three

9.9K 1.5K 101
                                    


.

.

.

.

.

.

Terik matahari yang menyengat kala di musim panas itu membuat Jaehyun merasakan haus berkali-kali lipat. Setelah membuka pagar rumahnya, ia ingin cepat masuk kedalam rumah dan meminum air sebanyak yang mampu perutnya tampung untuk melegakan rasa hausnya. Namun, sayangnya niatnya harus ia urungkan karena suara menggelegar Chaeyeon yang memarahi Jaemin terdengar sampai ketelinganya.

"Dasar anak pungut cengeng!"

Jaehyun bisa melihat gadis itu tengah mendorong Jaemin yang hanya berdiam dengan wajah menunduk. Biar Jaehyun tebak, pasti adiknya itu tengah menangis.

"Kau ini dasar anak pungut! Mana ada yang mau bermain denganmu!"

Gadis kecil itu terus saja membentak Jaemin yang terdiam menunduk bahunya bergetar pelan. Melihat ini Jaehyun bergegas menghampiri keduanya.

"Hentikan Chaeyeon, kau membuat adikku menangis lagi", kesal Jaehyun namun segera menarik tangan Jaemin untuk membawanya masuk kedalam rumah.

Jaehyun kesal, setiap hari ia pasti menemukan gadis kecil cerewet itu mengomeli Jaemin apapun yang adiknya itu lakukan diluar rumah. Dulu juga Jaehyun menemukan Chaeyeon meledek Jaemin yang ditinggalkan ibunya kedalam rumah sedang menyusun pot-pot kecil berisi tanaman.

.

.

.

.

Wajah Jaemin tertekuk, sudut mata kanannya membiru dengan noda darah mengering disana. Hari ini ia di bully habis-habisan lagi setelah Haechan tidak masuk karena sedang ada urusan keluarga dan lebih tidak beruntungnya lagi, Mark serta Renjun juga tidak ikut hadir dengan alasan yang sama. Harap maklum saja, jika mereka itu termasuk keluarga terpadang dan orangtua ketiga sahabatnya itu saling berteman satu sama lain.

Dan jadilah, hari ini ia di bully habis-habisan saat berada di sekolah. Dan bahkan sesaat setelah bell pulang berbunyi, ketika  Jaemin baru saja melangkah keluar dari kelas. Tubuhnya di seret paksa ke halaman belakang sekolah dan di pukuli oleh beberapa orang siswa, sebelum akhirnya mereka meninggalkan Jaemin.

Mereka tidak mengatakan apapun saat menghajarnya, karena Jaemin selalu tidak bersuara saat mendapatkan kekerasan dari teman sekelasnya.

Jaemin mencoba menghembuskan nafasnya perlahan, sedikit takut menghadapi ibunya yang mungkin saja akan kembali khawatir melihat kondisinya sekarang.

Ia membuka pintu perlahan, berharap ibunya belum kembali dari tempat kerja. Namun, sayangnya ibunya berada disana. Di dapur dan sedang memasak makan malam tercium dari bau masakannya.

"Kau sudah pul- astaga",

Seperti itulah saat ibunya terkejut, padahal wanita di depannya ini hanya ingin menyapanya namun pada akhirnya menemukan Jaemin yang mematung dengan luka memar diwajahnya.

"Apa kau perlu pindah sekolah Na~", wanita berumur pertengahan kepala lima itu mengusap wajah Jaemin dengan tatapan mata sendu terarah kepada putra bungsunya.

"Tidak, eomma"

Nyonya Jung hanya bisa menghela nafas, sudah sering hal seperti ini terjadi dan juga sudah berulangkali menawari Jaemin untuk pindah kesekolah lain. Namun si bungsu selalu memberikan jawaban tidak. Jika ditanya alasan, ia pasti akan menjawab jika dia memiliki tiga orang sahabat yang tak akan mungkin ia dapatkan lagi di sekolah lain. Dan juga beasiswa penuh yang ia miliki di sekolahnya saat ini tidak dapat di pindahkan. Ia tidak ingin membebani ibunya dan kakaknya dengan pindah sekolah.

Goldfish ✔ [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang