#Perihal_Hati
#bagian_dua
Part sebelumnya:
https://www.facebook.com/100006964505653/posts/2308856736023121/?app=fbl
Seribu langkah diawali dengan satu langkah untuk bergerak. Beragam mimpi tercapai karena cara pertama yang ditempuh adalah bergerak.
( ditulis dalam buku Rabbi Aku ingin mengenalmu lebih dekat)
.........................Senja di langit Cimahi telah menyapa kembali, warnanya selalu indah dan merindukan. Di setiap senja yang datang ada beribu pengharapan, di setiap senja yang pergi ada beribu penungguan. Tidak ada senja yang tak indah, siapa pun menyukainya. Beribu kenang, bahagia, luka, pengorbanan, dan tali kasih ada pada saat senja menyapa bumi.
Seperti halnya pada Syifa, yang kini tengah duduk sendiri sembari menikmati senja.
"Sungguh, tiada ciptaan-Nya yang tak indah di mata makhluk- Nya. Semua berpendar pada ketentuan-Nya masing-masing. Tiada yang saling mendahalui semua berada dalam zonanya masing-masing." tulis Syifa pada buku diarynya.Hidup menyendiri, dan menghabiskan waktu sendiri sudah bukan hal aneh lagi bagi Syifa. Waktu senggangnya habis untuk duduk dan membaca buku seharian. Selain itu setiap hari ia disibukan dengan membantu ayahnya di toko bunga.
....
Waktu semakin petang. Syifa pun bangkit dan berjalan keluar meninggalkan toko buku tersebut.
Magrib sebentar lagi akan segera berkumandang.
"Aku harus buru-buru pulang, sebelum Magrib datang." monolog syifa .Sebuah mobil berhenti di depan Syifa. Dan pengemudinya pun menurunkan kaca mobilnya.
"Atas nama ibu Syifa?" tanyanya."Iya benar," jawab Syifa pada pengemudi grab tersebut.
Ketika syifa akan masuk ke dalam mobil tersebut. Seseorang menariknya.
"tunggu ..." ujarnya sambil nafasnya tersenggal-senggal.
Syifa pun menoleh pada pria yang menariknya.
"Kamu lagi. Ada apa lagi?" tanya Syifa judes.
"Saya hanya ingin mengembalikan gelang ini," ujarnya sambil menyerahkan gelang putih tersebut.
"Dari mana kamu menemukan gelang ini?" tanya Syifa penasaran. Karena selama satu minggu ini ia mencari gelang tersebut.
"Sebelumnya saya minta maaf, saya menemukan gelang ini satu minggu lalu. Namun, karena penasaran saya menyembunyikannya. Mana tau anda mencari dan bertanya pada saya." ujarnya sambil tersenyum.
"Ok. Baiklah, terimaksih. Telah sudi mengembalikan gelang tak berharga ini." ucap Syifa.
"Kasih anda saya terima. Tapi tunggu sebentar, apa anda yakin gelang itu tidak berharga sama sekali? Tapi saya lihat gelang itu amat sangat berarti bagi anda. Setiap saya perhatikan anda kemari Anda selalu mencari-cari sesuatu. Dan saya tebak pasti gelang itu," ucapnya.
"Kamu tidak tau apa-apa. Jadi bisakan anda tidak menguntit saya lagi." Pinta Syifa.
pintu mobil pun tertutup dengan cukup keras, hingga Arshad dan sang pengemudi ojol pun kaget.
"Jalan pak!" perintah Syifa."Baik, buk.
Arshad tersenyum penuh kemenangan. Lalu ia berteriak." "Nona Syifa, bergeraklah meninggalkan zona nyaman mulai dari sekarang. Karena jika sudah terlalu lama maka akan menjadi sebuah kebiasaan yang mendarah daging dan sulit untuk ditinggalkan."teriak Arshad. Pada mobil yang telah jauh pergi.
"Bagaimana kau bisa menyebut itu tidak berarti apa-apa? sedangkan hatimu masih menyimpannya. Maaf, untuk luka di masa lalu" gumam Arshad. Lalu pergi.
..........
Di dalam mobil syifa lebih banyak diam. Sambil sesekali memeluk gelang tersebut. Air matanya pun secara bersamaan meleleh jatuh membasahi pipi mulusnya.
Sang supir di depan sesekali melirik dari kaca di depannya.
Ingin memecah kebisuan. Ia pun berucap.
"ibu Syifa," panggil nya."Iya, ada apa pak?" tanya Syifa.
"Boleh saya bertanya sesuatu?" tanyanya lagi.
"Tentu saja!
"Menurut ibu cinta itu seperti apa?"Kenapa anda bertanya seperti itu?" balik tanya Syifa.
"Saya hanya penasaran jawaban mengenai Cinta dari segi perempuan." imbuhnya.
"Bagi saya, cinta bukan hanya sekedar ucapan, tapi perpaduan indah antara lisan dan aplikasi. Maka ada cinta ada bukti." jelasnya.
"Contohnya?
"Cinta dan mencintai tidak hanya terucap secara lisan, melainkan harus beriringan dengan perwujudan sikap. Karena jika hanya sebatas lisan, semua orang pun bisa melakukannya. Tapi tidak semua orang bisa melakukan pembuktian." jelas Syifa.
"Memang benar buk. Cinta itu mesti menghantar pada jalan menuju Rabb kita.mengarahkan dan menuntun menuju kerendahan serta ketaatan diri untuk semakin dekat dengan Tuhan. Mengabdi dengan ikhlas. Berbuat dengan sepenuhnya. Karena cinta memberi kekuatan, semangat, dan motivasi untuk pembuktian hingga diri mengatakan."inilah bukti cintaku yang benar. "timpal sang Supir.
"Iya.
"Terimakasih karena telah sudi berbagi ilmu. Semoga Allah selalu mempertemukan kita dengan cinta yang mendekatkan diri pada-Nya."senyum pun mengembang disudut bibir sang Supir.
Adzan magrib pun mulai berkumandang. Perjalan masih cukup panjang.
"Bu ... Adzan magrib sudah berkumandang, tandanya solat akan segera didirikan. Andai ibu bersedia, mari kita sholat magrib terlebih dahulu di mesjid itu." ucap sang Supir."Tapi jika ibu tidak bersedia, mohon maaf dengan sebesarnya terpaksa saya cancel dan ibu tidak perlu membayar dan saya akan memesankan grab lainnya," lanjutnya Lagi.
"Memangnya kenapa?" tanya Syifa heran.
"Maaf bu, memang bekerja itu wajib tapi lebih wajib pula ketika seruan untuk beribadah pun disegerakan. Dunia bisa dicari tapi Akhirat telah siap dinanti. Saya tak mau menjadi umat-Nya yang lalai dalam menjalankan kewajiban saya." jelasnya
.
"Nanti saya bayar dua kali lipat!" ujar Syifa."Mohon maaf ibu, terimakasih sebelumnya. Namun maaf saya tak bisa menerima pemberian ibu dengan cara meinggalkan Shalat.
"Baiklah, kita Shalat di mesjid sana.
.......
Dunia memang bisa dicari namun Akhirat sudah menanti dengan pasti. Untuk apa bekerja tapi melalaikan shalat? Melalaikan untuk tidak beribadah kepada sang Maha Kuasa.
bukanlah telah jelas Allah menciptakan manusia dan Jin itu untuk beribadah kepada-Nya.
Jangan sampai perkara dunia melalaikanmu dalam perkara Akhirat. Dunia hanya sementara dan akhirat akan kekal abadi selamanya.
#bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perihal Hati
Aventuratakdir dan jodoh siapa yang tahu. boleh saja ia yang telah lama pergi atau yang baru saja datang. bagaimana kisah mereka menjalani takdir dan kenyataan?