15 - Hari Peringatan

2.6K 368 40
                                    

Taehyung berjalan semakin cepat, berharap ia bisa menghalangi pria itu untuk mendekati Jimin. Kedua matanya semakin melebar, jantungnya semakin berdetak tak karuan, ketika pria itu mengeluarkan sebuah pisau lipat dari saku jasnya. Taehyung memperlebar langkahnya, dan berhasil. Dia berhasil menghalangi pria itu tepat di belakang Jimin.

Namun sesuatu yang perih terasa di perutnya. Tangannya meraba area perut dan sebuah pisau masih tertancap di sana, bersama genggaman si pria. Taehyung dapat melihat keterkejutan si pria yang telah menusuknya, mungkin terkejut karena tak bisa menjangkau si target dan berujung salah sasaran.

Pria itu buru-buru mencabut pisau yang menancap di perut Taehyung hingga pemuda itu mengerang tertahan. Beruntung semua orang sedang fokus mewawancarai Jimin. Pria itu buru-buru pergi dari sana, tak ingin perbuatannya tertangkap kamera. Apalagi Taehyung sudah terlanjur melihat wajahnya.

Taehyung masih mencoba menahan perih dan nyeri di perutnya. Dia tak mungkin membuat orang-orang tahu apa yang terjadi. Itu bisa mengacaukan konser Jimin.

Jadi dengan langkah yang terseok, ia paksa kakinya untuk berjalan masuk ke dalam gedung. Mengurungkan niatnya untuk mengejar si pria tadi.

.

.

.

Namjoon sedari tadi berjalan mondar-mandir sambil terus menggerutu, membuat Jimin jengah. Sudah lebih dari lima belas menit pria itu tampak tak tenang. Jimin pun sama gusarnya. Tapi setidaknya ia bisa mengontrol diri dan bersikap tenang.

"Bisakah kau tenang sedikit, Hyung?" tanya Jimin kesal.

Sebenarnya di sini siapa yang berperan jadi manajer. Kenapa Jimin merasa dia lebih tenang daripada sang manajer.

"Bagaimana aku bisa tenang, Jim? Taehyung tak dapat dihubungi dan dua puluh menit lagi konser akan dimulai," geram Namjoon sudah duduk di samping Jimin.

"Bagaimana jika ia tak kembali?" tanyanya gusar.

"Yasudah, mau bagaimana lagi," jawab Jimin pasrah, membuat Namjoon menatapnya tak percaya.

"Kau gila?! Ini konser, Jim. Bukan hanya penampilan di acara musik biasa. Kehilangan satu orang saja bisa mengacaukan seluruh penampilan."

"Lalu aku harus bagaimana? Kalau dia memang merasa bertanggung jawab atas konser ini, dia pasti akan kembali," ujar Jimin terdengar tenang, padahal dia juga sama takutnya seperti Namjoon.

Takut jika penampilannya akan kacau karena kehilangan satu orang dancer. Apalagi sebagian besar penggemarnya sudah sangat menantikan penampilan Taehyung setelah mereka mengetahui bahwa Taehyung dan Jimin berteman sejak kecil. Mungkin sekarang sebagian besar penggemarnya juga menjadi penggemar Taehyung.

Konser akan dimulai sepuluh menit lagi, itu membuat Namjoon dan Jimin semakin tak tenang. Hingga akhirnya sosok Taehyung muncul memasuki ruang ganti. Namjoon yang melihatnya pertama kali refleks bangkit dari duduknya.

"Kau kemana saja, bodoh?! Kenapa tak bisa dihubungi? Konser sudah hampir dimulai dan kau justru – "

"Sudahlah, Hyung. Marahnya nanti saja. Biarkan dia bersiap," ujar Jimin datar, menyela kemarahan Namjoon. 

Dia juga ingin marah seperti Namjoon, namun sekarang bukan waktu yang tepat karena konser akan segera dimulai. Beruntung pembukaan konser dilakukan dengan penampilan solo dance Jimin. Jadi Taehyung masih memiliki cukup waktu untuk bersiap.

Jimin berjalan hendak menuju ke belakang panggung untuk bersiap. Taehyung hanya menunduk, merasa bersalah karena hampir mengacaukan konser Jimin. Sebelum melanjutkan langkahnya, Jimin berhenti tepat di hadapan Taehyung. Menatap pemuda itu datar, namun kekecewaan jelas menumpuk di hatinya.

Piece by Piece ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang