03

2K 255 13
                                    

[3]

***

Doyoung terbangun dengan perut yang bergejolak. Ia merasa mual―kepalanya juga sedikit pening, hingga memaksanya untuk segera beranjak dari tempat tidur dan berlari ke kamar mandi.

Ini baru pukul enam, matahari bahkan belum terbit. Doyoung dalam posisi membungkuk di washtafel kamar mandinya, mencoba untuk memuntahkan apa yang sekiranya membuat perutnya bergejolak.

Tapi tidak ada apapun yang mampu ia muntahkan. Kecuali cairan sedikit berlendir yang membuatnya mendesah frustasi.

Sudah sejak beberapa hari yang lalu ia seperti itu setiap pagi hari, tapi di abaikan karena mengira itu hanyalah masuk angin biasa.

Tapi setelah Doyoung pikir lagi―oh, ia belum mendapatkan tamu bulanannya untuk bulan ini, dan juga terakhir kali ia tidur dengan Jaehyun…

“Apakah mungkin?”

Segera Doyoung mengambil sesuatu di lemari kecil yang ada di kamar mandi tempat ia menyimpan perlatan mandinya bersama Jaehyun―sebuah alat tes kehamilan yang ia beli setelah pernikahan mereka.

Awalnya, Doyoung ragu untuk mencoba. Tapi… pada akhirnya ia melakukannya.

Mengingat dirinya yang selalu mual setiap pagi, tamu bulanan yang tidak kunjung ia dapatkan bulan ini, juga kegiatan yang di lakukannya dengan Jaehyun terakhir kali, Doyoung menyangka jika dirinya tengah hamil.

Dan di alat tes kehamilan itu, semua yang Doyoung pikirkan ternyata benar.

Ia mengukir senyum.

Garis merahnya ada dua.

Ia… positif hamil.

.

.

.

“Ten,”

Seseorang yang di panggil namanya itu menoleh, menatap Doyoung dengan raut bingung. “Ya, wae?”

“Pulang kerja, bisa mengantarku ke suatu tempat?”

Ten mengerutkan dahi, ia merasa tidak biasanya Doyoung minta diantar ke suatu tempat sepulang bekerja. Karena menurutnya, semenjak menikah, Doyoung itu tidak pernah lagi pergi kemanapun selain rumah sepulang dari kantor. Dia akan menjadi istri yang baik dengan langsung pulang ke rumah. Yah, kecuali untuk hal mendesak.

“Eoh, kemana?” Ten bertanya bingung. “Jika ke tempat-tempat aneh, aku tidak mau. Lagipula, Taeyong tidak akan memberi ijin.”

Doyoung tertawa kecil. “Tempat aneh apa yang kau maksud, huh? Aku hanya minta diantar ke rumah sakit, Ten, bukan tempat yang aneh-aneh.” Ujarnya masih dengan setengah tertawa.

“Rumah sakit? Wae?”

“Aku ragu kau akan percaya jika aku mengatakan ini.”

“Kenapa memangnya?”

Doyoung menggelengkan kepala seraya tangannya yang bergerak merogoh sesuatu di dalam tasnya yang berada diatas meja kerja. “Hanya ingin memeriksa ini.” Katanya, sambil tersenyum dan memperlihatkan benda panjang dengan dua garis merah pada rekan kerja yang sudah sangat dekat dengannya itu.

“WHAT THE―”

“Ten! Jangan keras-keras!”

Calon istri Lee Taeyong itu segera menutup mulut begitu Doyoung memperingatinya. Matanya melebar, menatap tak percaya pada seorang Kim Doyoung.

“Yah! Kau hamil?”

Doyoung hanya mengangguk kecil. “Maka dari itu aku minta padamu untuk temani aku ke rumah sakit, aku butuh untuk memeriksakan ini. Kau tidak keberatan, kan?”

Hey, mana bisa Ten menolak? Tentu saja perempuan itu mengangguk dan berseru senang, turut bahagia dengan kehamilan Doyoung.

“Sudah memberitahu Jaehyun?”

“Belum. Aku berencana akan memberitahunya setelah aku memeriksakan diri ke dokter.”

“Jaehyun pasti bahagia sekali.”

Doyoung tersenyum. Membayangkan senyum Jaehyun ketika ia memberinya kabar tentang kehamilannya, membuat hatinya menghangat.

.

.

.

Jaehyun menghela napas lelah ketika ia keluar dari kamar mandi setelah membersihkan tubuh. Ia baru saja tiba di rumah dinas yang di sediakan kantor untuknya setelah seharian mengurus setumpukan berkas bersama Mingyu.

Saking banyaknya pekerjaan hari ini, Jaehyun sampai tidak sempat mengabari istrinya yang berada di Seoul sana.

Kedua kaki panjangnya melangkah ke dapur, berniat membuat sesuatu untuk makan malam seraya menghubungi Doyoung.

Tapi, belum sempat dirinya membuka lemari pendingin untuk mengeluarkan bahan makanan yang ia punya, ponselnya sudah berbunyi pelan beberapa kali.

Ada pesan masuk di ruang obrolannya bersama dengan sang istri, membuat Jaehyun merekahkan senyum dan duduk di kursi meja makan sambil memainkan ponselnya.

From : Wife 💕

[Jaehyun…]

[Sedang apa?]

Lelaki itu tersenyum. Ia benar-benar merindukan Doyoung, tapi masih satu minggu lagi untuk sampai pada jadwalnya pulang ke Seoul.

Ia menghela napas, kemudian membalas pesan istrinya.

To : Wife 💕

[Baru selesai mandi dan akan membuat makan malam.]

[Kau sendiri sedang apa?]

[Maaf karena seharian ini tidak menghubungimu. Pekerjaanku menumpuk T.T]

Pesannya langsung dalam status terbaca, tapi membutuhkan beberapa waktu untuk Jaehyun mendapatkan balasan dari istrinya.

From : Wife 💕

[Aku sedang bahagia sekali hari ini. Dan aku tidak ingin bahagia sendirian… jadi aku akan memberitahumu dan membagi kebahagiaanku.]

Jaehyun kebingungan dengan pesan balasan yang ia dapat. Maksudnya Doyoung itu apa?

Namun, belum sempat berpikir lebih jauh lagi, dua pesan yang masuk di ruang obrolannya membuat kedua bola mata Jaehyun melebar―ia terkejut, jantungnya berdegub, dan seketika kehilangan kata-kata yang dapat mengungkapkan bagaimana perasaannya saat ini.

From : Wife 💕

[Jae, garis merahya dua, aku baru mengetahuinya pagi ini! Hey, calon ayah~ si kecil ini masih berusia satu minggu, mau menyapanya? 😊😊]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Jae, garis merahya dua, aku baru mengetahuinya pagi ini! Hey, calon ayah~ si kecil ini masih berusia satu minggu, mau menyapanya? 😊😊]

Astaga!

Jaehyun menangis sekarang.

Ia ingin segera pulang dan memeluk istrinya.

Long Distance MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang