B. Payung

66 5 0
                                    

A/N : Agar lebih mendalami, silakan play dan gunakan earphone untuk pengalaman terbaik!

Thank you and please enjoy!

.

.

'

"Berterima kasih adalah cara untuk mengatakan kepada orang lain bahwa kita bersyukur karena dia adalah dia, atau mengatakan bahwa kita menghargai hal yang telah mereka lakukan , sekaligus untuk menyadari bahwa anugerah itu ada."

.

.

.

Lagi-lagi langit menumpahkan air matanya dengan deras, aku mempercepat langkahku menuju toko roti didepan sana untuk segera berteduh. Hujan sederas ini dan aku melupakan payungku, lagi. Hah. Kecerobohanku itu belum juga sembuh. Padahal kedua sahabatku sering kali menasihatiku dan berkata panjang lebar untuk ngga ceroboh lagi, tapi yang namanya kebiasaan kan sulit banget buat dihilangin. Aku berteduh didepan toko ini sambil melihat hujan yang jatuh, mengamati orang-orang yang berlalu lalang disekitarku dan tersenyum ketika tiba-tiba teringat kedua sahabatku yang bawel dan kalem itu. Aku yakin mereka akan mengamuk ketika tau aku lagi-lagi tidak membawa payung di musim hujan ini.

Tiba-tiba aku teringat bahwa aku belum menghubungi mereka sekarang, mereka pasti cemas karena aku belum juga sampai di tempat dimana kami janjian untuk bertemu. Dengan buru-buru aku mengeluarkan ponselku dan segera menghubungi mereka—memberitahukan bahwa kemungkinan aku akan terlambat—aku yakin mereka udah lama menungguku.

ttuuut.. ttuuut ..

Suara panggilan terhubung malah membuatku gugup luar biasa, setiap nada sambungan yang keluar kugunakan untuk menimbang-nimbang apa yang harus aku katakan, apa aku harus jujur atau berbohong. Peduli amat deh, aku bakalan jujur aja ke mereka. Berbohong dengan keduanya sama saja aku menantang maut. Mereka itu udah paham betul kelakuanku kalau lagi berbohong, jadi percuma. Ngga ada pengaruhnya sama sekali, yang ada aku malah kena jitak—yang entah kenapa itu jadi kegiatan eksekusi favorit mereka—kalau ketahuan.

"Haloo.."

"Haloo... Maaf, aku kayanya bakalan terlambat deh.. Aku? Di depan toko roti, iyaa yang 5 menit dari sini sampai, filmnya 45 menit lagi kan? Kalian sendiri udah sampai? Tinggal aku, ya? Ih, maaf. Hujan, aku lupa bawa payung lagi. Hehehe. Ampuni akuuuu!! Ceramahnya nanti aja plisss. Iyaa aku bakalan hati-hati kok. Ngga akan kepeleset, tenang aja deh! Dadahh"

Bener, kan? Belum apa-apa aja udah kena sembur. Aku tertawa kecil karena mendengar nada kesal disuara mereka barusan. Mereka pasti bete berat, bukan karena aku datang terlambat, tapi masalah aku yang ngga bawa payung. Aku yakin banget sahabat kalemku itu me-loud speaker ponselnya, karena sahabatku yang satunya ikut mendemoku.

Beberapa menit berlalu dan akhirnya hujan yang deras tadi sedikit mereda, ya, sedikit. Aku segera melangkahkan kakiku melanjutkan perjalanan. Kali ini aku berjalan dengan sangat hati-hati dan super pelan. Jalanan yang sangat licin ditambah hujan yang masih turun membuatku semakin waspada. Aku adalah orang yang ceroboh, kau tau. Jadi, sedikit melakukan kesalahan, hal buruk bisa saja menimpaku.

Sambil berjalan aku mengingat bagaimana kami bisa menjadi sahabat. Bisa dibilang kami bertiga adalah kumpulan orang yang sangat berbeda karakter, yang satu kalem dan yang satu lagi bersemangat, aku berada diantara keduanya, terkadang aku bisa menjadi sangat kalem dan terkadang aku bisa menjadi sangat bersemangat. Aku bahkan ngga ingat kenapa kami bisa menjadi sangat dekat sampai saat ini. Kami ini adalah teman di masa sekolah menengah atas, tapi hingga kami dewasa dan bekerja, kami masih menjadi sahabat karib. Dan aku sangat bersyukur akan hal itu.

My StrengthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang