Cemburu?

15.7K 978 42
                                        

Mahes memijat pangkal hidung yang sejak kemarin sering sakit, belum lagi kepala ikut terasa nyeri. Sejak menikah bukannya masalah selesai malah semakin banyak.

Pernah dia berpikir mungkin akan beda jika sesuai rencana awal. Aurelia adalah perempuan yang mudah diatur, tinggal berikan kemewahan dan serba kemudahan, karena itu yang diinginkannya. Namun Mahes tidak suka memelihara orang yang menyamai lintah. Hanya menyedot kerja kerasnya dan sibuk menghabiskan.

"Woi, pengantin baru!" Andreas, teman Mahes yang tidak tahu situasi itu datang-datang langsung berteriak penuh semangat, kemudian mengambil duduk di sebelah, menyomot makanan.

Disusul Tama, Sena, dan Jun. Ketiganya mengambil tempat duduk masing-masing. Mereka berempat mendapat undangan dari Mahes, maka dengan senang hati datang sekalian menyoraki pengantin baru tersebut.

"Berapa ronde?" Andreas jahil bertanya, tidak tahu menahu kalau temannya itu sedang lelah dan pusing menghadapi kehidupannya pasca menikah.

"Dua puluh," yang menjawab Tama disambut kekehan Jun dan Sena.

"Sadeeesss! Lo merawanin anak orang apa Lucinta Luna?" terdengar tawa Tama disusul keplakan oleh Sena, menyuruh untuk serius sedikit karena melihat Mahes yang tidak bereaksi.

"Lo kenapa, Bray?" Sena mulai bersuara setelah sempat terjadi keheningan beberapa detik. Andreas juga sudah tidak dalam mode melucu, siap mendengarkan.

"Stres gue ngadepin Zee."

"Oooo..., Zee?" secara kompak teman-temannya membeo.

Lengang lagi sebentar, hingga Andreas tersenyum-senyum sendiri sambil melihat ke gadget miliknya. Tangan sibuk sroll atas-bawah layar  lima inch tersebut.

"Lo ngejek gue?!" Mahes melempar irisan kentang goreng, Andreas tidak marah, malah semakin tersenyum geli.

"Cewek kek gini yang bikin lo stess?" Andreas menunjukkan foto Zea bersama sang mertua, Wina. Keduanya tampak kompak dengan kacamata dan topi yang sama, berada di pinggir kolam renang.

Tama, Sena, serta Jun mendekat untuk melihat dengan jelas. Mereka mengerjap beberapa kali kemudian kembali menoleh ke Mahes.

"Bini lo keliatan klop banget sama Tante Wina? Kayak dah kenal lama." ucap Jun.

"Dia kerja sama Nyokap."

"Wuih, pantes. Tapi kok gue nggak pernah lihat dia di sini?" Jun mengedarkan pandangan ke segala penjuru. Dia tidak mungkin merasa asing dengan istri sahabatnya jika pernah melihat sebelumnya.

Mereka sekarang memang berada di kafe milik Wina, ibu Mahes. Tempat nongkrong anak-anak muda yang instagramable. Wanita setengah abad itu selalu mengikuti perkembangan dalam bidang usaha, jadi tidak heran banyak pengunjung datang ke kafenya.

"Bukan di sini." Mahes menjawab malas.

"Di tempat kue-kue kecil ini dibuat," sambungnya sambil memainkan kue kecil berbentuk orang-orangan berwarna cokelat. Sialnya, ini adalah kue kesukaannya. Mahes tersenyum masam mengetahui ternyata Zea yang membuat setiap dia ingin. Wina tidak mengatakan apa-apa, hanya bilang salah satu karyawannya.

"Secara tidak sengaja kalian terhubung melalui Gingerbread  ini?" Tama memperhatikan kue tersebut sebelum memasukkannya ke mulut.

"Selain cantik, dia juga pintar memasak. Ya ampun, lo beruntung banget nikah sama dia."

Mahes mendelik tajam ke arah Andreas. Dia tidak suka ada orang yang menyebut Zea cantik. Cantik dari mananya? Orang-orang itu tidak tahu saja kalau gadis itu bisa ngamuk seperti Hulk. Badannya selalu saja jadi samsak tiap malam. Melanggar batas-lah, memakai bantalnya-lah, sampai-sampai urusan selimut pun tidak boleh lebih dari yang telah ditentukannya.

Pengantin   PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang