Hari ini gue belum sama sekali berani buat kasih penjelasan ke Mark. Bahkan ngebuat kita ngediemin satu sama lain. Ditahap ini seharusnya kita menyelesaikan dengan di bicarakan bareng-bareng kan? Tapi gue takut. Gue yang salah.
Jam istirahat udah dimulai dari sepuluh menit yang lalu dan sekarang gue duduk disalah satu bangku podium lapangan sambil sesekali curi pandang ke Mark yang lagi main basket sama temen-temennya.
"Hei? Sendirian aja mau ditemenin gak nih?" panggil seseorang dari arah belakang gue yang gak salah lagi ini suara Jeno.
Seketika gue kaget dan langsung melihat Mark, untungnya Mark masih fokus sama permainan basketnya. Gue pun langsung mengalihkan atensi pada Jeno yang ternyata ditangannya sedang memegang dua kaleng minuman dingin.
"Jangan nengok belakang mulu. Mark ngeliatin lo," seru Jeno lalu melemparkan salah satu minuman itu ke gue dan untungnya refleks gue bagus yang menghasilkan gue berhasil buat menangkap minuman tersebut.
Mendengar perkataan Jeno, gue segera menghadap ke arah depan lagi dan langsung bertemu tatap dengan Mark. Tatapannya mengintimidasi gue, sampe minuman yang gue pegang terlepas dari pegangan gue.
"Dia kenapa? Judes amat gue liat-liat," celetuk Jeno yang kedengeran sama gue, "Berantem ya?" Jeno masih dengan rentetan pertanyaannya yang bikin gue kesel.
"Lo bisa diem dulu gak?"
Brengsek Jeno malah ketawa, sayangnya gue gak bisa buat bereaksi lebih karena Mark masih ngeliatin gue sama Jeno dari tengah lapangan.
"Oh ada ceweknya yang lain toh."
Argh! Gue makin kesel denger Jeno ngelantur ngomongin apa aja di belakang gue, terlebih lagi nada bicaranya yang sengaja banget dikencengin.
-
"Mark!"Yang mempunyai nama pun langsung menolehkan kepalanya dan mendapati sang pujaan hati nomer keduanya. Sedikit memperhatikan sekitar, Mark bersyukur karena lorong ini lumayan terbilang sangat sepi.
"Aku mau bilang sesuatu, tentang kita." Nada ucapan kalimat terakhir terdengar lemah. Karena sedikit memunculkan rasa sadar pada dirinya saat mengucapkan kata tersebut. Bukan kita tapi kita bertiga.
Mark hanya diam tidak melontarkan satu kata apapun. Shaeryl sendiri paham betul sikap dingin Mark yang selalu diperlihatkan padanya setiap kali bertemu dengannya.
"Aku boleh jujur kan? Aku cuma pengen punya posisi sama kayak Karin, Mark. Kamu paham betul kan? Aku gak tahan kalau diposisi ini, aku juga pengen kayak Karin, Mark," tutur Shaeryl setelahnya langsung mengigit kecil bibirnya. Sedangkan Mark sudah tahu arah pembicaraan ini, karena Shaeryl sudah membahasnya beberapa kali.
"S-"
"Aku tahu ini tiba-tiba dan harus dibicarakan di sekolah gini, tapi aku sedikit iri dengan pandangan kamu ke Karin," sela Shaeryl saat Mark ingin mengucapkan sesuatu. Bilang saja Shaeryl tidak tahu malu, namun perasaannya menjadikannya menjadi lebih berani dan egois.
"I know Ryl. Tapi timing lo gak pas buat ngomongin ini sekarang, lagipula gue belum bisa ngelepas Karin gitu aja, sorry."
Shaeryl meremas kedua tangannya dengan erat, "Kamu selalu bilang gitu dengan kalimat yang selalu sama, aku bisa apa," Helaan nafas berat lolos begitu saja dari Mark saat mendengarnya. Lelah karena hubungannya dengan Karin, lalu sekarang dihantam dengan ungkapan pacar keduanya. Dalam hati Mark hanya menyumpah serapahi keadaan yang menimpanya kali ini.
"Wow! Ada drama apalagi nih?"
Jeno yang sedari tadi mendengarkan obrolan serius kedua sejoli tersebut pun muncul dari arah samping loker, setelah menyembunyikan dirinya sehingga tidak terlihat dari pandangan Mark maupun Shaeryl.
Mark sudah tidak terkejut lagi karena Jeno sudah beberapa kali memergoki Mark dengan Shaeryl seperti ini.
"Lo selalu ikut campur urusan gue," sindir Mark yang kini sudah berhadapan dengan Jeno.
"Oh sorry bro. Gue cuma mau lewat eh liat lo berdua, yaudah deh gue nguping," Jeno melambaikan tangannya ke arah Shaeryl dengan memamerkan senyuman bulan sabit khas nya. Menyindir berkedok menyapa.
"Apaan sih?! Gak usah ganggu Mark gue! Kalau mau lewat ya lewat!" seru Shaeryl karena kesal melihat sikap menjengkelkan Jeno.
Jeno tertawa lepas, menurutnya ini sangat lucu untuk didengar. Apa katanya? Mark gue? Oh itu lucu!
"Aduh ambil deh ambil Ryl, punya kok hasil selingkuh. Gak sehat lo berdua," ledeknya walaupun ledekannya untuk dirinya sendiri karena Jeno pun sama tidak sehatnya dengan mengajak Karin jadi bermain api dibelakang Mark.
Mark sudah siap dengan kepalan kuat ditangannya. Dipikirannya berapa pukulan yang pantas dilayangkan ke wajah tampan milik Jeno tersebut.
"Sabar, tahan gak boleh kesel. By the way, thanks Mark. Karin punya gue sekarang." Jeno menjeda ucapannya. "Putusin Karin ya? Cewek lo yang ini pengen kayak Karin katanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cheating - Mark Lee [ ✓ ]
Fanfiction"Kita sama-sama curang dan sama-sama main dibelakang, kayaknya udah gak butuh satu sama lain lagi, jadi buat apa dipertahanin kan? Ayo selesai sampe sini aja" ©weedskuy2022