Seorang pujangga pernah berkata, "Jika kau memilih jalan membalas dendam, kau harus menggali dua kubur terlebih dahulu.". Pepatah yang pernah Lintang baca di perpustakaan rahasia milik gurunya kini benar-benar terjadi. Lintang mungkin tidak mati, tetapi perasaanya kini hancur lebur. Lintang masih bersimpuh di tengah guyuran hujan yang membuat rambut ungu sebahu miliknya menjadi klimis. Kata-kata dari Amaya mungkin membuat Lintang berpikir sesaat. Akan tetapi, Lintang masih bergeming.
"Kenapa kau masih diam saja!"
Amaya memberikan tamparan keras hingga Lintang terpelanting ke belakang. Ekspresi Lintang masih tidak berubah meski kini dia jatuh dan disiramu ribuan tetes hujan yang berjatuhan.
"Bukan hanya kau saja yang kehilangan."
Amaya mendaki di dada, lalu menarik kaos bergaris hitam putih milik Lintang.
"Semua orang juga kehilangan rumah dan orang-orang yang mereka sayangi. Aku .... aku .... meski aku tidak memiliki kekuatan aku ingin merebut kembali kerajaanku dan memberikan kembali rumah untuk orang-orang yang bersumpah setia pada ayahku. Karena itulah, aku membutuhkan kekuatanmu."
"Cukup, aku tidak mau bertarung lagi."
"Sial ... sial ... sial ...," Amaya memukul dada Lintang berkali-kali. "Bagaimana aku harus meyakinkanmu? Andalusia adalah rumahmu. Meski tempat itu hanya memberi kenangan buruk, tetapi tetap saja di sanalah rumahmu yang sebenarnya. Kau kembali juga karena itu bukan? kau berusaha menyelamatkan ayahku juga karena itu bukan? meski kau berpikir bahwa dendam itu adalah alasanmu, aku yakin di dalam hatimu kau hanya ingin kembali ke tempat itu bukan?"
"Bagaimana mungkin seperti itu? ibuku mati di tempat itu, sekarang orang yang kucintai juga. Untuk apa aku harus memperjuangkan tempat yang hanya memberikanku kesedihan? biarkanlah semua menghilang ditelan hujan ini."
"Baiklah jika itu maumu. Sepertinya aku salah menilai dirimu. Kau tidak lebih dari seorang pecundang. Ibumu ... kekasihmu ... mati di tangan orang yang sama. Mungkin sedikit kejam mengatakan ini. Tapi kau tidak lebih pecundang daripada ayahmu. Aku mengetahui semua ceritanya, ibumu putus asa ketika ayahmu menjadi pengkhianat dan memutuskan untuk bunuh diri. Sekarang kekasihmu mati dibunuh orang yang sama. Kau tahu ... Lily dan ibumu melakukan itu karena mencintaimu dan menginginkanmu hidup. Dan kau menyia-nyiakan pengorbanan mereka? menjijikkan!"
"Jangan bercanda!"
Lintang mendorong tubuh ramping Amaya hingga menyentuh tanah. Tatapan Lintang kini diisi kemarahan setelah kata-kata menusuk dari Amaya.
"Ya, aku lebih suka matamu yang seperti itu. Aku sudah mencari tahu semua tentang peristiwa itu. Kenyataanya adalah berita pengkhianatan ayahmu sudah tersebar dan ibumu melakukan bunuh diri untuk melindungimu. Sebelum dia meninggal aku menemukan dokumen mengenai perpindahan hak asuh atas dirimu. Ayahku juga menceritakan mengenai kebenaran kejadian itu."
"Apa maksudmu?"
"Berita tentang pengkhianatan ayahmu menyebar dengan cepat. Saat itu keluarga Walsmith yang sedang jatuh terpaksa mengorbankan ibumu. Tapi ... itu memang keinginan ibumu dari awal. Dia meminta ayah untuk mendeportasikanmu bersama dirinya ke negara lain agar kau bisa tumbuh tanpa kekurangan. Namun, saat itu keluarga Lionheart yang tidak menyukai ayahmu membuat kesepakatan dengan pamanmu. Mereka menggantung ibumu dan membiarkan dirimu melihat semua. Mereka juga menjualmu sebagai budak. Tentu semua ini sudah diatur dan ditutupi oleh keluarga Lionheart. Saat itu keluarga Lionheart terlalu kuat, jadi ayah terpaksa menutup mata. Perjuangan melawan ayahmu sepenuhnya didukung oleh empat keluarga bangsawan besar. Karena itulah ayah tidak ingin terjadi perang saudara. Pada akhirnya sifat ayahku yang lembut dan lemah itu membuat benih-benih dendam dan pemberontakan yang baru."
KAMU SEDANG MEMBACA
Guardian (Rise Andalusia and Otherwordly)
FantasyLintang bangkit kembali setelah terpuruk karena kematian kekasihnya. Membawa dendam baru pada pembunuh kekasih sekaligus ayahnya itu, Lintang meminta bantuan kepada Kerajaan Nivea. Di sisi lain Zeneth mulai tertarik menjelajahi Otherworldy dan beren...