Akhirnya~ Semua tugas yg setinggi gunung rinjani udah selesai jadi ku bisa apdet dengan tenang~ >.< Maaf ngaret terus T_T Typo is Art :")
Fyi, Feng = Zian
.
"Kakak Feng, aku membuatkanmu mahkota bunga." Seorang gadis kecil dengan usia kira-kira 5 tahunan nampak berlarian ke arah anak lainnya yang sedang tiduran diatas rumput tak jauh dari sana. Nampak sepertinya mereka adalah saudara, hal paling mencolok yang sama-sama mereka miliki adalah kulit putih dan rambut yang hitam indah.
Yang dipanggil kakak langsung duduk dan melihat adiknya berlarian kecil lalu menghempaskan diri disampingnya. "Kakak, ini untukmu." Si gadis kecil tersenyum dengan sangat tulus seraya menyerahkan sebuah flower crown pada kakaknya. "Untukku?" ujar sang kakak dengan ekspresi seolah kaget.
"Iya! Ini untuk kakak." Balas adiknya dengan senyuman yang tak luntur sedari tadi. "Tapi akan lebih cantik jika kau yang memakainya, Ning." Si kakak yang diketahui bernama Feng mengusap rambut rambut panjang adiknya dengan lembut seraya terkekeh kecil.
Sudah sifat alami anak kecil yang apabila di tolak maka dia akan kecewa. Tidak terkecuali untuk Ning –gadis kecil tadi, yang merasa ditolak halus oleh Feng. Mengerucutkan bibirnya lalu menatap Feng tajam, "Kakak menolakku?" ujarnya dengan nada merajuk. Feng langsung tertawa lalu memeluk adik semata wayangnya.
"Baiklah, ayo pakaikan padaku." Feng mengalah—tidak, dia memang senang membuat adiknya kesal terlebih dahulu sebelum membuatnya senang.
Dengan semangat Ning segera bangkit dan memasangkan flower crown yang terbuat dari berbagai jenis bunga itu di kepala sang kakak. Dengan wajah yang senang dia kembali duduk disamping kakaknya. Feng menyentuh flower crown yang nampak sangat pas di kepalanya itu sambil tersenyum. "Terimakasih, Ning." Ujarnya tulus lalu mengacak rambut panjang milik adiknya.
Keluarga adalah hal yang sangat berharga bagi siapapun. Ya semua orang pasti mendambakan sebuah keluarga yang indah, bisa berlibur bersama, bermain bersama dan menghabiskan waktu luang dengan berbincang atau hanya sekedar menonton film bersama di akhir pekan. Semua orang yang berkeluarga pasti menginginkan hal sederhana itu.
Tidak terkecuali dengan Feng dan Ning. Tapi nampaknya kakak beradik ini lebih sering menghabiskan waktunya hanya berdua akhir-akhir ini entah mengapa. Tapi tidak masalah, bagi keduanya memiliki satu sama lain pun sudah sangat cukup.
Sebagai anak yang baru berusia 7 dan 5 tahun, nampak mereka memiliki pemikiran yang cukup dewasa. Bagaimana cara mereka memaklumi urusan orang tua mereka itu adalah sesuatu yang sangat manis.
"Kakak, apa malam ini ayah dan ibu akan makan bersama kita?" tanya Ning yang sedang tiduran diatas paha sang kakak. Feng yang tengah menyibukkan diri membaca buku dengan posisi duduk di rumput itu terdiam untuk sejenak. Adiknya ini jarang-jarang bertanya tapi sekali bertanya rasanya itu menyatu dengan sebuah permintaan dan Feng paling tidak bisa mengabaikannya.
Mencoba untuk memutar otaknya sejenak, mencari sebuah alasan untuk sang adik agar kesannya pada kedua orang tuanya tidak buruk, "Jika ayah dan ibu tidak sibuk lagi, pasti." Jawabnya lembut seraya mengusap surai hitam adiknya.
Nampak wajah Ning berubah menjadi sayu. "Apa ayah dan ibu sesibuk itu?" dia kembali bertanya pelan. "Itu mereka lakukan demi kita, Ning." Senyuman Feng tak luntur sama sekali ketika menjawab pertanyaan adiknya.
Meskipun Feng juga nampak penasaran, apa sebenarnya yang dilakukan kedua orang tuanya akhir-akhir ini sampai sesibuk itu, bahkan tak jarang Feng mendengar mereka adu mulut saat pulang ke rumah. Rasanya suasana rumah sudah tidak senyaman dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO, BITCHES!
Romance[R18+] Liu, budak penurut yang hanya bisa pasrah dengan apa yang akan menimpanya. Lima tahun tidak laku terjual membuatnya jadi budak paling lama dalam kurungan besi tersebut. Sampai sepasang mata tertarik membelinya untuk dijadikan sebuah 'hadiah'...