WOILAH BARU BISA APDET SETELAH DI BOMBARDIR TUGAS, PROKER, JADWAL NGAJAR, REVISI SURAT, DOSEN SELIN, ANAK MURID YG SELALU NGECHAT TIAP HARI, MAKALAH GAJELAS, PPT NGEHANG, DOSEN MELAHIRKAN, JADWAL DI GANTI, BELAJAR GAMBAR, UKM SENAM, KEBAKARAN HUTAN(?) .g.
Dah ah, langsung cus. Maap lama hiatusnya T^T Kalian lupa sama ceritanya? Gapapa, kita sama. Jadi ayo baca ulang bareng2 :) xD
TYPO ADALAH SENI DAN SENI ADALAH TYPO~
.
"Justin, apa aku boleh mati saja?"
"Apa yang kau ka—"
"HEI BOCAH KAU MAU MATI, HAH?!"
Teriakan kasar seseorang yang dari tadi beradu mulut dengan Justin membuat Liu merinding. Bagaimana tidak, dia nampaknya sama serius dengan Félix urusan nafsu untuk membunuh Liu.
Apa Liu seempuk itu untuk menjadi target pembunuhan? Yang benar saja.
"A—aku harus mulai dari mana?" suara Liu pelan dengan mata yang terus menjelajah ke seluruh bagian yang hanya di penuhi barang tersebut.
"Gunakan insting mu, mungkin?" jawab Justin dari ujung sana
Jangan bercanda! Memangnya Liu anjing terlatih?!
Beberapa saat sebelumnya, semua tidak sekacau ini.
Sebelumnya Liu berjalan dengan Fabi untuk mencari cara bagaimana menyusup ke bagian bagasi tanpa ketahuan oleh mata musuh yang nampaknya sangat waspada memperhatikan gerak-gerik semua orang.
"Liu, jangan sampai terpisah dariku, paham?" ujar Fabi dengan suara lemahnya. Lelaki yang selalu nampak seperti tidak memiliki gairah hidup itu menggeggam tangan Liu dengan erat dan membuatnya merasa aman.
Mereka pun terus berjalan hingga menemui sebuah titik dimana mereka bisa memastikan keadaan bagasi pesawat. Untuk saat ini masih tidak ada masalah yang mendatangi mereka. Meskipun Liu sudah panas dingin sedari tadi.
Tak jarang Liu menjadi kaget hanya karena ada orang yang lewat di dekatnya. Sungguh, keparnoannya sudah berada di level yang berbeda.
"Hei."
Rasanya seluruh tubuh Liu seperti tersengat listrik statis dari ujung kaki sampai ujung kepala ketika mendengar seseorang bersuara ke arah mereka. Dengan kaku, Liu menoleh kan kepalanya, dapat dilihat dengan jelas wajahnya sudah berubah menjadi hijau kuning.
Tanpa Liu sadari, Fabi sudah meraih tangannya dan membawa Liu berlari. "Tidak ada waktu untuk kaget." Ujarnya seraya berlari menyeret Liu menjauh.
"F—Fabi... Apa kita ketahuan?" tanya Liu sambil sesekali menoleh ke belakang lalu dia bergidik ketakutan melihat sedang dikejar oleh beberapa lelaki asing.
Tiba-tiba saja Fabi melepaskan tangan Liu dan berhenti dengan mendadak. Liu menjadi panik, apa Fabi akan berniat untuk menyerahkan diri?! Tunggu sebentar, itu mustahil. Lalu kenapa Fabi berhenti padahal dia sendiri yang menyuruh untuk berlari?
"Che!"
Hah? Sejak kapan? Sejak kapan Fabi bisa mendecih dengan ekspresi paling jengkel itu? Liu menatap Fabi dengan ekspresi kagetnya. Tak bisa Liu pungkiri, saat ini Fabi terlihat seperti orang lain.
Bugh!
Fabi menendang salah seorang diantara mereka hingga terpental jauh mengenai teman-temannya yang lain. Kini Liu seperti melihat permainan bowling secara langsung. Sekarang Fabi melirik Liu dengan tatapan yang—entah kenapa mengerikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO, BITCHES!
Romance[R18+] Liu, budak penurut yang hanya bisa pasrah dengan apa yang akan menimpanya. Lima tahun tidak laku terjual membuatnya jadi budak paling lama dalam kurungan besi tersebut. Sampai sepasang mata tertarik membelinya untuk dijadikan sebuah 'hadiah'...