07

1.9K 227 11
                                    

[7]

***

“Aku lihat sekarang kau sudah mulai terbiasa.”

Jaehyun berhenti sejenak dari sibuknya mengerjakan pekerjaan kantor, menatap Mingyu dengan sedikit bingung. “Terbiasa? Apanya?”

“Tinggal di Shangrila dan jauh dari istrimu.” Jawabnya. “Awal-awal kita tiba disini, aku ingat sekali kau sering mengeluh ingin segera pulang ke Seoul. Sedikit sedikit berkata jika dua minggu itu terasa sangat lama. Tapi sekarang?”

Jaehyun menyimpulkan sebuah senyuman tipis dan melanjutkan pekerjaannya yang masih saja menumpuk.

Long distance marriage ternyata tidak separah itu, kan?”

“Kau hanya tidak tahu, Gyu.” Jaehyun berkata pelan seraya mengambil napas perlahan. “Kau tidak tahu karena belum pernah merasakannya.”

“Huh?”

“Bagaimana khawatir dan rindumu padanya saat kau jauh dari istrimu, tidak akan bisa kau atasi dengan cara apapun selain bertemu dengannya. Sekarang, kau melihatku seperti sudah terbiasa. Itu karena aku mencoba untuk diam saja… tapi kau tidak tahu bagaimana perasaanku sekarang.”

Mingyu meringis.

Benar juga. Ia belum menikah, mana tahu dirinya bagaimana perasaan Jaehyun sekarang? Sebagai seorang suami yang merindukan istrinya, dan sebagai seorang calon ayah yang mengkhawatirkan bayi di dalam perut istri tercintanya.

Long distance marriage itu sangat buruk untukku.” Lelaki Jung itu melanjutkan tanpa menatap lawan bicaranya. “Istriku sedang hamil, bahkan di awal kehamilannya ia sudah harus mengalami hal buruk. Dan itu terus menghantuiku sampai sekarang.”

Ya, Mingyu tahu seberapa panik dan khawatirnya Jaehyun saat itu.

Ditambah ia yang hanya mendapatkan cuti selama tiga hari―itu pasti sulit. Mingyu begitu tahu seberapa inginnya Jaehyun menjadi suami yang selalu siaga untuk Doyoung.

“Aku ingin segera menyelesaikan dinas kerjaku disini. Tapi jika di pikir lagi, bahkan ketika bayiku lahir nanti, aku masih memiliki waktu satu bulan sebelum waktu yang sudah di tentukan berakhir.”

“Ah, ya, kau benar. Kita baru delapan bulan disini. Hah!”

.

.

.

Seraya mengerjakan sisa pekerjaannya di rumah―dengan laptop yang menyala dan kertas yang berantakan diatas tempat tidur, Jaehyun bertukar pesan dengan istrinya.

Doyoung menolak untuk melakukan panggilan video maupun panggilan suara. Katanya, ia sedang sangat jelek dan suaranya sedang serak. Jadi, tidak ingin bertatap wajah dulu dengan sang suami.

Sebagai gantinya, Doyoung meminta Jaehyun menemaninya bertukar pesan hingga mungkin mereka ketiduran.

To : Wife 💕

[Empat bulan itu lama sekali, ya.]

[Aku tidak sabar ingin segera pulang dan kembali tinggal di apartemen kita.]

Selagi menunggu balasan dari sang istri, Jaehyun meletakkan ponselnya di dekat laptop dan kembali fokus pada pekerjaannya.

Sesekali ia menyesap kopi instan yang tadi sempat ia seduh. Ia memang butuh kopi untuk begadang malam ini. Lihat saja, pekerjaannya sangat menumpuk.

Kemudian, ponselnya bergetar lagi, membuat Jaehyun tersenyum karena tahu jika itu pasti pesan balasan yang dikirim Doyoung.

From : Wife 💕

[Semangat, ayahnya Choseungdal!]

[Waktu akan berjalan dengan cepat jika kau melewatinya dengan semangat tanpa mengeluh.]

Jaehyun meloloskan sebuah tawa halus. Jika sudah membawa nama Choseungdal di pesannya, perasaan rindu Jaehyun semakin meningkat lagi dan lagi.

Ingin merengek seperti anak kecil untuk meminta pulang ke Seoul, tapi Jaehyun tahu jika dirinya sudah dewasa. Sudah memiliki istri dan akan memiliki bayi.

Lagipula, jika tidak seperti ini, maka karirnya dalam pekerjaan hanya akan disitu-disitu saja.

Ia tentu ingin mendapatkan pekerjaan tetap yang bagus dengan jabatan yang lebih baik daripada kemarin. Agar bisa membahagiakan Doyoung dan calon bayi mereka, agar bisa memenuhi semua keperluan keluarga kecilnya yang sudah menjadi tanggung jawabnya.

To : Wife 💕

[Terimakasih sudah menyemangatiku, ibunya Choseungdal.]

[Aku benar-benar merindukan kalian berdua. Bagaimana ini?!]

Pesan itu tidak langsung mendapatkan balasan, tapi Jaehyun menunggunya dengan tidak sabar.

Dan ketika ia mendapatkannya, senyumannya mengembang lebar.

From : Wife 💕

[Ahjumma ternyata pintar mengambil gambar, wkwkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Ahjumma ternyata pintar mengambil gambar, wkwkwk.]

[Bulan sabit kesayanganmu ini sangat baik hari ini. Dia tenang dan tidak banyak menendang seperti kemarin. Aku senang karena dia sudah lebih kuat setelah usianya enam bulan😊]

[Kami juga merindukanmu, ayah 😘]

Long Distance MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang