08

2K 232 6
                                    

[8]

***

Kehamilan Doyoung sudah berjalan tujuh bulan. Itu artinya, dalam waktu dua bulan lagi, si bulan sabitnya Jung Jaehyun dan Kim Doyoung itu akan segera lahir untuk menyapa ayah dan ibunya.

“Ahjumma, apakah Doyoung sering mengeluh sakit selama aku tidak di rumah?”

Terdengar satu pertanyaan penuh kekhawatiran dari mulut seorang Jung Jaehyun kepada seorang bibi yang ia pekerjakan untuk menjaga Doyoung sejak kejadian waktu itu.

Namanya Xi Luhan―seorang wanita yang seusia dengan ibunya, tersenyum seraya menggelengkan kepala. “Doyoung-ssi terlihat sangat sehat dan tidak mengeluhkan apa-apa. Kecuali Jagoan anda yang sangat aktif menendang.” Ia terkekeh seraya kembali pada kegiatannya membuat sarapan untuk tuan dan nona mudanya.

Jaehyun mengangguk. Iatidak heran tentang itu karena Doyoung selalu mengatakannya hampir setiap hari. Bahwa si kecil di dalam perut sangat tidak bisa diam.

Bahkan semalam, Doyoung dibuat sulit tidur karena si bulan sabit seperti terus berputar dan menendang di dalam perutnya. Membuat Jaehyun juga jadi ikut-ikutan begadang untuk memijat pinggang istrinya yang terasa sangat pegal.

Oh! Ngomong-ngomong, di usia kandungan Doyoung yang kelima bulan, mereka sudah mengetahui jenis kelamin si kecil.

Dokter bilang, Choseungdal-nya itu seorang laki-laki. Dan itu membuat Jaehyun hampir lupa caranya bernapas karena ia terlalu senang.

“Doyoung-ssi masih tidur?”

Jaehyun mengangguk, menyesap kopi panasnya sebentar sebelum menjawab. “Hmm. Choseungdal-ku terus bermain hingga larut. Terus menendang sampai istriku mengeluh tentang itu.”

“Aigoo, Jagoan anda sepertinya benar-benar sangat senang karena ayahnya pulang.”

Jaehyun tersenyum. “Ahjumma benar.”

.

.

.

Kaki Doyoung sering bengkak parah sejak usia kehamilannya menginjak bulan kelima. Bahkan sesekali terasa sakit dan pegal, sampai Luhan akan memijati kakinya menggunakan minyak zaitun.

Sekarang pun seperti itu.

Tapi karena ada Jaehyun di rumah, jadi lelaki itu yang memijati kaki istrinya sekarang.

“Dua bulan lagi dia akan lahir,” Doyoung berkata pelan. Punggungnya bersandar di tumpukan bantal di belakangnya, sambil menikmati pijatan tangan Jaehyun di kakinya, ia mengusap perut besarnya penuh sayang. “Kau sudah mencari nama untuknya? Untuk Jagoan kecil kita?”

Tanpa menghentikan gerakan tangannya, Jaehyun mendongak, menatap Doyoung seraya menggelengkan kepala. “Aku sudah mencari beberapa nama tapi aku sendiri tidak yakin.”

“Kenapa?”

“Aku perlu untuk berdiskusi denganmu. Memberikan nama untuk Jagoan kita itu hal yang serius juga.” Ujarnya. “Dan lagi, Mingyu mengatakan sesuatu yang membuat pikiranku kacau!”

“Huh?”

“Katanya, anak laki-laki, terlebih jika itu anak pertama, maka harus diberi nama asing.”

Doyoung menunjukkan reaksi aneh yang sudah Jaehyun duga sebelumnya. “Teori darimana itu? Mingyu sepertinya hanya asal bicara.”

“Maka dari itu,” Jaehyun frustasi. “Dia sedang mabuk saat mengatakannya.”

Doyoung tertawa.

“Dan kau tahu apa nama yang di rekomendasikannya?”

“Apa memang?”

“Peter Jung.”

Doyoung benar-benar tidak bisa menahan tawanya. Kim Mingyu―rekan kerja suaminya itu benar-benar sesuatu.

“Astaga, Jae… ada apa dengan temanmu?” Doyoung masih sedikit kesulitan untuk berhenti tertawa. “Tapi, Peter juga tidak buruk―”

“Big no! Aku menolaknya, sayang.”

“Wae?”

“Aku yang akan memberinya nama. Dia bayiku, bukan bayi Mingyu.” Jaehyun sedikit cemberut. “Dan aku ingin memberikannya nama yang bagus… nama Korea yang memiliki artian baik, yang tidak dimiliki oleh orang lain.”

Ada satu nama yang membuatnya jatuh cinta, dan Jaehyun perlu mendiskusikan itu dengan istrinya.

.

.

.

Di sore harinya, Jaehyun menemani Doyoung untuk berjalan-jalan di sekitar taman yang berada tak jauh dari gedung apartemen mereka.

Dengan protektif, Jaehyun terus menggenggam tangan istrinya, memastikan setiap langkah Doyoung dengan hati-hati.

“Wah, Choseungdal sepertinya senang kau menemaniku jalan-jalan hari ini.” Doyoung menghentikan langkahnya sejenak ketika ia merasakan bayi kecilnya bergerak-gerak di dalam perut.

“Oh, ya? Kau senang jalan-jalan dengan ayah, hm?” Jaehyun juga menjadi lebih antusias. Ia turut menyentuhkan tangan di permukaan perut besar Doyoung, merasakan gerakan halus disana. “Geurae, ayah akan menemanimu sampai kau puas.”

Doyoung tersenyum saat Jaehyun menunduk dan memberikan sebuah ciuman manis di perutnya. Ia benar-benar merasa senang melihat interaksi Jaehyun dengan si kecil.

“Cepat lahir, ya, sayang…” Jaehyun bergumam. “Ayah janji, ayah akan selalu menemanimu bermain dan jalan-jalan nanti.”

.

.

.

jaehyun_j

jaehyun_j

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

195.215 likes
jaehyun_j semakin besar, dia semakin nakal dan tidak mau diam… terus bermain-main di dalam perut ibunya sampai tengah malam. Hey, Jagoannya ayah… Jangan membuat ibu sakit, oke? Lihat, kaki ibu sering bengkak sekarang. Ayah menyayangimu, jadi jangan nakal, ya😊❤

Long Distance MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang