#Perihal_Hati
#Bagian_tiga"Mobil siapa ini?"tanya Syifa pada dirinya sendiri.
"Mana mungkin ayah membeli mobil mewah seperti ini. Bahkan untuk kehidupan sehari-hari pun kita pas-pasan." Monolog Syifa.
Mobil pazero putih yang parkir di halaman rumah Syifa. Pun seakan mengundang para banyak mata untuk memperhatikan dan saling tanya.
Begitupun dengan Syifa."Asalamualaikum!" Salam Syifa, sambil membuka pintu.
"Waalaikumsalam!" Jawab semua serentak.
Syifa yang ada di ambang pintu pun semakin bingung dengan para tamu yang hadir di rumahnya. Pasalnya, selama ini jarang ada tamu dengan membawa mobil mahal bertandang ke rumah. Jikalaupun ada hanya warga dekat sini atau pun RT. Yang mensensus kependudukan.
"Eh, Nak. Kamu sudah pulang. Masuk." Perintah Andi, Ayah Syifa.
Syifa yang masih mematung di daun pintu pun ahirnya masuk ke dalam rumah dan menutup pintu. Lepas itu ia berjalan sambil menundukan pandangan nya dan duduk di sebelah ayah, ibu nya.
"Ouh, iya Syifa kamu pasti bingung yah dengan semua ini?" Tanya sang Ibu.
"I.iya Umy!" Jawab Syifa gugup.
Perasaan tak enak pun kini mulai muncul dalam dirj Syifa. Namun, langsung ia tepis dengan terus beristigfar kepada Allah.
"Ini pak haryo, sama buk Tina dan ini nak Azkam. Anak nya pak Haryo sama Buk Tina." Jelas sang Ayah.
Syifa, hanya bisa mengangguk tanda mengerti atas penjelasan yang di berikan Ayah nya.
"Asalamualaikum, Syifa.Salam kenal" Salam Azkam pada Syifa.
"Eh, iya. Sama-sama.
....
"Nak, kami datang kemari untuk menagih janji Ayah dan ibu mu di masa lalu. Dan kini usia mu pun telah matang." Tutur Pak Haryo. Memecah kebingungan Syifa."Perjanjian?" Tanya Syifa.
"Iya!. Dahulu kami memiliki janji untuk menikahkan Azkam dan nak Syifa, tepat di ulang tahun yang ke 19." Jelas pak Haryo.
Syifa yang awal mula tertunduk pun langsung menatap wajah orang tua nya seakan meminta penjelasan atas apa yang saat ini terjadi.
"Dan kami sudah menyiapkan nya jauh-jauh hari. Dan untuk acara pernikahan nya akan di laksanakan dua hari lagi tepat pada usia 19 tahun." Lanjut pak Haryo.Syifa terdiam bisu. Tak bisa berucap walau sepatah katapun. Lidah nya seakan kelu menghadapi takdir atas perjanjian di masa lalu. Harusnya ini bahagia nya namun, bukan seperti ini bahkan kejutan ulang tahun yang di nantikan nya. Bagaimana ia bisa menikah dengan orang yang sama sekali tak di kenal nya baik keluarga, agama dan lain nya.
Jika sekiranya takdir bisa di ubah. Ingin rasanya berubah sesuai konsep kehidupan yang di rancang. Namun, itu hanya andai-andai saja. Manusia sudah tertulis takdir hidup yang di jalaninya.Syifa terdiam seketika. Air mata nya pun telah bergenang di pelupuk mata. Dengan berani ia menatap sang ibu dan Ayah yang selama ini merawat nya.
Meminta permohonan untuk beranjak dan membatalkan semua ini namun, semua nya seaka. sia-sia.
"Itu lebih baik Pak. Mereka di nikahkan secara Syiri dahulu dan lepas itu kita Nikahkan secara sah menurut agam dan undang-undang pemerintah yang berlaku." Jawab Andi.
Dunia kini seakan menyudutkan nya pada titik tanpa pilihan. Cita-cita yang di nanti pun seakan pada malam ini ikut hanyut dalam deras nya hujan.
Menikah secara siri. Bukanlah ide yang bagus dan tentu bukan konsep itu yang pernah Syifa bayangkan. Namun, demi orang tua dan kebahagian mereka apapun akan di lakukan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perihal Hati
Maceratakdir dan jodoh siapa yang tahu. boleh saja ia yang telah lama pergi atau yang baru saja datang. bagaimana kisah mereka menjalani takdir dan kenyataan?