Siang hari yang adem, burung-burung berkicau minta dikasih makan, cacing-cacing diperut sudah mulai berdemonstrasi meminta keadilan agar sang pemilik perut menyegerakan diri untuk mengisi kekosongan energinya. Samuel, sang pemilik perut menatap sang abang yang sedang bersantai dengan earphone bertengger ditelinga. Bingung antara mau ngajak abangnya delivery atau makan diluar. Itung-itung sekalian jalan karna bosan dirumah terus selama beberapa hari ini.
"Bang."
Sekali.
"Bang."
Dua kali
"BAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAANG!!!!!" Samuel berteriak begitu dirinya sudah berada didekat Mark dan mencopot sebelah earphonenya.
"AADUUUUUUUH!! BUDEK GUA ANYING!!" Teriak Mark membalas Samuel yang cuma nyengir tidak berdosa.
"Hehe."
"Apaan sih ganggu aja!"
"Ya abangnya dari tadi Muel panggilin nggak nyaut."
"Mau ngapain?"
"Makan yuk. Emang abang nggak laper apa? Muel udah keroncongan nih!"
Mark menatap Samuel yang mengelus perut kerempengnya, kemudian menatap jam yang memang sudah menunjukkan pukul 14.20, waktu yang normal bagi Samuel mengeluh lapar. Terlebih porsi makan adiknya ini Bisa dibilang cukup besar, justru akan aneh jika dia hanya berdiam diri di sofa.
"Mau makan apa?"
"Makanan Jepang, bang. Kalo junkfood lagi nanti kena ceramah kak Wen."
"Oke. Siap-siap sana, abang ambil kunci motor dulu."
Samuel mengangguk, buru-buru berlari ke kamar untuk mengambil jaket serta helm nya kemudian segera melesat menuju garasi dimana abangnya menunggu.
Samuel langsung naik keatas motor, mengenakan helm hitam senada dengan milik abangnya lantas berpegangan pada bahu sang abang.
"Udah bang!" serunya.
Mark langsung menancap gasnya dengan kecepatan sedang. Bagaimanapun, Mark cukup sadar diri dengan keselamatan mereka berdua meski motor yang ia gunakan sebenarnya cocok untuk menarik perhatian orang-orang dengan kecepatan tinggi. Tapi, tentu saja Mark tidak melakukannya. Walaupun hubungannya dengan Samuel itu tergolong love-hate, tapi Mark sangat menyayangi Samuel. Hanya saja dia tidak ingin memanjakan adiknya karena dia adalah lelaki dan perlu diajarkan bagaimana menjadi tegas.
Lihat saja. Jika kalian perhatikan, sebenarnya sedikit banyaknya sifat Samuel itu meniru Mark. Samuel yang cuek pada orang asing namun sangat menyayangi keluarga serta teman-temannya itu adalah sifat yang selalu ia contoh dari sang abang. Sama seperti sang abang yang hanya akan manja pada sang kakak, Samuel pun begitu. Hanya saja perbedaannya manja Samuel melebihi Mark, tentu saja kita juga harus ingat fakta bahwa Samuel merupakan anak bungsu dan dia yang paling sebentar mendapat kasih sayang dari mendiang sang ibu. Mark memakluminya, oleh sebab itu dia tidak ingin menyalahkan Samuel atas sifat adiknya yang terkadang terlalu sensitif. Terlebih sang adik juga masih cukup muda.
"Bang, kalo duit Muel udah ke kumpul, Muel juga mau beli motor kayak abang!" seru Samuel yang membuat Mark tersenyum samar dibalik helm full-face nya.
"Boleh nggak, bang?!"
Mark mengangguk sebagai respon. "Tapi harus tau aturan!" serunya lagi memperingatkan sang adik.
"Iya, bang. Kayak abang!"
Meski mereka sering bertengkar, Samuel akui jika dia benar-benar menjadikan Mark sebagai salah satu contoh teladannya selain sang ayah tentunya. Bagaimana tidak? Mark itu sudah menabung sejak jauh-jauh tahun. Sedikit demi sedikit abangnya itu mengumpulkan uang hasil kompetisi memanahnya hingga bisa membeli motor mahal ini. Bahkan ketika papah mereka berniat mengganti uangnya, dengan lantang sang abang menjawab-
KAMU SEDANG MEMBACA
Vicces ✔️
FanfictionVicces berarti lucu dalam bahasa Hungaria. Wendy menggambarkan kehidupannya itu penuh warna. Berkat tingkah-tingkah 2 adiknya yang lucu dan nyebelin, Wendy jadi tahu kalo Minhyun lebih baik dari barisan para mantannya. cast: - Wendy Son as Anindya W...