2.Sandwich

184 49 22
                                    

"Hari ini kita teman, enggak lebih. Kalo besok? Mana ada yang tau."
-kita.

Bintang dulu, bolehlah:v
Happy reading❤
.
.
.
Pagi yang cerah. Membuat Lara senang karena tidak perlu repot-repot membawa payung bercorak barbie miliknya. Ditambah Mamanya yang tidak bawel pagi ini. Sungguh benar-benar hari yang indah.

Dengan senang hati, Lara melakukan aktivitas rutinnya. Seperti biasa, dia mengeluarkan paper bag pink miliknya dan mulai memasukkan cokelat-cokelat yang diletakkan fans-nya di dalam laci meja.

Namun sebelumnya, Lara akan membaca surat yang menempel pada setiap cokelat demi menghargai orang-orang yang telah suka rela memberi camilan kesukaannya.

Zhisa teman sebangkunya menoleh ke Lara dengan menopang dagu. "Ra, enak banget sih dapet cokelat tiap hari," lontar gadis dengan rambut panjang tergerai itu mengangkat paper bag Lara yang sudah terisi beberapa cokelat dan tanpa berdosa mengambil satu di antaranya.

"Ini buat gue aja lah. Lagi badmood nih, suer," lanjut gadis itu membuka bungkus cokelatnya dan langsung melahap. Tak mempedulikan Lara yang belum mengiyakan.

Lara yang sedang membaca, memberhentikan kegiatannya sebentar, lalu menoleh ke sahabat bucinnya itu. "Ah lo mah badmood terus, ambil aja lagi kalo kurang," cibir Lara dan melanjutkan bacaannya kembali.

"Asiappp! Seneng deh."

Lara dan Azhisa, sahabat bucin seperjuangan. Mereka berteman dari Sekolah Dasar. Tanpa disebutkanpun, gelar 'sahabat' sudah tercantum di antara keduanya.

"Sa, liat geh." Lara menunjukkan cokelat dengan ikatan pita pink dan surat yang menempel di salah satu ujung sisinya.

Zhisa menoleh. "Iya gue liat. Itu cokelat kan? Buat gue lagi?" sahut gadis itu dengan wajah lugunya.

Membuat Lara mendecak kesal. "Bukan itu bege! Liat ini suratnya," rengek Lara menyodorkan cokelat beserta suratnya ke arah Zhisa.

Zhisa menatap surat di cokelat itu dengan seksama. "Itu... Orangnya salah kirim kali," ucap Zhisa ngasal dan menyerahkan kembali cokelat tersebut pada Lara. Sungguh, Lara dibuat jengah olehnya.

Lara mendecak "Ih Sa, ini bukannya huruf Braille ya?" tanya Lara kembali memperhatikan surat itu.

"Emm, mungkin iya, kali ya," jawab Zhisa acuh tak acuh.

Lara menghembuskan nafasnya lelah. Kenapa Lara bisa mempunyai sahabat bego seperti Zhisa, sih! Huh menyebalkan.

"Nyesel gue nanya."

"Ah, terima kasih."

Dih, sinting.

***

Ini jam istirahat pertama. Semua murid pergi ke kantin untuk membeli sarapannya. Berbeda dengan Lara. Gadis itu menopang dagu, terdiam di kursinya, meratapi kebodohannya, dan mengutuk dirinya sendiri karena membiarkan uang sakunya tertinggal di meja belajar kamarnya.

Masa Lara hanya memakan cokelat sepanjang hari? Nanti kalau giginya rusak bagaimana? Lara berjanji tidak akan lupa lagi di keesokan hari. Dia tak akan membiarkan dirinya kelaparan lagi. Ini menyebalkan!

"Ra."

Sebuah panggilan mengagetkan Lara.

"Hah! iya?"

Punggung Lara yang semula bongkok tiba-tiba tegap seketika. Lara menoleh ke kursi di sampingnya, tempat duduknya Zhisa. Tapi yang duduk di sana bukanlah sahabatnya, melainkan seorang pria dengan kacamata cokelat gelapnya.

REALOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang