Ch. 02

2.4K 261 39
                                    

Happy reading!

●●●

"AYO! AYO! CEPET SEMUANYA!" Teriak pemuda itu sambil menyuruh teman-temannya keluar dengan cepat.

"Cepet berhentiin kendaraan! Apaan kek!" Ia meminta yang lain untuk duluan.

Ia masih memakai tas ransel di punggungnya. Kemeja putih yang dibalut oleh almamater cokelat itu menggantung apik sebuah dasi, celana abu-abunya tampak melapisi kaki jenjangnya tanpa sabuk. Hazelnya berkilat, rambutnya hitam legam, ia melirik ke teman-temannya yang melambai ke arahnya.

"Vid! Lo naek apaan ke sana?! Cepetan bego!" Ujar seseorang tak sabaran.

"Gue naek motor! Kalian duluan aja!"

"Oke! Kita nanti lewat stasiun Palmerah, bro!"

"Sebagian nanti anak-anak diturunin di sana! Pokoknya nyebar, Win!" Seru pemuda yang dipanggil 'Vid' itu.

"Siap!"

Para anak-anak STM, ya mereka anak STM tentu saja. Memangnya, siapa lagi kalau bukan mereka yang memiliki keahlian membajak kendaraan yang lewat dengan cepat?

Pemuda itu memutar badannya, bersiap berlari. "Lo atur adek kelasnya lagi, gue pergi dulu." Ujar si pemuda pada seorang siswa yang nampaknya adik kelasnya.

"Siap, bang!"

Setelah mendapat jawaban dari adik kelasnya itu, segera saja ia melesat ke kendaraannya, dan menyusul teman-temannya yang belum jauh itu.

"Bangsul, lama bener!" Ujarnya kesal ketika melihat kemacetan yang tidak terlalu parah ini.

Di sampingnya terdapat sebuah mobil pick up yang berisi anak-anak STM itu menoleh padanya.

"We anjer! Gue kira lo masih di sekolah. Pake helm ya? Hahah.." Ujar temannya itu pada pemuda yang mengendarai motor matic itu.

"Bacot lo! Pegangan aja yang bener." Ia bersiap menarik gas ketika mobil yang ditumpangi kawannya itu bergerak. Dan dalam sekejap, kemacetan pun berangsur-angsur terurai.

●●●

Matahari semakin tinggi, adzan telah berkumandang sedari tadi. Ini sudah lewat dari waktu yang dijanjikan.

"Woy polisi! Mana anggota DPRnya?! Udah lewat tengah hari nih!" Protes seseorang.

Nampaknya para peserta aksi mulai tidak sabaran. Langit ibu kota yang terik, panas yang menyengat, udara berpolusi di mana-mana, membuat suasana mulai tidak kondusif.

Para mahasiswa mulai menyerbu gerbang depan yang dijaga ketat itu. Polisi mulai kewalahan menertibkan para demonstran yang ada.

"Pak, tolong tepati janji kalian!" Seru Adrian geram. Ia tak bisa lagi menahan rasa kesalnya, para polisi itu ingkar janji.

"Sabar! Mereka juga ada pekerjaan!"

"Halah! Bacot lo!"

"Udah! TEROBOS AJA GERBANGNYA!!!"

Beramai-ramai para demonstran yang berada di barisan depan mulai mendorong gerbang, bahkan ada yang memanjat gerbang setinggi tiga meter berwarna hitam itu.

Semua Karena RUU KHUP [STMxMahasiswa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang