5 tahun kemudian
“Hei, kau! Bukankah ini waktunya mengantar air ke pelanggan?”
Panggil seorang pria pemilik minimarket sekaligus pemilik toko yang menyuplai air minum ke beberapa tempat.
Pemuda yang dipanggil itu mengecek jam di ponselnya. Benar, hari ini waktunya dia untuk mengantar air ke beberapa tempat. Pemuda itu segera menyingkirkan kardus berisi barang-barang yang sedang ia rapihkan di rak. Kemudian mengambil jaketnya di samping meja kasir.
Pemuda itu mendekati pria pemilik toko dan menyodorkan tangannya yang terbuka.
“Kunci mobil,” ujarnya santai.
Pria itu mendengus kemudian melemparkan kunci mobil pengantar barang pada si pemuda.
“Jangan sampai terjadi apa-apa pada mobilku karena kau tak akan bisa ganti rugi.”
“Tak perlu mengkhawatirkanku, Paman. Aku akan berhati-hati,” sahut si pemuda tersenyum mengejek.
"Ya! Aku hanya mengkhawatirkan mobilku."
"Iya, aku tahu. Terima kasih karena mengkhawatirkanku," sahut si pemuda tertawa ringan. Lalu segera keluar dari toko sebelum mendapat omelan.
Begitu sampai di depan toko, dia menghela napas kasar. Ada sekitar dua puluh galon air yang harus ia angkut ke atas mobil, sendirian. Dia memang sudah terbiasa dengan pekerjaan itu karena sejak setahun terakhir ia sudah bekerja di sana. Tapi tetap saja, kadang dia merasa kesal karena si pemilik toko tak kunjung menambah seorang pekerja agar bisa sedikit meringankan pekerjaannya.
Setelah mengangkut semua galon itu, si pemuda mulai melajukan mobil ke tempat-tempat sesuai dengan jadwal hari ini. Dia memilih tempat yang paling dekat dengan toko lebih dulu. Hingga akhirnya ia sampai di tempat terakhir.
Lima buah galon harus ia antarkan ke sebuah gedung yang cukup besar. Pemuda itu turun dan mulai mengangkut satu persatu galon ke dalam gedung.
Karena ia sudah cukup sering mengantarkan air ke sana, petugas keamanan sudah mengenal pemuda itu dan mengijinkannya masuk dengan mudah. Galon terakhir telah ia bawa ke dalam sebuah ruangan yang ia ketahui sebagai ruang para petugas kebersihan sekaligus dapur untuk para petugas itu.
“Kau baru datang, Taehyung – ah?” sapa seorang nenek yang baru memasuki ruangan itu, Nam Moonhee.
Pemuda bernama Taehyung itu berbalik, lalu tersenyum dan mengangguk kecil.
“Nenek sudah sembuh? Kudengar minggu lalu Nenek sakit,” tanyanya kemudian mengambilkan segelas air untuk wanita tua itu yang terlihat sangat lelah.
“Sudah lebih baik,” jawab nenek Nam setelah duduk lalu meneguk air pemberian Taehyung.
Taehyung sudah berjongkok dan memijit pelan kaki nenek Nam.
“Istirahat saja jika masih sakit, Nek” ujarnya khawatir.
Nenek Nam tersenyum hangat, kemudian menarik Taehyung agar duduk di sampingnya.
“Aku memang akan istirahat, karena sepertinya aku sudah tak sanggup bekerja di sini lagi. Jadi maukah kau menggantikanku bekerja disini?”
Taehyung sempat terkejut dengan tawaran nenek Nam.
“Mana bisa aku bekerja disini, Nek. Pasti akan ada seleksi yang ketat karena tempat ini bukan tempat yang bisa dimasuki sembarangan orang.”
“Tentu saja bisa. Aku akan meminta pada mereka untuk menggantikanku dengan cucuku. Mereka pasti mengijinkan dan percaya padaku yang sudah bertahun-tahun bekerja disini.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Piece by Piece ✔
FanfictionI'm the lost soul Filled with regret Where joy use to live Regret for decisions made And opportunities missed For the pain I caused and The pain I failed to protect You from -wyatt- *Written in Bahasa*