1.Awal Kita

304 55 47
                                    

"Terkadang Tuhan memang sengaja mempertemukan kita"
-Kita.

~Happy reading~

"Lara kamu mau jadi pembimbing Nao?" tanya guru bk pada Lara, murid dengan nilai tertinggi saat tes untuk masuk sekolah sebulan yang lalu.

Namanya Lara Indira. Cantik juga cerdas. Idola wanita tanpa cela. Banyak Kakak kelas menyukainya, bahkan menyatakan cinta di hari keduanya di SMA Abdi Bangsa. Mendapat beasiswa berkat kecerdasan otaknya. Namun sayang, keuangan keluarganya sedikit buruk.

Dan kini Lara sedang berada di ruang konseling bersama Bu Ani yang duduk berseberangan meja dengannya.

"Ehm, Nao siapa ya Bu?" Lara bertanya.

Tepat sedetik setelah Lara bertanya, pintu ruangan dibuka tanpa diketuk dahulu sebelumnya. Menampilkan sosok tampan dengan kacamata cokelat gelap, berjalan masuk sembari memainkan sebuah tongkat.

Sontak Lara dan Bu Ani menoleh ke pria yang berjalan ke arah sofa, lalu duduk manis di atasnya.

Dilihat dari seragamnya, sepertinya pria itu adalah siswa di sekolah ini juga, sama seperti Lara. Bu Ani bangkit dari duduknya, berjalan pula ke arah sofa. Lalu berkata,

"Lara, ini Nao. Kamu mau jadi pembimbing dia?"

Bu Ani ikut duduk di sofa, kembali melanjutkan ucapannya, "Kamu bakal di gaji setiap bulannya kalo kamu mau." Bu Ani blak-blakan.

Lara yang semula tak berniat kini dibuat menjadi bersemangat. Walau dari tampangnya, Nao akan sangat menjengkelkan. Ah sudahlah Lara bisa mengurus itu nanti.

"Oke Bu, aku mau."

***

Itu yang Lara katakan seminggu yang lalu. Andai ia tidak mengiyakan, semua tak akan sesulit sekarang.

Semuanya di luar ekspetasi.

Lara pikir, jika Nao usil, maka Lara bisa marah padanya. Tapi, bagaimana Lara bisa marah pada seorang yang tunanetra? Nanti Lara dikatai yang tidak-tidak, bagaimana?

Hari ini jadwal pertamanya dengan Nao. Dan Nao mengusul agar Lara saja yang ke rumahnya. Lara akan dijemput oleh sopirnya Nao.

Lara kini tengah merapikan isi tasnya. Memilih apa saja yang perlu ia bawa untuk bimbingan belajar dengan Nao. Lara gugup. Jujur, ini pertama kalinya ia ditawari hal seperti ini.

Selesai Lara merapikan tasnya, sebuah panggilan setengah berteriak memanggilnya.

"Laraaaa, itu udah ada yang jemput," panggil Ibunya Lara dari ruang tamu.

Lara yang mendengarnya segera keluar dari kamar, turun meniti tangga hati-hati. Lalu berjalan ke arah ibunya, menyalami. "Ma, Lara jalan dulu ya."

"Iya udah sana, buru."

Lara keluar rumah, berdiri di samping jendela kemudi, dan bertanya, "Pak ke rumah Nao kan ya?"

"Iya Non," jawab Sopir itu ramah.

Lara membuka pintu penumpang, naik, dan duduk manis di dalamya

Sopir itu menatap Lara lewat spion dalam sebentar, "Non Lara kan ya? Kenalin nama Bapak Adi, panggil aja Pak Adi."

Lara ikut menatap kaca spion dalam mobil, tersenyum ramah, lalu menjawab, "Oalahh, oke, salam kenal Pak."

Dan perbincangan terus terjadi sampai mereka tiba di sebuah gerbang mewah nan besar bak istana di suatu cerita.

REALOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang