𝓚𝓮𝓼𝓪𝓴𝓼𝓲𝓪𝓷 𝓑𝓲𝓵𝓵𝔂

25 7 3
                                    


...

Triiiing!

05:45

Oke ga telat bangun syukurlah. Jarang-jarangnya nih aku bangun pagi kayak sekarang ,tapi belom beresin buku apalagi pr udah lah bodo. Hm main game dulu aja kali ya. Masih pagi.

"Billy!! Cepat berangkat!"

Aku bermain game terlalu lama dan santai. Sampai lupa waktu begini, dasar. Aku harus buru-buru nih kalo ga , bakalan telat. Aku pergi dengan motor yang baru saja dibelikan oleh ayah ku. Karena aku mendapatkan nilai 78 di pelajaran Fisika. Padahal sudah enak ya nilai segitu aja dikasih motor yang aku inginkan, apalagi kalo nilai aku bagus terus, udah jadi pengusaha kali yak.

Aku pamit ke Ayah ku untuk pergi bersekolah. Di perjalanan, jalanan sangat macet. Kendaraan sangat banyak sampai - sampai memenuhi jalanan tersebut.  Aku pun melewati jalan tikus yang ada disekitar itu agar dapat dengan cepat tiba di sekolah. Saat aku berada di jalan kecil yang aku lewati. Aku melihat Deren yang sedang berjalan dengan pelan , padahal dia pasti akan terlambat jika melakukan hal tersebut. 

Karena aku adalah anak yang baik dan tidak sombong. Aku menghampiri dan menawarkan untuk berangkat bersamaku. Tetapi saat aku akan mendekatinya, dia lari dan berusaha untuk menjauhi ku. Aku bingung kenapa dia berbuat seperti itu. Atau jangan-jangan karena kemarin aku tak sengaja mendorong dia hingga ia jatuh. Yaudahlah ya aku kan sudah minta maaf. Terserah dia kalo tidak mau memaafkanku.

Setelah beberapa lama kemudian, aku pun keluar dari jalan kecil ini. Dari jauh aku berhenti sejenak dan melihat Deren yang sedang membeli boneka dari bapak tua. Aku berpikir pasti boneka itu untuk pacarnya. Ia pun langsung pergi dengan Angkot yang sedang lewat. Dan kemudian terdengar suara tabrakan yang cukup keras.

Brakkk!!

Dan aku melihat yang tertabrak ternyata bapak tua yang menjual boneka tadi. Badannya terlempar dan jatuh. Aku dan orang-orang yang ada di sekitar langsung menghampiri bapak tua itu. Aku mencoba menelpon rumah sakit dekat sini, tetapi tidak balasan dari rumah sakit tersebut. Aku melihat bapak tua itu sudah mengeluarkan darah di bagian kepala dan mulutnya. Ia juga tampak mengalami patah tulang kaki sebelah kiri. Dan tiba-tiba ada seorang pengendara mobil yang bersedia untuk membawa bapak itu ke rumah sakit. Aku pun melanjutkan untuk pergi kesekolah walaupun aku tahu pasti aku terlambat.

Sesampainya di sekolah, aku memparkirkan motor ku ini terlebih dahulu di tempat parkir dekat sekolah. Saat akan keluar dari parkiran, aku melihat seseorang yang sedang berlari denga cepat dan wajah nya tampak pucat serta lesu. Ternyata orang tersebut adalah Deren. Dia membawa kantong plastik yang aku tidak ketahui itu apa. Aku mencoba mengikutinya. Aku berlari dengan tujuan untuk menghentikan dia. Namun, aku tidak bisa mendapatkan dia. Dia sangat cepat dan aku pun kehilangan jejaknya. Tanpa aku sadari aku berlari ke tembok belakang sekolah yang juga merupakan komplek yang cukup sepi.

Akhhh!!

Aku mendengar suara teriakan seseorang dari dalam sekolah dan melihat jejak tangan yang bersimpah darah di tembok sekolah. Aku berlari untuk kembali ke gerbang masuk sekolah. Aku melihat yang lain keluar dari sekolah. Mereka berkumpul di halaman belakang. Aku berusaha untuk melihat apa yang terjadi disana. Kemudian ada pemberitahuan untuk memulangkan semua siswa. Aku tidak pulang karena aku masih mau tahu apa yang sebenarnya yang terjadi.

Aku melihat Nadine , dia menangis sambil memeluk boneka yang dibawa oleh Deren. Dia memberitahu ku kalau Deren bunuh diri di gudang sekolah. Aku syok mendengarkan hal itu. Padahal baru saja tadi aku bertemu dengan dia. Aku masih di sekolah saat teman-teman yang lain sudah pulang. Saat itu Nadine yang mana merupakan pacar Deren juga menemaniku. Ia mengajak ku pergi ke rumah sakit untuk melihat pemeriksaan mayat Deren. Nadine pergi ke toilet dan aku menunggu di panggung utama sekolah. Aku melihat boneka yang tadi dibawa oleh Nadine.  Lalu aku masukkan boneka tersebut ke dalam tas Nadine agar dia tidak lupa untuk membawa boneka itu. Disitu juga ada Alvian yang merupakan teman ku juga. Kita mengobrol sebentar di ruang OSIS sambil menunggu Nadine.

Beberapa lama kemudian, Nadine memanggil ku dan Alvian untuk berangkat menuju ke rumah sakit tempat Deren di periksa. Banyak polisi juga yang berdatangan untuk mengolah TKP. Kita berangkat menggunakan mobil milik ayahnya Nadine. Sedangkan mayat Deren sudah di antar terlebih dahulu tadi menggunakan mobil ambulance.

Sesampainya di rumah sakit, Nadine dan ayahnya ikut masuk ke dalam rumah sakit. Dan juga aku melihat keluarga dan kerabat lain dari Deren juga berdatangan. Tiba-tiba Nadine mendatangiku dan menyuruh ku untuk menjadi saksi kejadian tadi. Aku pun masuk ke ruangan khusus untuk menjelaskan dugaan apa yang aku lihat. Setelah hampir 2-3 jam, kita pun di perbolehkan untuk pulang. Yang kami dapatkan dari hasil cek dokter, ternyata Deren hampir semua hasil cek terbukti bahwasanya Deren meninggal dikarenakan bunuh diri. Sejujurnya aku masih tidak percaya dengan hasil ini. Tetapi aku tidak memikirkan lebih lanjut. Aku di antarkan kembali ke sekolah karena aku harus mengambil motorku sedangkan Alvian diantar langsung ke rumahnya.  Aku mampir sebentar ke dalam sekolah. Di dalam nya masih ada polisi yang sedang menjaga kawasan itu. Aku melihat-lihat sekitar gudang tersebut. Aku tak melihat bercak darah di dinding. Padahal tadi di sisi luar dinding ini terdapat jejak darah yang banyak.

Aku keluar dan pergi mengambil motorku.

Pergi untuk memastikan apakah aku salah melihat atau tidak.

Dan ternyata..

Darahnya...

...

EsokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang