapak-bapak terlena akan tugasnya! Toh, gedung ini cuma gedung biasa yang gak ada apa-apanya kalo gak ada embel-embel 'GEDUNG DPR RI'! KEADILAN BUTUH KEBERANIAN AGAR BISA DITEGAKAN!!"

Para peserta demonstran di sana bersorak setuju akan kata-kata si pemuda. Sementara di sisi lainnya, suara sorakan yang lebih keras terdengar. Dan sorakan itu makin mengeras kala lautan manusia itu memberi jalan untuk para TNI agar bisa lewat.

"SEMUANYA! CEPAT BERBARIS!" Perintah dari sang komandan menggelegar membuat situasi sedikit hening.

"Kalau kalian tau mana yang benar dan mana yang salah, kalau kalian tau bagaimana mengayomi masyarakat, kalau kalian tau cara mengatasi keributan tanpa kekerasan, LEPASKAN ARMOR KALIAN SEKARANG!"

"SIAP!"

Para peserta aksi di sana menggumamkan kata-kata yang tak jauh dari kata takjub. Mereka terpanah akan aksi para TNI.

Para anggota TNI yang ada di sana melepaskan armor mereka berupa senjata dan pelindung yang mereka pakai sebelumnya.

"PELEPASAN SELESAI!" Para anggota kembali ke posisi semula. Semua armor mereka, mereka letakan begitu saja di tanah.

Sang komandan berbalik dan melangkah gagah diikuti anak buahnya menuju depan gerbang DPR.

Para polisi yang ada berjaga tentu saja terkejut akan aksi para anggota TNI itu.

Pemuda itu terkejut kala sebuah tangan memegang dan menepuk bahunya beberapa kali.

"Kata-kata yang bagus, saya bangga dengan kamu, nak." Ujar sang komandan. Si pemuda terbengong kala kejadian itu terjadi. Tersadar, ia mundur mempersilahkan sang komandan berhadapan dengan pimpinan polisi.

"Bukakan gerbangnya, biarkan mereka masuk!"

●●●

Holaaa... I'm back with a new story:'))))

Jadi ini tuh terinspirasi dari berbagai fanart-fanart yaoi lokal yang bertebaran di sosmed ku.

Juga terinspirasi dari kejadian demo 24 September yang dilakukan oleh kakak-kakak mahasiswa dan kakak-kakak STM yang barbarnya sekarang berfaedah😌😅😂

Untuk sementara, covernya kek gitu dlu ya wkwkwk *bilang aja lu mls ngetik ogeb!

Ini cerita YAOI ya gaes... xixixi..

See you in next chap..

Semua Karena RUU KHUP [STMxMahasiswa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang