i. senja

127 9 3
                                    

Senja sangat suka dengan semua hal yang bersangkutan dengan bunga. Apapun itu. Baginya, bunga adalah pelengkap hidupnya.

Bahkan ia selalu menganggap bunga adalah teman curhatnya disaat semua orang menjauhinya.

Senja merawat sendiri semua bunga bunga itu. Setiap sore hari tiba, ia akan dengan senang menyirami semua bunga bunga itu sambil mengajak mereka berbicara, seolah olah mereka bisa mendengarkan.

"Hai semua! Hari ini aku punya cerita lagi loh," Senja mendudukkan dirinya di kursi dekat taman bunganya—yang memang sengaja ia taruh disitu untuk mengobrol dengan bunga bunganya.

Seolah bunganya mengangguk dan antusias ingin mendengar ceritanya, senja bertepuk tangan girang, "jadi gini, aku tuh sebenarnya ingin sekali punya sahabat. Tapi yang bisa ngomong juga kayak aku. Tapi gamungkin sih kan semua orang ngejauhin aku," Setelahnya, raut wajah senja terlihat mengerut, tapi beberapa saat kemudian wajahnya berubah berbinar binar, "eh,gapapa deh. Yang penting aku udah punya kalian jadi gabutuh siapa siapa lagi. Pokonya aku sayaaang banget sama kalian. Walau kalian gak pernah bales omongan aku, aku yakin kalian pasti dengerin cerita aku."

Senja menengadah, melihat ke arah langit. "Wah senja hari! Aku harus ke sungai. Daah kaliannn." Senja berlari lari dengan wajah yang berseri seri. Ia seperti gadis yang sangat bahagia.

Terkadang ia tersandung bebatuan atau ranting ranting di sepanjang perjalanan menuju sungai, tapi ia justru merasa senang.

Ketika sampai di sungai, senja melebarkan senyumannya lalu mulai menyeburkan kedua kakinya ke dalam air yang dingin itu. Ia menggerak gerakkan tangannya mengikuti gerakan angin. Membiarkan angin menerpa rambut dan wajahnya.

Senja sangat suka momen ini. Ia jadi teringat masa itu. Ah, saat kedua orangtuanya masih ada, mereka sering sekali ke sungai ini.

Menggelar karpet lalu memakan rendang, makanan kesukaan senja. Namun kini semuanya hanyalah kenangan.

Senja hidup sendirian. Tepatnya hanya bersama pembantunya, bi dhiya yang sudah senja anggap ibu sendiri.  Bi dhiya sangat peduli pada senja, bahkan saat senja dihina semua temannya, bi dhiya menegur bahkan memarahi mereka semua.

"Hai kalian! Aku boleh gabung ga?" Senja merekahkan senyum manisnya.

Semuanya memandang senja sinis, lalu menatapnya meremehkan "kita gak butuh lo, cewe aneh!" Setelah itu derai tawa memenuhi ruangan tersebut.

Senja berusaha tetap tersenyum, "tapi aku mau gabung. Aku ga ganggu kalian kok, janji. Aku cuman pengen punya temen."

"Gak! Udah lo pergi aja sono! Ngomong sama bunga lo! Dasar, cewe aneh!"

Senja menahan tangisnya, tapi ia tetap mempertahankan senyumnya, "yasudahlah, terimakasih ya"

"Hei kalian! Apa kalian tidak diajarkan untuk menghargai orang lain! Lihat saja kalau ternyata kalian membutuhkan senja! Ayo pergi nak" Bi dhiya menarik tangan senja untuk segera menjauh.

Namun, senja tetap mempertahankan senyumnya.

Suatu hari ia bertemu dengan dania, entah mengapa dania selalu murung dan sedih. Senja berniat untuk menghibur dania, tapi dania selalu menangis saat senja menanyakan keadannya dan menyuruhnya untuk pergi.

Senja tidak diam saja, ia menatap dalam mata dania, setelahnya senja terduduk, kepalanya terasa pusing dan berat. Setelahnya ia tidak tahu apalagi yang terjadi pada dirinya.

Entah mengapa, setiap ia menatap mata orang dan berniat untuk mengorek nya lebih dalam, kepalanya terasa pusing dan sangat berat.

Semua teman senja memang menganggap senja adalah cewek aneh dan gila yang sering berbicara sendiri dan melamun.

Tapi, satu hal yang orang orang tidak tahu tentang senja adalah—ia bisa membaca pikiran, bahkan bisa melihat masa lalu siapapun.

tbc

senja || jenkaiWhere stories live. Discover now