43. beginning

1.4K 51 7
                                    

Suatu hari kau akan mengerti bahwa; tak semua mimpimu bisa jadi nyata, sebagian besar harus rela hanya jadi sebatas bunga dalam tidur. Hanya sebatas itu.

___To Be My Wife___

Abraham berjalan gontai menghampiri sebuah mesjid. Wajah kusam karena peluh yang bercampur air mata serta matanya yang merah karena terlalu banyak menangis. Dia tampak hancur ditambah dasi yang mulai melonggar,dan jas yang sudah tidak terkancing dengan rapi.

Abraham melepas sepatunya lalu menaiki tangga menuju pintu masuk mesjid itu. "Apa boleh aku masuk? Aku seorang Ateis".

Seorang pria berpeci yang berada di pintu masuk tersenyum hangat pada Abraham. " Tentu saja boleh, masuklah!"

Abraham masuk dan melihat sekeliling, banyak orang disana ada yang sedang duduk dan membaca kitab suci Al-Qur'an ada yang melaksanakan sholat sunah sesudah sholat wajib.

Ia bertanya-tanya dalam hati, apa yang spesial dari agama baru yang dianut oleh David? Mereka yang ada di mesjid itu bahkan sibuk menyembah, begitu juga yang dilakukan David saat ia masih hidup. Tapi apa yang mereka dapatkan? Tuhan bahkan tak menolong David sampai ia meregang nyawa.

"Jika Tuhan itu ada, kenapa saat umatnya celaka, ia tidak menolong?" Kalimat itu meluncur begitu saja dari mulut Abraham.

" Tuhan selalu menolong umatnya, seburuk apapun perkara yang terjadi pada umatnya, ia selalu punya cara tak terduga untuk menolong" Seorang pria paruh baya dengan sorban dipundaknya menghampiri Abraham.

"Menolong? Tuhan bahkan membiarkan saudaraku mati mengenaskan "

"Kematian itu takdir, bahkan segala sesuatu yang akan terjadi pada setiap umat sudah digariskan bahkan saat masih dalam buaian. Bagaimana cara kita mati, bagaimana kehidupan kita, bahkan apa saja yang terjadi 1 menit kedepan sudah digariskan oleh Tuhan."

" Kalau begitu, bukankah Tuhan bisa mencegahnya? Maksudku, bukankah bisa saja Tuhan mencegah kematian ataupun kemalangan yang akan terjadi kepada umatnya?"

Pria paruh baya itu tersenyum hangat " Apakah anda ingin mendengar sebuah cerita, Tuan?"

"Silahkan" Jawab Abraham

" Tahukah anda Tuan? Sebelum ruh bayi ditiupkan kedalam sebuah janin yang ada di dalam perut seorang ibu, terlebih dahulu Ruh tersebut berdialog dengan Tuhan. Tuhan menyebutkan satu-persatu perkara yang akan terjadi pada kehidupan dari Ruh tersebut ketika nanti ia lahir kedunia. Mulai dari tanggal sekian ia lahir, tanggal sekian ia meninggal, penyebab kematiannya dan semua gambaran kehidupan yang akan dijalaninya nanti. Lalu ketika Tuhan akan meniupkan Ruh bayi itu kedalam sebuah janin, ruh itu menolak_"

"Kenapa?" Abraham bertanya

" Karena Ruh itu takut...jika ia lahir kedunia, nanti ia tidak akan bisa lagi berdoa kepada Tuhan. Ia takut saat di dunia nanti ia akan menjadi seorang pendosa. Tapi Tuhan meyakinkannya bahwa; di dunia nanti akan ada seorang malaikat yang akan menjaga dan mengajarkannya cara berdoa pada Tuhan_"

"Siapa?" Lagi-lagi Abraham memotong.

"Ibu"

Abraham terdiam. Mencoba mencari tahu maksud dari apa yang diceritakan oleh pria paruh baya itu dengan hubungannya harus percaya pada Tuhan.

"Saya tidak mengerti" Abraham tidak menemukan jawabannya sama sekali. Dimana letak jawabannya? Apa hubungannya?

"Seperti yang saya ceritakan, nasib manusia itu bersifat mutlak. Tak bisa diganggu gugat, Kun Fayakun ; jika Tuhan bilang terjadi maka terjadilah. Setiap manusia akan kembali ke sisi Tuhannya, kita hanya sedang menunggu giliran. Percayalah, saudara tuan yang sudah tiada itu kini sedang berada di sebuah keabadian. Berada di samping Tuhan. Tuan hanya perlu mendoakan mendiang agar ditempatkan di tempat yang paling indah di surga sana"

Abraham menunduk, menangis sampai tubuhnya bergetar hebat.

Dia merasa marah sedih di waktu yang bersamaan. Dia juga merasa bersalah karena memusuhi David sampai pria itu menemui ajalnya.

Dimulai dari hari itu, Abraham mulai mempelajari tentang Islam. Dia akhirnya tahu kenapa David akhirnya begitu memegang teguh sebuah agama, baik saat dia penganut Kristen hingga beralih jadi muslim, dia tetap hamba yang cukup taat. Karena ternyata Agama punya peran penting dalam kehidupan, apapun agama itu ia tetap punya peran sebagai tiang penyangga yang sangat kokoh yang siap menopangmu kapan saja.

***

"Tuan..." Sinta melambai-lambaikan tangannya didepan wajah Abraham, sampai Abraham sadar dari lamunannya.

"Anda melamunkan apa?

"Ah tidak ada" Abraham tersenyum hangat lalu mengajak Sinta untuk duduk dan bergabung dimeja makan mereka. Almeria akhirnya memakan habis udang di piringnya karena dia takut udang itu akan menangis seperti yang Sinta katakan.

"MMM... Jadi anda sudah menikah? Anak anda benar-benar luar biasa cantik, apa ibunya juga sibuk bekerja?" Tanya Sinta sedikit ragu.

Abraham tersenyum lalu menggeleng . "Aku menemukan malaikat cantik ini tiga tahun lalu, saat kira-kira usianya sekitar dua setengah tahun. Ah tidak, mungkin seperti Allah yang sengaja mempertemukan kami."

"Ah jadi anda belum menikah. Tapi mengapa Allah? Dan Ibrahim? Apa yang sebenarnya sudah saya lewatkan?"

Abraham tertawa kecil. Sepertinya dia sadar bahwa dia belum menjelaskan apapun tentang kehidupannya kini. " Ya, seperti dugaanmu. Aku seorang muslim sekarang, lebih tepatnya sejak 3 tahun lalu. Kematian David dan keluarganya sempat membuatku kehilangan arah."

"Dan mungkin, jika kamu luang, bolehkah kamu kunjungi Ilona? Sudah 3 tahun ini dia murung dan tak lagi bersekolah. Seolah-olah ia kehilangan semangat hidupnya"

Sinta mengangguk sedih"Akan saya bicarakan dulu dengan orangtua saya."

"Tapi Tuan, lalu bagaimana dengan kak Alexa? Daritadi saya tidak mendengar namanya dicerita anda"

"Really? Kamu menanyakan selingkuhannya David itu?_" Abraham menarik nafas dalam-dalam. "Oh Gosh, ada apa denganmu little girl?"

Sinta mengigit bibirnya. Tentu saja ini bukan hal yang mudah baginya. Membayangkan Alexa bahkan hidup bahagia bersama buah hatinya, sedangkan Sinta harus merasakan kehilangan. Jujur, dia cukup iri.

"Jujur, saya marah padanya. Tentu saja. Tapi lagi-lagi saya sadar bahwa semua itu juga bermula dari kesalahan saya yang mengabaikan kewajiban saya sebagai seorang istri sampai akhirnya David melibatkan kak Alexa kedalam pernikahan kami"

Abraham bisa memakluminya, tapi tetap saja dia merasa tidak paham dengan cara berpikir Sinta. Baginya Sinta terlalu naif.

"Baiklah baiklah. Kudengar Alexa kabur dari rumah David saat tahu kalau kamu kehilangan bayimu. Entah apa motifnya , mungkin saja dia merasa bersalah. Ah... Dan terakhir kali aku dengar dari orang suruhanku, Alexa dan bayinya meninggal dunia setelah sempat kritis pasca kecelakaan"

Sinta membekap mulutnya yang ternganga. Sungguh terlalu banyak hal yang benar-benar dilewatkannya. Orang-orang terlalu mudah pergi meninggalkannya.

Bayinya, David, lalu disusul Alexa. Seketika hal-hal buruk mulai menggerayangi pikirannya. Alfath bahkan belum ada kabar hingga detik ini, Sinta benar-benar takut sekarang.

Tuhan tolong jangan biarkan saya kembali kehilangan. Tolong jaga Alfath dimana pun dia berada. Aamiin.

TBC

Haloooo sudah lama sekali tidak menyapa. Maaf sudah membiarkan pembaca sekalian menunggu dalam waktu yang lama. Tak mudah rasanya kembali punya rasa percaya diri untuk menulis. Dan Taraaa akhirnya saya bisa lagi menulis sampai 1000word.

Terimakasih sudah setia menunggu dan selalu mendukung cerita ini

Semoga suka. Ya.

Oh iya, cerita ini juga sedang direvisi tanpa unpublish terlebih dahulu, jika ada yang merasa bingung karena adanya perubahan pada beberapa bab. Mohon maaf yaaa hihihi

Author akan berusaha untuk secepatnya menyelesaikan cerita. Mungkin beberapa bab selanjutnya tak akan author publish hehehe.

Sepertinya author akan mencoba untuk mengirimkan naskah ke editor ehehehe minta doanya yaaa ❤️❤️

Love karen to readers❤️
See you next time

To Be My WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang