Bagaimanapun Taehyung berusaha untuk tak memunculkan wajahnya di depan Jimin lagi, sepertinya Tuhan selalu menakdirkan mereka untuk tetap bertemu. Seperti malam ini, Taehyung diminta membuat coklat hangat oleh Namjoon. Taehyung bisa menebak jika dirinya pasti akan bertemu dengan Jimin. Dan tebakannya benar.
Ketika Taehyung masuk ke ruangan Namjoon, hal pertama yang menarik perhatiannya adalah sosok pemuda yang sedang berbaring di sofa dengan mata terpejam. Taehyung mencoba bersikap biasa saja, masuk dan meletakkan dua cangkir coklat hangat itu di atas meja di depan sofa tempat Jimin berada.
"Terima kasih," ujar Namjoon tersenyum ramah.
Taehyung membungkuk sopan. "Ada yang bisa kubantu lagi?" tanyanya.
Suara Taehyung seketika membuat kedua mata Jimin terbuka. Tatapan keduanya bertemu, kemudian Taehyung membungkuk sopan. Namjoon menangkap ada sesuatu yang janggal di antara kedua pemuda itu.
"Tidak. Kau bisa kembali," jawab Namjoon ramah.
"Tapi bolehkah aku bertanya sesuatu?" lanjutnya menarik perhatian Jimin. "Kau petugas baru disini? Sepertinya aku tak pernah melihatmu sebelumnya."
Taehyung mengangguk. "Aku bekerja menggantikan Nenek Nam."
"Pantas saja aku tak pernah melihat Nenek Nam lagi," sahut Namjoon mengangguk-angguk kecil. "Kau cucunya?"
Taehyung hanya mengangguk singkat dan tersenyum tipis.
Jimin di tempatnya semakin bertanya-tanya. Dia mengenal Nenek Nam cukup baik karena sudah lima tahun dia berkegiatan di gedung itu dan sangat sering bertemu dengan Nenek Nam. Namun dia tak pernah tahu jika Nenek Nam memiliki cucu seumuran dengannya, apalagi dia adalah Taehyung. Jimin jadi semakin penasaran, cerita apa yang coba dikarang oleh Taehyung dan apa tujuan pemuda itu bekerja di sana.
"Kukira kau tidur, Jim" ujar Namjoon menyadarkan Jimin yang sedari tadi melamun, tak sadar jika Taehyung sudah keluar dari ruangan itu.
Jimin bangkit untuk duduk, menyeruput sedikit coklat hangat miliknya.
"Kau pulang duluan saja, Hyung. Aku akan berlatih sebentar."
"Sampai jam berapa? Aku tunggu saja sampai kau selesai."
"Tidak perlu. Sepertinya aku akan menginap."
Namjoon berdecih, "Katanya sebentar. Tapi mau menginap," sindirnya.
"Bersama Yoongi?" tanyanya lagi setelah menyesap coklat hangat miliknya.
Jimin menggeleng, "Yoongi – hyung ada pekerjaan lain. Aku hanya akan berlatih dance, persiapan untuk fan-meeting minggu depan," sahutnya sudah bangkit dan meraih jaket yang semula ia gunakan untuk bantalan di kepalanya.
"Gerakanmu sudah bagus, kata Hoseok. Jadi jangan terlalu lelah dan memaksakan diri," Namjoon mengingatkan.
Jimin memang selalu memaksakan diri. Pemuda itu selalu melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh, bahkan tak jarang melebihi batas kemampuannya. Tak ingin mengecewakan orang-orang yang mengharapkan penampilan sempurna darinya, kata Jimin.
Tentu saja itu membuat Namjoon khawatir dengan kondisi sang penyanyi. Belum lagi jadwal tampil Jimin yang semakin padat, setiap hari tak membiarkan pemuda itu untuk tidur dengan nyenyak.
Namjoon sampai pusing sendiri karena merasa Jimin terlalu diperas tenaganya oleh pihak agensi demi menghasilkan banyak uang. Namun dia tak bisa protes tentang hal itu karena dia tak punya kuasa lebih. Dia hanya bertugas menemani Jimin di setiap kegiatan, mengingatkan pemuda itu tentang jadwalnya, dan mengurus semua keperluan Jimin. Jadi dia hanya bisa berharap semoga karir Jimin selalu lancar agar semua usaha dan rasa lelah pemuda itu bisa terbayar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Piece by Piece ✔
Fiksi PenggemarI'm the lost soul Filled with regret Where joy use to live Regret for decisions made And opportunities missed For the pain I caused and The pain I failed to protect You from -wyatt- *Written in Bahasa*